Rutin Konsumsi Makanan Olahan, Ini 8 Dampak Buruknya pada Tubuh
Ade Irma Suryani | Beautynesia
Senin, 21 Jul 2025 18:45 WIB

Dampak buruk mengonsumsi makanan olahan/Foto: Freepik.com/freepik
Makanan olahan seperti keripik kentang, pizza, dan biskuit manis sering kali menjadi favorit banyak orang. Seperti yang telah kita ketahui semuanya, meski makanan tersebut sangat lezat, namun sering kali makanan tersebut memiliki beberapa efek negatif bagi kesehatan tubuh, terutama jika sering dikonsumsi.
Namun, seperti apa sebenarnya makanan olahan tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap tubuh? Melansir dari Livestrong, simak informasi selengkapnya di bawah ini!
Apa Itu Makanan Olahan?
Ilustrasi makanan olahan/Foto: Freepik.com/freepik
Menurut Academy of Nutrition and Dietetics, secara teknis makanan olahan adalah makanan yang telah dimasak, dibekukan, dikemas atau diubah komposisi nutrisinya.
Sementara itu, makanan olahan terbagi menjadi dua kategori utama berdasarkan tingkat pemrosesannya, yakni makanan olahan minimal dan makanan olahan berat (ultra-proses).
- Makanan Olahan Minimal: merupakan makanan yang dikemas atau diawetkan pada tingkat kesegaran terbaik, seperti tomat kaleng, sayuran potong, buah beku atau tuna kaleng.
- Makanan Olahan Berat: merupakan makanan yang diproses lebih berat. Daftar makanan ultra-olahan mencakup Granola dan daging olahan. Makanan yang paling banyak diproses biasanya berupa makanan siap saji seperti makanan beku.
Makanan olahan sering kali dianggap sebagai penyebab kegagalan diet. Namun, tidak semua makanan olahan itu buruk. Untuk memahami "apa itu makanan olahan", terlebih dahulu kita perlu mengetahui "makanan yang tidak diolah", menurut Frances Largeman-Roth, RDN, pakar gizi dan penulis buku Everyday Snack Tray.
Makanan yang tidak diolah merupakan makanan dalam bentuk aslinya, atau mendekati bentuk aslinya. Termasuk buah dan sayuran mentah, kacang dan biji tanpa garam, daging mentah, makanan laut, dan unggas. Sementara itu, sebagian besar makanan melalui beberapa jenis pengolahan agar aman dan atau enak untuk dimakan.
Dalam beberapa kasus, pengolahan sebenarnya dapat memberikan vitamin dan nutrisi tambahan karena fortifikasi. Fortifikasi adalah ketika nutrisi tertentu ditambahkan ke makanan untuk meningkatkan kepadatan nutrisi. Misalnya, susu di fortifikasi dengan vitamin D (yang tidak ada secara alami dalam susu), nutrisi yang sebagian besar dari kita tidak cukup mendapatkannya.
Sementara itu, pasteurisasi merupakan bentuk lain dari pengolahan makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Menurut International Dairy Foods Association, proses ini menggunakan panas pada makanan ( sering kali susu) untuk menghancurkan bakteri yang berpotensi membahayakan. Tanpa bentuk pengolahan makanan ini, banyak produk susu yang berisiko untuk dikonsumsi.
Di samping manfaat kesehatan tersebut, makanan olahan atau kemasan juga bisa lebih praktis bagi orang yang sering sibuk, menurut ahli diet Sarah Schlichter, RD.
Namun, makanan yang diproses lebih berat seperti keripik olahan dan makanan panggang, dapat membahayakan kesehatan jika terlalu banyak atau terlalu sering dikonsumsi. Karena sering kali, pengolahan berat dapat menghilangkan vitamin dan mineral alami pada makanan.
Nah, meskipun tidak semua makanan olahan berdampak negatif bagi kesehatan, namun terlalu sering mengonsumsinya dapat membahayakan tubuh. Berikut dampak buruk rutin mengonsumsi makanan olahan:
1. Berat Badan Naik
Ilustrasi mengonsumsi makanan olahan/Foto: Freepik.com/studioredcup
Makanan olahan sering kali tinggi kalori dan rendah serat, sehingga dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori dan kenaikan berat badan. Menurut tinjauan Desember 2017 di Current Obesity Report, mengonsumsi lebih banyak makanan ultra-olahan dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi.
