
Merasa Cuma Ingin Rebahan sambil Main HP Seharian? Waspada Functional Freeze!

Beauties, pernahkah kamu merasa sangat lelah, sehingga "membeku" tidak bisa melakukan apa pun, bahkan beranjak dari kasur? Jika setelah seharian bekerja keras, wajar jika kamu merasa lelah dan segera beristirahat di kasur. Namun, jika kamu sering merasa kesulitan melakukan apa pun, hanya ingin mendekam di kasur, bisa jadi kamu mengalami "functional freeze". Apa itu?
Menurut pengguna media sosial Liz Tenuto, yang dikenal sebagai "The Workout Witch", functional freeze adalah respons pikiran dan tubuh terhadap stres atau kewalahan. Hal ini dapat terlihat seperti kesulitan memutuskan tugas apa yang harus diselesaikan selanjutnya dan menghabiskan waktu berjam-jam di satu tempat sambil bermain ponsel. Istilah ini menjadi viral di media sosial, terutama TikTok, belakangan ini.
"Functional freeze menurut saya dialami banyak perempuan dan terjadi secara teratur. Namun, Anda tetap dapat menyelesaikan semua tugas di siang hari," kata Tenuto kepada CNBC Make It. Tenuto memiliki gelar di bidang psikologi dan telah mempelajari dampak stres dan trauma terhadap tubuh.
"Kemudian saat mereka tiba di rumah dan menyelesaikan kegiatannya, mereka benar-benar seperti membeku, kelelahan, dan kesulitan bangun dari tempat tidur," tambahnya.
Apakah Functional Freeze Termasuk Masalah Kesehatan Mental?
Apakah Functional Freeze Termasuk Masalah Kesehatan Mental?/Foto: Freepik.com/Freepik
Menurut Deborah Serani, PsyD (Doctor of Psychology), penulis dan profesor senior di Universitas Adelphi, frasa “functional freeze” hanya ada di TikTok, tetapi fenomena ini sebenarnya adalah sesuatu yang harus diwaspadai orang.
“Ini benar-benar cara baru untuk menggambarkan istilah klinis lama yang disebut respons immobilisasi freeze,” ungkapnya kepada Health.
“Istilah ‘functional freeze’ dengan sempurna menggambarkan fenomena psikologis bahwa saat menghadapi trauma atau tekanan, Anda "membeku" lalu kemudian bisa berfungsi," tambahnya.
Ketika seseorang mengalami stres, sinyal di otak mereka akan mengaktifkan sistem saraf simpatik tubuh. "Ketika menghadapi teror, reaksi berantai fisiologis mengarahkan kita untuk melawan, lari, membeku, atau berteman dengan ancaman tersebut," kata Serani.
Respon "fight or flight" atau "melawan atau lari" mengacu pada apakah seseorang memutuskan untuk melarikan diri dari suatu situasi atau menghadapi sumber stres untuk melindungi diri mereka sendiri. Namun, ada juga kemungkinan perilaku lain, yaitu orang-orang dalam situasi stres mungkin akan berperilaku menyenangkan sumber stres untuk menghindari konflik.
Selain itu, mereka juga bisa membeku atau "freeze" saat menghadapi pemicu stres. Respons terakhir ini dapat berlangsung berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu, tergantung pada situasinya, menurut Tigist Taylor, LCPC, seorang konselor profesional klinis berlisensi yang berbasis di Chicago.
Mungkin kita bisa "berfungsi" dalam kehidupan sehari-hari; kita bisa bekerja, membantu keluarga, hingga bersosialisasi dengan teman-teman seperti biasanya. Namun, ada perasaan mati rasa yang perlahan mengancam.
"Namun, mereka sering melaporkan perasaan mati rasa, seperti melayang, merasa terpisah dari tubuh atau lingkungan sekitar, dan perasaan 'melihat' diri mereka sendiri saat mengerjakan tugas," tutur Taylor kepada Health.
