Suhu Ekstrem! Gelombang Panas di China "Menggila", Hambat Aktivitas Pelajar-Pekerja

Florence Febriani Susanto | Beautynesia
Senin, 14 Jul 2025 07:30 WIB
Suhu Ekstrem! Gelombang Panas di China
Gelombang Panas di China/Foto: Freepik

Gelombang panas di China kembali jadi sorotan dunia, Beauties. Suhu ekstrem tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tapi juga mengganggu aktivitas belajar dan bekerja. Beauties, kamu pasti penasaran seperti apa kondisi di sana, bukan?

Cuaca panas yang melanda Beijing mendorong pemerintah kota mengeluarkan peringatan cuaca oranye. Ini merupakan level peringatan tertinggi kedua yang dikeluarkan pemerintah. Warga pun harus mencari cara bertahan, mulai dari berteduh di kanal hingga mengubah rutinitas harian demi menghindari bahaya paparan panas langsung.

Suhu Mencapai 40,5 Derajat

Suhu Sangat Tinggi/Foto: Freepik

Musim panas di China kali ini terasa luar biasa. Menurut Qingdao Daily, suhu di beberapa wilayah pesisir seperti Qingdao mencapai 40,5°C. Ini hanya 0,5 derajat lebih rendah dari rekor tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1961.

Sebanyak 28 lokasi di provinsi Henan dan Shandong mengeluarkan peringatan cuaca panas paling parah pada 7 Juli 2025. Suhu ekstrem ini mirip dengan gelombang panas tahun 2022, yang berlangsung selama 79 hari dari pertengahan Juni hingga akhir Agustus.

Dilansir dari laporan The Lancet pada 2023, sekitar 50.900 kematian di China terjadi akibat gelombang panas. Meski begitu, pemerintah tidak memberikan data resmi mengenai korban tewas akibat suhu ekstrem. Efek gelombang panas China kali ini dianggap lebih berbahaya karena terjadi lebih cepat dan lebih luas dari sebelumnya.

Instansi Pendidikan Menghadapi Gelombang Panas

Ilustrasi berkeringat di tengah panas terik/Foto: Freepik/benzoix

Instansi Pendidikan Menghadapi Gelombang Panas/Foto: Freepik/benzoix

Tak hanya pekerja, para pelajar dan tenaga pendidik juga ikut terdampak. Beberapa universitas di wilayah timur China seperti Shandong mulai berbenah. Kampus-kampus itu berupaya memperbarui fasilitas asrama dengan penambahan pendingin ruangan.

Dilaporkan oleh Jimu News, seorang mahasiswa di Universitas Qingdao mengalami serangan panas. Akibat insiden ini, pihak kampus berencana memperbaiki akomodasi mahasiswa selama libur musim panas. 

Bahkan, satu staf pengawas asrama dilaporkan meninggal dunia pada pagi hari, Sabtu (5/7) setelah mengalami gangguan fisik. Meski tidak dikonfirmasi penyebabnya, gelombang panas diduga jadi pemicunya.

Universitas Qingdao bukan satu-satunya yang mengambil tindakan. Setidaknya enam kampus lain mengumumkan rencana peningkatan fasilitas dalam beberapa hari terakhir. Universitas Yantai Nanshan mengizinkan mahasiswanya tidur di perpustakaan karena perpustakaan lebih dingin.

Dalam video yang dirilis Jimu News, terlihat para mahasiswa duduk berdesakan di lantai supermarket berpendingin udara demi menghindari suhu ekstrem. Musim panas di China kali ini memang memaksa sistem pendidikan untuk lebih adaptif menghadapi perubahan iklim.

Mengubah Pola Hidup Masyarakat

Ilustrasi cuaca panas

Mengubah Pola Hidup Masyarakat/Foto: pexels.com/Lukas

Gelombang panas juga memaksa banyak orang mengubah gaya hidup mereka. "Cuaca sangat panas akhir-akhir ini, terutama dalam beberapa hari terakhir," ujar Li Weijun (22), seorang pekerja magang. Ia bahkan mengaku berhenti memakai pakaian formal dan mulai berolahraga setelah jam 10 malam untuk menghindari resiko sengatan panas.

Dilansir dari CNBC Indonesia, pemerintah China menghimbau masyarakat agar membatasi aktivitas luar ruangan dan memperbanyak asupan cairan. Pekerja konstruksi diminta memangkas jam kerja. Sementara, kelompok rentan seperti lansia dan orang sakit diminta menghindari beban fisik berat.

Zhang Chen (28), seorang pekerja IT, juga terpaksa mengubah kebiasaannya. "Dulu saya bersepeda, tapi sekarang saya lebih memilih berjalan dengan payung atau naik kendaraan umum. Terlalu panas untuk bersepeda," ungkapnya.

Tak hanya itu, muncul pula gagasan tentang sistem kerja yang lebih fleksibel. Lucy Lu (42), yang sedang berteduh bersama teman-temannya, menyarankan agar perusahaan menyediakan opsi kerja dari rumah saat suhu ekstrem melanda. "Ketika suhu mendekati 40°C, seharusnya ada opsi bekerja dari rumah. Resiko sengatan panas itu nyata," katanya.

Efek gelombang panas China juga menekan pasokan listrik nasional. Pada 4 Juli 2025, beban listrik nasional melonjak hingga 1,47 miliar kilowatt. Peningkatan ini dipicu oleh lonjakan penggunaan pendingin ruangan.

Fenomena gelombang panas di China kali ini memperkuat kekhawatiran terhadap dampak nyata perubahan iklim. Para ilmuwan menegaskan bahwa emisi gas rumah kaca akibat ulah manusia adalah penyebab utama panas ekstrem yang makin sering terjadi.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

BE STORIES