Teknologi AI Diam-Diam Mengubah Standar Kecantikan, Ini Penjelasan Psikolog

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Jumat, 27 Jun 2025 07:30 WIB
Teknologi AI Diam-Diam Mengubah Standar Kecantikan, Ini Penjelasan Psikolog
Teknologi AI Diam-Diam Mengubah Standar Kecantikan, Ini Penjelasan Psikolog/Foto: Freepik.com

Kecanggihan artificial intelligence (AI) ternyata bukan cuma berdampak pada pekerjaan atau gaya hidup, tapi juga mulai memengaruhi aspek-aspek lainnya, termasuk salah satunya cara kita mendefinisikan kecantikan.

Sebagaimana diketahui, beragam filter, teknologi virtual try-on, hingga algoritma tentang skincare kini semakin berkembang dan memanjakan pengguna. Namun, menurut psikolog Tara Well Ph.D, kemudahan ini juga membawa dampak negatif. Salah satunya adalah mengubah cara kita mencintai diri sendiri.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Simak penjelasannya berikut ini!

AI Membuka Peluang Baru dalam Dunia Kecantikan

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Customer experience creative collage
Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Salah satu peran teknologi AI di bidang kecantikan adalah memungkinkan siapa pun untuk mencoba berbagai tampilan secara virtual, dari riasan wajah, model rambut, hingga simulasi operasi plastik.

Melansir TechCrunch, beberapa brand besar telah memanfaatkan fitur ini lewat aplikasi virtual try-on mereka. Tak hanya itu, AI juga membantu menganalisis kondisi kulit dan merekomendasikan produk sesuai kebutuhan personal.

Inovasi ini menjanjikan pengalaman yang lebih personal dan menyenangkan, membuka jalan untuk eksplorasi gaya yang lebih luas. Bahkan, AI bisa membantu seseorang lebih mengenal dirinya dan tampil lebih percaya diri dengan versi terbaik dari dirinya sendiri.

AI Juga Menguatkan Standar Kecantikan yang Tidak Realistis

Ilustrasi/Foto: Freepik.com/DC Studio

Sayangnya, AI juga berkontribusi dalam mempersempit definisi cantik. Filter di media sosial yang otomatis membuat wajah tampak lebih tirus, kulit mulus tanpa pori, dan mata lebih besar menciptakan standar "kecantikan instan" yang tidak realistis. Hal ini membuat banyak orang, terutama perempuan muda, merasa tertekan untuk tampil sesuai standar tersebut.

Tara Well Ph.D mengungkapkan pada Psychology Today bahwa penggunaan filter berlebihan bisa memicu masalah seperti body dysmorphia, yaitu penurunan kepercayaan diri, serta memicu kecemasan sosial.

Memicu Risiko Kesehatan Mental

Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Selain itu, ketika wajah hasil filter AI mendominasi media sosial, batas antara realita dan fantasi makin kabur. Wajah asli terasa tidak cukup bagus dibanding versi digital. Hal ini memicu perbandingan sosial yang tidak sehat dan membuat banyak orang lupa bahwa kecantikan sejati bukan sekadar tampilan fisik.

Studi dari Dove Self-Esteem Project pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa 80 persen remaja perempuan menggunakan filter karena merasa tidak percaya diri dengan wajah asli mereka. Kondisi ini bisa memperparah rasa tidak puas terhadap tubuh sendiri dan berujung pada tekanan mental yang berkepanjangan.

Strategi Menjaga Diri dari Dampak Negatif AI Beauty

Ilustrasi/Foto: Freepik.com

Meski AI makin canggih, bukan berarti kita harus mengikuti arus begitu saja. Berikut beberapa cara berikut bisa jadi solusi untuk menjaga kesehatan mental dan citra diri:

  • Kembangkan Self-Awareness: Sadari bagaimana AI dan konten digital memengaruhi persepsi diri.
  • Kurasi Media Sosial: Unfollow akun-akun yang menampilkan standar kecantikan tidak realistis dan pilih yang merayakan keaslian.
  • Latih Diri Mencintai Penampilan Asli: Coba teknik seperti mirror meditation selama 10 menit untuk menerima diri apa adanya.
  • Tingkatkan Literasi Media: Pahami bahwa banyak gambar adalah hasil manipulasi digital dan tidak mencerminkan kenyataan.
  • Kurangi Waktu Layar: Isi waktu dengan aktivitas yang meningkatkan kreativitas tanpa bantuan teknologi.
  • Fokus pada Kualitas Diri: Alihkan perhatian dari penampilan ke hal-hal seperti empati, semangat belajar, dan hubungan sosial.

Sekali lagi, perlu dipahami bahwa meskipun AI bisa membantu kita tampil lebih menarik secara digital, itu tidak bisa menggantikan senyum tulus, kontak mata penuh makna, atau self-love yang datang dari penerimaan mendalam.

Karenanya, mari kita pakai AI sebagai alat bantu, bukan sebagai cermin utama. Di tengah banjir konten yang seragam, barangkali bentuk perlawanan terbaik adalah berani menjadi diri sendiri, tanpa filter, tanpa algoritma.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!

RELATED ARTICLE

BE STORIES