Sementara itu, menurut sebuah studi November 2019 di Current Treatment Options in Gastroenterology, beberapa camilan yang dapat berkontribusi terhadap kenaikan berat badan ialah seperti keripik kentang, daging olahan, biji-bijian olahan seperti roti putih dan nasi putih, manisan, dan minuman manis seperti soda.
2. Risiko Diabetes Lebih Tinggi
Ilustrasi tentang diabetes/Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk
Salah satu bahaya keseringan mengonsumsi makanan olahan ialah dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Menurut tinjauan April 2017 di International Journal of Health Sciences, bahwa pola makan tinggi gorengan dan makanan manis dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2.
Sementara itu, menurut sebuah studi pada bulan Desember 2019 di JAMA Internal Medicine, bahwa proporsi makanan ultra-olahan yang lebih besar dalam pola makan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.
3. Risiko Penyakit Jantung
Ilustrasi jantung/Foto: Unsplash.com/Robina Weermeijer
Sering mengonsumsi makanan olahan juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena sering mengonsumsi beberapa jenis makanan seperti produk manis, daging olahan, camilan asin, dan saus ultra-olahan.
Sementara itu menurut AHA, kadar natrium yang tinggi berkaitan dengan tekanan darah tinggi, faktor risiko penyakit jantung dan stroke.
4. Risiko Lebih Tinggi Terkena Stroke
Ilustrasi sakit kepala/Foto: Freepik.com/jcomp
Menurut sebuah makalah pada bulan Juli 2015 di Jurnal Stroke, bahwa ada hubungan antara makanan olahan, khususnya daging olahan dengan peningkatan risiko stroke. Makanan olahan sering kali juga mengandung banyak natrium, yang dikaitkan dengan risiko stroke yang lebih tinggi.
5. Risiko Kanker Lebih Tinggi
Ilustrasi pasien kanker/Foto: Freepik.com/freepik
Sebenarnya tidak ada satu pun bahan atau makanan ultra-olahan yang terbukti secara langsung menyebabkan kanker. Namun, menurut sebuah studi pada bulan Mei 2019 di BMJ yang menganalisis pola makan hampir 20.000 selama lima tahun, bahwa pola makan yang sangat olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian.
Dalam penelitian tersebut, penyebab utama kematian adalah kanker, dan risiko kematian akibat semua penyebab diamati 62 persen lebih besar pada mereka yang mengonsumsi makanan ultra-olahan dalam jumlah tertinggi (lebih dari empat porsi per hari).
6. Kondisi Usus Menjadi Lebih Buruk
Ilustrasi sakit perut/Foto: Freepik.com/jcomp
Usus yang sehat ditandai dengan keberagaman bakteri baik di dalamnya. Dan pola makan berpotensi mengubah komposisi bakteri di usus. Sementara itu, menurut tinjauan Oktober 2019 di Nutrients, bahwa pemanis buatan berdampak negatif pada usus orang yang biasanya tidak mengonsumsinya.
7. Kesehatan Otak Terganggu
Ilustrasi sedang mengingat sesuatu/Foto: Freepik.com/drobotdean
Rutin mengonsumsi makanan olahan juga dapat membuat kesehatan otak terganggu. Hal ini juga terbukti berdasarkan penelitian yang melibatkan hampir 500.000 orang, bahwa mengonsumsi daging olahan dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi, menurut studi Maret 2021 di The American Journal of Clinical Nutrition.
Sementara itu, menurut Harvard Health Publising, ada banyak bukti yang menghubungkan pola makan tinggi gula rafinasi dengan penurunan fungsi otak dan memburuknya gangguan suasana hati, seperti depresi.
8. Memperpendek Umur
Ilustrasi perempuan tua/Foto: Freepik.com/freepik
Meski makanan olahan sangat lezat di lidah, namun sering mengonsumsinya justru dapat menurunkan angka harapan hidup. Berdasarkan sebuah studi pada bulan Mei 2019 di BMJ, bahwa mengonsumsi lebih dari empat porsi makanan olahan per hari, dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyebab yang tidak terkait usia sebesar 62 persen.
Nah, itulah beberapa dampak buruk bagi tubuh akibat keseringan mengonsumsi makanan olahan. Semoga bisa dibatasi dari sekarang ya!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)