Tenang, Nggak Panik, Nggak Baper! Inilah Gaya Hidup Stoicism di Dunia Modern

Apa Sih Stoicism Itu?

Apa Sih Stoicism Itu?/Foto: freepik.com/drobotdean

Stoicism, atau Stoa, adalah aliran filsafat yang mengajarkan kita untuk fokus ke hal-hal yang bisa kita kontrol, dan “let go” dengan hal-hal yang di luar kendali. Tokoh-tokohnya ada Epictetus (mantan budak yang jadi guru filsafat), Seneca (penulis sekaligus penasihat kekaisaran), dan Marcus Aurelius (kaisar Romawi sekaligus hobi journaling). Intinya, mereka mengajarkan bahwa kamu tidak bisa kontrol apa yang dunia lempar ke kamu, tapi kamu bisa kontrol bagaimana kamu meresponnya. Sounds familiar? Seperti quotes motivasi di Instagram, tapi ini versi OG-nya.

Bagaimana Cara Hidup Stoic di Era “Scroll-Terus-Tiap-Detik”?

Bagaimana Cara Hidup Stoic di Era “Scroll-Terus-Tiap-Detik”?/Foto: freepik.com/stockking

Berikut beberapa prinsip Stoic yang bisa kamu terapkan agar hidup lebih chill, grounded, dan jauh dari sindrom "apa kata orang":

1. Fokus Dengan Lingkaran Kontrol: Daripada stres karena cuaca jelek atau algoritma yang tidak adil, lebih baik fokus ke hal yang bisa kamu ubah seperti usaha kamu, sikap kamu, dan respon kamu. Lelah memikirkan omongan orang? Stoic bilang, “itu bukan urusanmu.” Simple, tapi mindblowing.
2. Latihan Diri untuk Terima Realita: Kamu tidak harus suka dengan semua hal yang terjadi. Tapi kamu bisa belajar menerima kenyataan tanpa drama. Misalnya, kamu telat bangun lalu kena macet dan berujung kena marah bos. Bukannya menangis, kamu bisa tarik napas dan bilang dalam hati “Ini memang bad day, tapi aku tetap punya kendali atas sikapku.”
3. Journaling A La Marcus Aurelius: Daripada spam di X, kenapa tidak coba untuk journaling tiap pagi atau malam? Tulis apa yang kamu syukuri, apa yang kamu khawatirkan, dan bagaimana kamu ingin merespon hidup besok. Ini bukan diary galau, tapi refleksi yang menenangkan.
4. Latihan Menghadapi Ketakutan: Orang Stoic suka berpikir “what if worst case-nya terjadi?”. Bukan untuk pesimis, tapi agar mental kamu siap kalau hal buruk datang. Jadi waktu kenyataan tidak seburuk imajinasi, kamu bisa senyum dan bilang, “oh, ini aja?”
5. Live in the Now, Bukan Overthinking Masa Depan: Stoicism mengajarkan kita untuk hadir di momen ini. Bukan menyesalkan masa lalu dan bukan takut masa depan. Di era yang buat FOMO maksimal, prinsip ini adalah oase.

Kenapa Stoicism Cocok Buat Gen Z dan Milenial?

Kenapa Stoicism Cocok Buat Gen Z dan Milenial?/Foto: freepik.com/freepik

Kita hidup di dunia yang penuh tekanan seperti eksistensi digital, hustle culture, standar sukses yang terkadang terlalu idealis. Stoicism bukan sekadar filosofi tua, tapi self-defense mental agar tetap waras di tengah tsunami ekspektasi. Yang paling penting, stoicism mengajarkan kita untuk tidak baperan, tidak mudah panik, dan tetap tenang tanpa harus pergi ke gunung dulu atau uninstall Instagram.

Jadi, Bagaimana Memulainya?

Jadi, Bagaimana Memulainya?/Foto: freepik.com/stockking

Tidak harus langsung jadi Marcus Aurelius versi kekinian. Kamu bisa mulai dari hal-hal kecil, seperti:

1. Stop scroll medsos saat sedang cemas.
2. Buat journaling pagi/sore.
3. Ucapkan mantra Stoic seperti, “aku hanya fokus pada hal yang bisa kuubah.”

Stoicism bukan soal menjadi cuek, tapi soal menjadi kuat secara batin. Bukan soal menolak emosi, tapi memahami dan mengarahkan mereka dengan bijak.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!