Top 5 List: Film di Netflix yang Angkat Isu Kejahatan Seksual
Amoura Lingga Ranyana | Beautynesia
Sabtu, 21 Jun 2025 19:30 WIB

Top 5 List: Film di Netflix yang Angkat Isu Kejahatan Seksual/Foto: Netflix/Penyalin Cahaya
Kejahatan seksual sering kali menjadi luka yang membekas dalam diam. Banyak yang memilih bungkam karena perasaan takut atau ketidakpercayaan, meskipun suara mereka sebenarnya penting untuk didengar. Medium film menjadi salah satu ruang untuk menyuarakan berbagai kisah dan perjuangan menghadapi isu kejahatan seksual dengan lantang.
Lewat film, penonton mampu merasakan kepedihan, ketidakadilan, sekaligus keberanian yang sering kali tersembunyi melalui visual, dialog, dan emosi yang mewakilinya. Medium ini menjadi alat penting untuk membongkar tabu, menggugah empati, dan membuka ruang diskusi yang selama ini tertutup.
Netflix menjadi salah satu platform yang menghadirkan film-film dengan tema kejahatan seksual. Mulai dari film yang diangkat dari kisah nyata hingga cerita fiksi yang penuh dengan refleksi, berikut adalah lima film pilihan yang mengangkat isu ini secara kuat dan menyentuh.
1. Penyalin Cahaya (2021)
Penyalin Cahaya/Foto: Netflix
Film Penyalin Cahaya sempat ramai diperbincangkan sejak penayangan pertamanya di Busan International Film Festival (BIFF) 2021. Karya arahan dari sutradara Wregas Bhanuteja ini bahkan memborong hingga 12 Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 2021.
Film ini mengikuti kisah perjuangan Sur (Shennina Cinnamon) dalam mencari keadilan atas kasus kekerasan seksual yang menimpanya. Sur adalah mahasiswi yang baru pertama kali mengikuti pesta malam hari untuk merayakan kemenangan grup teaternya. Saat bangun keesokan harinya, ia mendapati foto dirinya yang sedang mabuk beredar di dunia maya.
Terancam kehilangan beasiswa dan takut menjadi korban perpeloncoan, Sur pun berusaha mengungkap kebenaran di balik foto itu bersama Amin (Chicco Kurniawan), teman masa kecilnya yang bekerja sebagai petugas fotokopi. Film ini menjadi pengingat untuk masyarakat bahwa pelecehan seksual bisa terjadi kapan saja dan kita harus berani untuk melawannya, seperti yang dilakukan oleh Sur.
2. 27 Steps of May (2019)
27 Steps of May/Foto: Netflix
Film 27 Steps of May karya sutradara Ravi Bharwani dan penulis naskah Rayya Makarim merupakan salah satu film yang mampu menggambarkan kehidupan penyintas kejahatan seksual yang penuh luka dan trauma mendalam.
Film ini mengisahkan kehidupan May (Raihaanun) yang mengalami kejadian nahas diperkosa oleh sejumlah pria ketika ia masih berusia 14 tahun. Semenjak saat itu, ia tidak pernah lagi berbicara dan sering melukai dirinya sendiri, bahkan hingga ia tumbuh menjadi perempuan dewasa. Kondisi ini membuat sang ayah (Lukman Sardi) sangat terpukul.
Kehidupan May perlahan mulai berubah ketika seorang pesulap (Ario Bayu) kebetulan tinggal di samping rumahnya dan menampilkan aksi–aksi sulap yang menarik perhatian May. Mereka berinteraksi melalui sebuah lubang dinding yang menghubungkan mereka berdua. Selain penuh haru, film ini berhasil memberikan kita kesadaran akan pentingnya dukungan untuk para penyintas kekerasan seksual.
3. Like & Share (2022)
Like & Share/Foto: Netflix
Film yang ditulis dan digarap oleh Gina S. Noer ini mengangkat isu eksplorasi seksual dari dua remaja yang bersahabat dan kekerasan seksual yang menimpa salah satu di antara mereka. Lisa (Aurora Ribero) dan Sarah (Arawinda Kirana) adalah dua sahabat berusia 17 tahun yang sedang mengalami krisis kehidupannya masing-masing, tetapi mereka selalu mengerti satu sama lain.
Diceritakan bahwa Lisa seketika kecanduan pornografi dan tak sengaja bertemu dengan seorang perempuan dari video konten seksual yang ia tonton bernama Fita (Aulia Sarah). Sementara Sarah bertemu dengan Devan (Jerome Kurnia) yang kemudian menjadi kekasihnya, meskipun mereka terpaut perbedaan usia 10 tahun. Semenjak itu, hubungan antara Lisa dan Sarah mulai merenggang.
Konflik cerita semakin memuncak ketika Sarah mengalami kekerasan seksual dari Devan yang manipulatif. Bersama Lisa dan orang-orang sekitar, Sarah mencoba melawan dan bangkit dari trauma yang ia alami. Film ini cukup kompleks dan sarat makna hingga mampu menangkap banyak isu, mulai dari dukungan keluarga, eksplorasi hidup remaja, hingga perlindungan bagi korban kekerasan seksual di ruang siber.
4. Audrie & Daisy (2016)
Audrie & Daisy/Foto: Netflix
Audrie & Daisy adalah film dokumenter yang mengangkat kisah nyata dua remaja perempuan di Amerika Serikat, Audrie Pott dan Daisy Coleman, yang menjadi korban kejahatan seksual. Setelah insiden tersebut, keduanya mengalami perundungan daring yang cukup intens, yang berdampak serius pada kesehatan mental mereka.
Audrie Pott, yang berusia 15 tahun, meninggal dunia delapan hari setelah serangan tersebut, sementara Daisy Coleman, yang berusia 14 tahun saat kejadian, berjuang menghadapi trauma dan tekanan sosial selama bertahun-tahun sebelum akhirnya meninggal dunia pada usia 23 tahun.
Film ini menyoroti bagaimana media sosial dapat memperparah dampak kekerasan seksual, serta kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar terhadap korban. Melalui wawancara dengan keluarga, teman, dan pihak terkait, dokumenter ini mengajak penonton untuk memahami kompleksitas trauma yang dialami oleh penyintas dan pentingnya empati serta dukungan bagi mereka. Disutradarai oleh Bonni Cohen dan Jon Shenk, Audrie & Daisy pertama kali ditayangkan di Sundance Film Festival 2016 dan kini dapat disaksikan di Netflix.
5. Women from Rote Island (2023)
Women from Rote Island/Foto: Netflix
Sebuah film yang mengangkat isu kejahatan seksual di wilayah Indonesia Timur yang masih jarang terjamah, khususnya dari pengalaman para perempuan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Film yang digarap oleh Jeremias Nyangoen ini membawa pulang Piala Citra dengan kategori Film Cerita Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2023.
Women from Rote Island bercerita tentang Orpa (Merlinda Dessy Adoe), seorang ibu yang berjuang menghadapi diskriminasi dan kekerasan setelah ditinggal sang suami. Putrinya, Martha (Irma Novita Rihi), pulang dari Malaysia dengan trauma kekerasan seksual yang dialaminya saat menjadi TKI di sana. Alih-alih mendapat perlindungan, mereka justru dihadapkan pada stigma dan lingkungan yang tidak berpihak.
Film ini memberikan sajian visual, dialog, dan emosi yang kuat. Menguak bahwa di balik keindahan lanskap alamnya, tersimpan permasalahan sosial dan budaya patriarki yang masih kerap terjadi hingga menghalangi keadilan bagi para penyintas kekerasan seksual di wilayah ini.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)