Functional freeze dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk tingkat stres yang tinggi di tempat kerja atau sekolah, masalah dalam menyeimbangkan kehidupan keluarga, atau konflik yang intens dalam hubungan.
“Respons tersebut sering kali otomatis dan berfungsi sebagai mekanisme penanggulangan yang biasanya digunakan untuk menghindari emosi, pikiran, dan sensasi tubuh yang mengganggu,” jelas Taylor.
Tanda Kamu Mengalami Functional Freeze
Tanda Kamu Mengalami Functional Freeze/Foto: Freepik
Seseorang yang mengalami functional freeze bisa saja tampak sukses dalam karier dan kehidupan sehari-hari mereka. Namun, setelah memenuhi tanggung jawab sehari-hari, mereka mungkin akan kembali ke mode "mati rasa", berdiam diri di kamar dan tidak bisa melakukan apa pun.
Dilansir dari CNBC Make It, ini beberapa tanda functional freeze adalah:
- Merasa mati rasa secara emosional
- Tidak bisa menangis
- Mengisolasi diri dan tidak lagi merasa bersosialisasi
- Sering menarik diri
- Menggunakan media sosial secara berlebihan
- Menghabiskan terlalu banyak waktu menonton TV
- Minum alkohol hingga merasa mati rasa
- Mengalami masalah tidur atau merasa terus-menerus kelelahan
- Berjuang melawan masalah pencernaan yang tidak dapat dijelaskan
- Mengalami nyeri fisik tanpa penyebab yang jelas
Bagaimana Cara Mengatasi Functional Freeze?
Bagaimana Cara Mengatasi Functional Freeze?/Foto: Freepik.com/freepik
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah apakah kamu benar-benar mengalami functional freeze atau kelalahan pada umumnya.
"Jika bentuk functional freeze kamu berupa butuh tiga atau empat kali tombol "snooze" sebelum bangun dari tempat tidur, jeda setengah jam sebelum menghadiri rapat, atau menenakgna diri selama beberapa saat sebelum berinteraksi dengan anggota keluarga, maka jangan khawatir," ungkap Serani.
Namun, jika functional freeze ini berlangsung lebih lama, seperti berjam-jam dalam sehari, yang berubah menjadi berhari-hari, atau berminggu-minggu, maka kamu kamu mungkin mengalami masalah terkait trauma yang lebih parah.
“Mencari bantuan dari spesialis kesehatan mental yang terlatih akan membantu meringankan beban functional freeze dalam hidup Anda,” kata Serani.
Selain itu, bergerak adalah salah satu cara yang ampuh untuk terbebas dari functional freeze.
"Jika Anda merasa akan terjadi respons membeku, Anda dapat mencoba menenangkan diri dengan menjelaskan secara terperinci apa yang Anda lihat, mendengarkan suara di sekitar Anda, memakan permen mint atau permen keras lainnya, menyentuh sesuatu yang menenangkan, atau menggunakan mainan fidget," kata Taylor.
Dalam praktik Tenuto sebagai instruktur latihan somatik, ia berfokus pada "gerakan mikro yang sangat kecil," seperti menarik telinga, menggerakkannya ke atas atau ke bawah sepanjang setiap cuping telinga. Latihan ini dapat menstimulasi saraf vagus dan memberi kita tambahan energi.
Di TikTok-nya, Tenuto juga memperagakan latihan terapi somatik seperti memegang dagu dan memutar kepala perlahan dari satu sisi ke sisi lain serta bergoyang pelan ke sisi kiri selama satu menit lalu ke sisi kanan, yang dapat membantu meredakan kecemasan.
Perubahan pemandangan juga dapat memberikan perbaikan, lho, Beauties. Bahkan berjalan kaki selama 20 menit di sekitar lingkungan rumah dapat membantu dalam pemrosesan emosi menurut Tenuto.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!