'Quiet Covering' Jadi Tren Baru Gen Z di Lingkungan Kerja? Ini Fakta yang Diungkap Penelitian

Kyla Putri Nathania | Beautynesia
Rabu, 17 Sep 2025 11:00 WIB
'Quiet Covering' Jadi Tren Baru Gen Z di Lingkungan Kerja? Ini Fakta yang Diungkap Penelitian
‘Quiet Covering’ Jadi Tren Baru? Ini Fakta yang Diungkap Penelitian Tentang Gen Z/ Foto: pexels.com/Mohammed Hassan

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kerja semakin sering diwarnai dengan istilah-istilah baru yang mencerminkan perubahan budaya dan pola pikir generasi muda. Setelah tren quiet quitting yang sempat viral, kini muncul fenomena lain yang disebut “quiet covering.

Melansir Forbes, penelitian terbaru mengungkap bahwa quiet covering tidak hanya berdampak pada kesehatan mental karyawan, tetapi juga mempengaruhi produktivitas, kreativitas, hingga keterlibatan mereka di dunia kerja.

Menariknya, fenomena ini juga dikaitkan dengan “tatapan datar Gen Z” atau ekspresi wajah tanpa emosi yang sering dianggap tanda ketidaktertarikan, padahal sebenarnya menyimpan pesan yang lebih dalam.

Apa Itu ‘Quiet Covering’?

Quiet covering adalah fenomena ketika karyawan menyembunyikan identitas pribadi untuk menghindari penilaian negatif. Data terbaru menunjukkan tren ini semakin meningkat di dunia kerja modern./ Foto: freepik.com/pressfoto

Quiet covering adalah fenomena ketika karyawan menyembunyikan identitas pribadi untuk menghindari penilaian negatif. Data terbaru menunjukkan tren ini semakin meningkat di dunia kerja modern./ Foto: freepik.com/pressfoto

Quiet covering” adalah kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan aspek pribadi agar tidak dihakimi, terhindar dari stereotip, dan terlihat lebih profesional sehingga peluang promosi mereka meningkat.

Survei terbaru dari Attensi terhadap 2.000 karyawan lintas industri menyebut “quiet covering” sebagai krisis diam-diam di dunia kerja. Data menunjukkan:

  • 58% karyawan mengaku menutupi kekurangan skill atau pengetahuan agar tidak dihakimi.
  • Hampir setengahnya pura-pura paham padahal tidak.
  • 40% menghindari meminta bantuan meskipun tidak yakin dengan pekerjaannya.

Tia Katz, pendiri Hu-X, menjelaskan bahwa setelah tren quiet quitting beberapa tahun lalu, kini muncul istilah lain seperti quiet cracking yaitu gejala burnout dan kelelahan emosional, dan yang lebih halus lagi: quiet covering.

Fenomena “covering” pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Kenji Yoshino. Ia menjelaskan bahwa menyembunyikan identitas pribadi sering dilakukan agar karyawan merasa diterima, terhindar dari diskriminasi, bahkan mempertahankan pekerjaan atau meningkatkan peluang promosi.

Namun, penelitian Hu-X x Hi-Bob menemukan bahwa meski hal ini bisa dianggap sebagai bentuk adaptasi, 97% karyawan melakukan covering setidaknya sesekali, dan 67% melakukannya sering. Alasan utamanya meliputi:

  • Menjaga citra profesional (55%)
  • Mencari penerimaan sosial (48%)
  • Menghindari diskriminasi (46%)
  • Demi peluang promosi, kenaikan gaji, atau bonus (46%)
  • Meningkatkan penilaian kinerja tahunan (43%)

Menariknya, covering paling sering dilakukan kepada atasan senior (55%) atau manajer langsung (54%).

Quiet Covering dan Gen Z

Generasi Z dua kali lebih sering menyembunyikan identitas pribadinya di tempat kerja dibanding generasi Boomer. Alasan utama Gen Z melakukan covering adalah demi citra profesional/ Foto: freepik.com/pressfoto

Generasi Z dua kali lebih sering menyembunyikan identitas pribadinya di tempat kerja dibanding generasi Boomer. Alasan utama Gen Z melakukan covering adalah demi citra profesional/ Foto: freepik.com/pressfoto

Generasi Z ternyata dua kali lebih sering menyembunyikan identitas pribadi di tempat kerja dibandingkan generasi Boomer. Bahkan, 56% Gen Z melakukannya saat berbicara dengan HR.

Banyak Gen Z menyembunyikan:

  • Masalah kesehatan mental
  • Kebiasaan self-care
  • Pengalaman pribadi yang dianggap bisa menghambat promosi

Menurut Katz, tatapan datar Gen Z bukan tanda pasif, melainkan strategi melindungi diri dari tuntutan emosional di tempat kerja yang sering mengutamakan kepercayaan diri daripada kompetensi. Studi juga menunjukkan bahwa alasan utama Gen Z melakukan covering adalah demi citra profesional yang kuat (55%), menghindari diskriminasi, serta mendapatkan promosi atau bonus.

Dampak Quiet Covering bagi Karyawan dan Perusahaan

Terdapat tujuh dampak utama. Quiet covering dapat memicu stres, menghambat karier, dan mengurangi kreativitas karyawan/ Foto: freepik.com/tirachardz

Terdapat tujuh dampak utama. Quiet covering dapat memicu stres, menghambat karier, dan mengurangi kreativitas karyawan/ Foto: freepik.com/tirachardz

Penelitian Hu-X x Hi-Bob menemukan tujuh dampak utama quiet covering pada Gen Z:

  • Menyebabkan stres sedang hingga berat (64%)
  • Mengurangi produktivitas (54%)
  • Menghambat karier (40%)
  • Menurunkan keterlibatan di tempat kerja (56%)
  • Mempengaruhi kehidupan di luar kerja (43%)
  • Membatasi kreativitas dan inovasi (55%)
  • Menurunkan kinerja (47%)

Selain itu, studi dari PR Newswire mengungkap bahwa banyak Gen Z diam-diam menggunakan AI untuk mempercepat pekerjaan, seperti meringkas catatan rapat atau brainstorming ide. Mereka takut ketahuan karena 47% khawatir AI akan menggantikan pekerjaan mereka dan 30% tidak tahu kebijakan perusahaan tentang AI.

Apa yang Bisa Dilakukan Perusahaan?

Perusahaan perlu melihat quiet covering sebagai feedback, bukan perlawanan. Pendekatan ini dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan kesejahteraan karyawan./ Foto: freepik.com/drobotdean

Perusahaan perlu melihat quiet covering sebagai feedback, bukan perlawanan. Pendekatan ini dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan kesejahteraan karyawan./ Foto: freepik.com/drobotdean

Menurut Katz, ketika keaslian diri dipandang sebagai hal yang berisiko, perusahaan justru kehilangan kreativitas, inovasi, dan produktivitas. Ia menyarankan agar perusahaan melihat quiet covering sebagai feedback, bukan perlawanan. 

Gen Z ingin kebebasan memilih bagian dari diri mereka yang ingin dibagikan di tempat kerja tanpa takut dihakimi. Mereka ingin diakui karena kontribusinya, bukan sekadar karena bisa menyesuaikan diri dengan standar lama yang kaku.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE