Pesan Natal 2025 dari Kardinal Ignatius Suharyo dan Paus Leo XIV, Relate dengan Kondisi Dunia Sekarang

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Senin, 29 Dec 2025 10:30 WIB
Pesan Natal 2025 dari Kardinal Ignatius Suharyo dan Paus Leo XIV, Relate dengan Kondisi Dunia Sekarang
Pesan Natal 2025 dari Kardinal Ignatius Suharyo dan Paus Leo XIV, Relate dengan Kondisi Dunia Sekarang/ Foto: Pexels.com/Christina & Peter

Pesan Natal jadi salah satu yang paling ditunggu-tunggu umat Kristiani saat menyambut momen sukacita ini. Natal tidak hanya membawa kedamaian dan kegembiraan, tapi juga ajakan untuk terus menjunjung tinggi kasih dan kemanusiaan, Beauties.

Pesan Natal tahun ini memiliki relevansi dengan kondisi masyarakat di berbagai belahan negara. Dari Vatikan, Paus Leo XIV menyampaikan pesan Natal tradisional Urbi et Orbi dari Balkon Basilika Santo Petrus (25/12/2025). Begitu pula dengan Kardinal Ignatius Suharyo di Misa Natal di Katedral beberapa waktu lalu.

Pesan Natal 2025 Paus Leo XIV

Paus Leo XIV

Paus Leo XIV/ Foto: instagram.com/pontifex

Paus Leo XIV menyerukan perdamaian dunia dalam pesan Natalnya, Beauties. Mengutip DetikNews, ia menegaskan kembali pentingnya perdamaian, solidaritas, dan kepedulian terhadap sesama. Terlebih lagi bagi mereka yang terdampak konflik, kemiskinan, dan krisis kemanusiaan. Para pemimpin dunia diharapkan bisa mengedepankan dialog dan kemanusiaan dalam menyelesaikan berbagai persoalan internasional.

Baginya, nilai-nilai kasih dan kedamaian yang dibawa Natal harus menjadi landasan dalam membangun kehidupan bersama yang lebih adil dan harmonis. Lebih dari itu, Paus Leo XIV turut mengajak seluruh umat untuk menjadikan momen ini untuk memperkuat persaudaraan dan menumbuhkan harapan di tengah tantangan global.

Pesan Natal 2025 Kardinal Ignatius Suharyo

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo/ Foto: Detikcom/Taufiq Syarifuddin

Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, menyampaikan khotbah Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusa, hari Kamis (25/12/2025). Ada empat poin dalam warta Natal yang disampaikannya, sebagaimana dikutip dari DetikNews, merujuk beberapa pesan mendiang Paus Fransiskus.

Pertama adalah perilaku ketidakadilan manusia di mana ia menyampaian, “Mengenai ketidakadilan, Paus Fransiskus menyatakan, saya kutip, 'Di dalam dunia dewasa ini, betapa banyak luka yang ditanggung oleh orang-orang yang tidak mempunyai suara karena teriakan mereka diredam dan dibenamkan oleh sikap acuh tak acuh orang-orang yang berkuasa'.”

Pesan Kardinal Suharyo dilanjutkan dengan topik “Mengenai bahaya uang, Paus Fransiskus mengatakan begini, 'Janganlah jatuh ke dalam pola pikir yang mengerikan yang beranggapan bahwa kebaikan-kebahagiaan bergantung kepada uang, dan bahwa dibandingkan dengan uang semua yang lain tidak ada nilai dan martabatnya. Kekerasan yang ditimpakan kepada orang lain, lebih menumpuk kekayaan yang berlumuran darah tidak akan mampu membuat seorang pun tetap berkuasa dan tidak mati'."

Kutipan Paus Fransiskus juga menyentuh perihal korupsi, Beauties. “Mengenai korupsi dengan hati yang pedih Paus Fransiskus menulis begini 'luka-luka bernanah akibat korupsi merupakan dosa berat yang berteriak keras ke surga untuk mendapatkan pembalasan. Karena luka itu merongrong data-data kehidupan pribadi dan masyarakat," ucap Suharyo. “Korupsi membuat kita tidak mampu melihat masa depan dengan penuh harapan, karena keserakahan yang zalim itu menghancurkan harapan-harapan kaum lemah dan menginjak-injak orang yang paling miskin di antara kaum miskin. Korupsi adalah skandal publik yang berat.”

Dia turut mengingatkan bahwa jabatan yang dipangku untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi. "Siapa pun yang berada di dalam posisi, katakanlah, jabatan-jabatan suatu lembaga, kalau dia diberi kesempatan untuk menjabat, harapannya tidak menduduki jabatan. Jabatannya diduduki, kursinya diduduki, enak sekali duduk di kursi itu. Tetapi mengemban amanah,” ungkapnya. "Beda, ketika saya menduduki jabatan itu, waktu saya menggunakan jabatan itu, kepentingan saya sendiri. Tetapi ketika saya memangku jabatan, beda, jabatan itu saya pangku untuk kebaikan bersama.”

Suharyo juga menyoroti kerusuhan yang terjadi pada bulan Agustus lalu dan mengajak semua masyarakat untuk bisa sama-sama bertobat untuk mengembalikan cita-cita kemerdekaan sebagaimana tertuang dalam Pancasila, Undang-Undang Pembukaan, UUD 1945. “Semua, mesti bertobat. Mengembalikan cita-cita kemerdekaan kita yang terumuskan dalam Pancasila, yang terumuskan di dalam Undang-Undang Pembukaan, Undang-Undang Dasar 45, itu pertobatan nasional. Tapi dasarnya adalah pertobatan batin, memuliakan Allah, dan membaktikan hidup bagi Tuhan.”

Terakhir, Kardinal Suharyo menaruh perhatian khusus pada kerusakan alam yang menimbulkan bencana, seperti yang terjadi di wilayah Sumatra. Ia menyampaikan fokus Keuskupan Agung Jakarta tahun depan mencakup tanggung jawab untuk menjaga lingkungan hidup. “Nah sekarang ini, yang sedang digalakkan, tahun depan, tahun 2026, Keuskupan Agung Jakarta memberi perhatian pada yang namanya tanggung jawab untuk menjaga lingkungan hidup. Maka ada yang namanya pertobatan ekologis, itu yang akan terus didengungkan," lanjutnya. “Pertobatan ekologis itu isinya macam-macam yang pernah dilakukan, susahnya atau sayangnya itu sekarang dilupakan. Salah satu bentuk pertobatan ekologis, misalnya salah satu contoh kecil, atau, kalau saya biasanya makan kalau tidak enak dibuang, sampah makanan itu di Indonesia kan besar sekali.”

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE