Surat Kabar New York Times Diduga Menyebar Propaganda Dukung Israel, Inikah Buktinya?
Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Jumat, 08 Mar 2024 18:15 WIB

New York Times Dituding Dukung Israel/Foto: Reuters via CNBC Indonesia
Serangan yang dilancarkan Israel ke Palestina terus mendapat kecaman dari berbagai penjuru dunia. Bahkan pihak-pihak yang diduga membantu Israel juga tak luput dari pemboikotan.
Melansir Daily Beast, baru-baru ini media New York Times menuai kecaman karena dituding mempublikasikan cerita berisi propaganda mendukung Israel. Benarkah demikian?
Publikasikan Isu Pelecehan Seksual Oleh Hamas
![]() Ilustrasi Pelecehan Seksual/Foto: Freepik.com |
Melansir Daily Beast, New York Times menuai kritik pedas karena melaporkan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan tentara Hamas pada perempuan Israel saat serangan 7 Oktober 2023 silam. Adapun laporan itu disampaikan oleh tiga jurnalis freelance di media tersebut, yang setelah ditelusuri ternyata berlatar belakang sebagai pendukung Israel. Alhasil, banyak pihak yang menuding New York Times diam-diam memiliki propaganda untuk mendukung Israel.
Sementara itu, News Guilt juga mengungkap kemungkinan bahwa New York Times mungkin menargetkan karyawan berdarah Timur Tengah dan Afrika Utara terkait kebocoran investigasi dalam episode The Daily yang dibuat berdasarkan kisah kekerasan seksual yang dimaksud.
Siapa Jurnalis Freelance dalam Kisah Kekerasan Seksual Oleh Hamas?
Anat Schwartz/Foto: X.com/Anat Schwartz
Intercept melaporkan bahwa Anat Schwartz telah dikontrak oleh New York Times untuk melakukan investigasi terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukan tentara Hamas pada 7 Oktober 2023. Dalam tugas ini, Schwartz bekerja sama dengan keponakannya, Adam Sella, serta seorang veteran Times yang bernama Jeffrey Gettleman.
Sosok Anat Schwartz sendiri cukup kontroversial. Mendapat tugas sepenting ini, ternyata dia sama sekali bukan jurnalis, setidaknya sebelum Oktober 2023. Dia diketahui sebagai seorang sutradara yang pernah membuat sebuah film tentang Israel yang berjudul Promised Land. Selain itu, berdasarkan informasi dari Wikipedia, Schwartz pernah bekerja di badan intelijen militer Israel.
Dengan kata lain, saat diminta melakukan investigasi, Schwartz sebagai kepala tim sama sekali tidak memiliki pengalaman sebagai jurnalis. Bahkan ketika ditelusuri jejaknya di akun media sosial, Schwartz cenderung mendukung Israel dan memberikan like pada beragam postingan pro-Israel.
Schwartz pernah memberikan like pada unggahan pengguna X bahwa Hamas telah memenggal kepala bayi-bayi Israel. Namun klaim ini tidak terbukti. Namun salah satu yang paling mengejutkan adalah Schwartz juga memberikan like pada unggahan user X yang mendukung Israel menjadikan Palestina sebagai tempat pembantaian.
Apa yang Sebenarnya Terjadi di 7 Oktober 2023?
Israel vs Palestina/Foto: Freepik.com
Pasca terkuaknya kisah dugaan pemerkosaan oleh Hamas, program podcast The Daily yang dikelola oleh New York Times berencana menyajikan episode terkait hal ini. Namun walaupun sudah digemborkan, ternyata program ini batal mengudara.
Terkait hal ini, Mona Chalabi, yang dikenal sebagai editor data di Guardian AS, membeberkan bahwa alasan pembatalan itu adalah karena keluarga korban tidak menemukan bukti adanya pelecehan seksual yang dimaksud. Mereka bahkan mengaku bahwa para reporter yang mewawancara melakukan manipulasi sehingga bisa muncul berita tersebut.
Sementara itu, Mona Chalabi sempat membaca referensi yang kredibel terkait adanya pemerkosaan perempuan Palestina oleh tentara Israel, namun nyatanya New York Times tak menganggapnya cukup penting untuk dibahas. Parahnya, Mona Chalabi juga mengungkap ada sejumlah media yang mengambil sikap seperti New York Times.
Respon New York Times
A.G. Sulzberger/Foto: The New York Times
Terkait munculnya sejumlah kritik pedas, pihak New York Times akhirnya angkat bicara. Petinggi New York Times, A.G. Sulzberger, hadir di acara tahunan Reuters Memorial Lecture di Oxford University pada Senin (4/3/2024) dan mengungkapkan menyangkal semua tuduhan dan menyatakan bahwa pihaknya telah berusaha agar laporan yang disampaikan medianya berimbang.
Meski demikian, pihaknya tak bisa mencegah adanya kemarahan dari pihak tertentu yang merasa tidak puas.
“Saya tidak berpikir bahwa organisasi berita harus selalu bertindak benar agar tidak ada pihak yang marah. Tapi, ini juga bukan berarti organisasi berita harus melakukan sesuatu yang salah. Memang benar, bakal mustahil menghasilkan liputan yang adil dan akurat terkait konflik tertentu tanpa membuat semua pihak marah,” ungkapnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |
(naq/naq)