Pilu, Ribuan Warga Palestina Tewas Terbunuh Akibat Serangan Israel saat Antre Air-Bantuan Makanan
Nadya Quamila | Beautynesia
Jumat, 18 Jul 2025 06:15 WIB

Pilu, Ribuan Warga Palestina Tewas Terbunuh Akibat Serangan Israel saat Antre Air-Bantuan Makanan/Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu
Lebih dari 700 warga Palestina, sebagian besar anak-anak, dilaporkan tewas saat mengambil air karena serangan Israel sejak Oktober 2023. Aksi brutal Israel ini dianggap sebagai senjata perang untuk merampas hak-hak paling dasar warga Palestina.
"Pendudukan Israel terus melancarkan perang kehausan yang sistematis dan disengaja terhadap rakyat Palestina di Gaza, sebuah pelanggaran nyata terhadap semua konvensi internasional dan kemanusiaan," demikian pernyataan kantor media pemerintah Gaza, dilansir dari Anadolu Ajansi.
Sejak Oktober 2023, pasukan tentara Israel telah melakukan 112 pembantaian terhadap warga Gaza yang sedang mengambil air, menewaskan lebih dari 700 orang, sebagian besar anak-anak.
Israel Rampas Hak Dasar Warga Palestina
Israel Rampas Hak Dasar Warga Palestina/Foto: AFP via Getty Images/AHMED ZAKOUT
Baru-baru ini, pada Minggu (12/7), setidaknya 12 warga Palestina tewas, termasuk di antaranya delapan anak-anak, akibat tembakan Israel. Mereka tewas saat menunggu air di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Tak hanya itu, lebih dari 720 sumur air sengaja dihancurkan oleh tentara Israel di Gaza.
"Serangan terhadap sumur air telah merampas akses air bersih bagi lebih dari 1,25 juta warga Palestina," tambahnya.
Mahmoud Abdul Rahman Ahmed, warga Gaza, mengatakan putranya, Abdullah, sedang mencari seteguk air ketika ia mengambil jerigen keluarga pada Minggu (12/7) pagi dan pergi seperti biasa ke salah satu titik distribusi air di kamp Nuseirat, di Gaza tengah.
"Daerah itu dihuni oleh orang-orang yang mengungsi, orang-orang lain yang kelelahan akibat perang, dan mereka yang telah merasakan dampak terburuk akibat pengepungan dan pembatasan yang diberlakukan, serta agresi yang terus berlanjut," kata Mahmoud dalam sebuah wawancara dengan seorang jurnalis lokal yang bekerja untuk BBC.
"Anak-anak, termasuk Abdullah, berdiri dalam antrean dengan perut kosong, jerigen kosong, dan bibir yang haus," tambahnya.
"Beberapa menit setelah anak-anak dan orang-orang yang haus di kamp berkumpul, pesawat-pesawat tempur mengebom anak-anak tersebut dan titik distribusi air, tanpa pemberitahuan sebelumnya," lanjutnya.
Tentara Israel telah menghalangi masuknya 12 juta liter bahan bakar setiap bulan. Jumlah ini dibutuhkan untuk mengoperasikan sumur air, stasiun pembuangan limbah, mekanisme pengumpulan sampah, dan sektor vital lainnya yang jumlahnya sangat sedikit di Gaza.
"Hal ini telah menyebabkan kelumpuhan total pada jaringan air dan pembuangan limbah serta penyebaran epidemi, terutama di kalangan anak-anak," tambahnya.
Kantor media tersebut mendesak komunitas internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan penggunaan air secara sistematis dan disengaja oleh Israel sebagai senjata perang. Mereka juga meminta menyediakan bahan bakar dan peralatan berat yang diperlukan untuk mengoperasikan kembali sumur air dan stasiun drainase.
Sebagai informasi, Israel telah menutup perlintasan Gaza untuk bantuan makanan, medis, dan kemanusiaan sejak 2 Maret 2025, memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Blokade tersebut telah mendorong wilayah tersebut ke dalam kondisi kelaparan, dengan banyak kematian dilaporkan akibat kelaparan.
800 Warga Palestina Tewas Terbunuh saat Antre Makanan
800 Warga Palestina Tewas saat Antre Makanan/Foto: dpa/picture alliance via Getty I/picture alliance
Tak hanya saat mengantre air, sekitar 800 warga Palestina dilaporkan tewas saat mencari bantuan dalam enam minggu terakhir, menurut PBB.
"Orang-orang pergi mencari bantuan karena lapar, tetapi mereka mati dan kembali dalam kantong mayat," kata Mahmoud Makram yang selamat dari serangan Israel terhadap warga Palestina yang mencoba mendapatkan bantuan, dilansir dari AJ Plus.
Sebanyak 615 warga Palestina tewas di sekitar lokasi Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Lokasi-lokasi yang didukung Amerika Serikat dan Israel tersebut telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang parah setelah menembaki dan membunuh warga Palestina yang mencari bantuan.
GHF, yang diusulkan Israel sebagai alternatif sistem bantuan PBB di Gaza, hampir selalu dikecam oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia karena melanggar prinsip-prinsip imparsialitas kemanusiaan dan apa yang mereka sebut sebagai keterlibatan dalam kejahatan perang.
“Hingga 7 Juli, kami telah mencatat 798 pembunuhan, termasuk 615 di sekitar Yayasan Kemanusiaan Gaza, dan 183 kemungkinan di jalur konvoi bantuan,” ujar juru bicara PBB Ravina Shamdasani kepada para wartawan di Jenewa, dilansir dari The Guardian.
Di Gaza, GHF telah menjadi terkenal karena peristiewa penembakan yang hampir terjadi setiap hari terhadap warga yang mencari makanan yang telah mengantre untuk menerima makanan sejak kelompok tersebut mulai beroperasi pada awal Mei.
Warga Palestina yang mencari makanan harus mengikuti serangkaian instruksi yang rumit dan mengikuti rute tertentu, serta berjalan jauh untuk mencapai lokasi makanan. Meskipun demikian, tidak ada jaminan mereka akan aman.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)