Menteri PPPA hingga KPAI Kecam Aksi Elham Yahya yang Cium Anak-anak di Panggung
Viral di media sosial potongan video pendakwah asal Kediri, Elham Yahya, terlihat mencium sejumlah anak perempuan di atas panggung pengajian. Aksinya ini menuai kecaman dari netizen dan masyarakat, termasuk dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) hingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Sebelumnya, beredar sebuah template di Instagram Story berisi gabungan foto aksi Elham saat mencium dan dicium anak kecil. Narasi di template tersebut mengecam keras aksi Elham dan telah direpost hingga lebih dari 200 ribu netizen.
"Kepada Bapak Menteri Agama, Bapak Ketua LPAI, Bapak Ketua KPAI, dan Bapak Ketua Komnas PA. Tolong selamatkan anak-anak kita, Pak. Ini adalah kumpulan dari beberapa foto seorang anak kiai (Gus) yang dikenal dengan nama Gus Elham (@ellhamyahya), sedang mencium dan dicium oleh seorang anak perempuan dan tampak jelas sedang merangkul anak tersebut dengan erat menggunakan tangannya," bunyi template tersebut.
Tuai Kecaman Tajam, Elham Yahya Minta Maaf atas Perilakunya
Tuai Kecaman Tajam, Elham Yahya Minta Maaf atas Perilakunya/Foto: Tangkapan Layar
Ramai tuai kecaman publik, Elham Yahya akhirnya buka suara. Ia meminta maaf atas kegaduhan yang ditimbulkan dari video dirinya mencium anak-anak di atas panggung saat pengajian. Dalam pernyataannya di akun Instagram @fuadbakh, Elham menyebut insiden tersebut sebagai kekhilafan pribadi dan menegaskan komitmennya untuk memperbaiki diri.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kediri, 11 November 2025 jam 14.00 WIB. Dengan penuh kerendahan hati, saya Muhammad Elham Yahya Al-Maliki saya pribadi memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat atas beredarnya video yang menimbulkan kegaduhan. Saya mengakui bahwa hal tersebut merupakan kekhilafan dan kesalahan saya pribadi," ujar Elham dalam video, mengutip detikcom.
Ia berjanji menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga agar tidak terulang kembali di masa depan.
"Saya berkomitmen untuk memperbaiki dan menjadikan peristiwa ini menjadi pelajaran berharga agar tidak mengulangi hal serupa di masa mendatang dan saya juga bertekad untuk menyampaikan dakwah dengan cara yang lebih bijak sesuai dengan norma agama, etika dan budaya bangsa, serta menjunjung akhlakul karimah," lanjutnya.
Elham juga menjelaskan bahwa video yang kini viral merupakan video lama yang telah dihapus dari seluruh media resminya.
"Perlu saya sampaikan bahwa video yang beredar merupakan video lama dan telah kami hapus dari seluruh media resmi kami," katanya.
Terkait anak-anak dalam video tersebut, Elham menegaskan mereka berada di bawah pengawasan orang tua masing-masing dan rutin mengikuti pengajiannya.
"Dan perlu saya sampaikan bahwa anak dalam video viral tersebut adalah mereka yang dalam pengawasan orang tuanya yang mengikuti rutinan pengajian saya," ujar dia.
Meski begitu, Elham tetap menyampaikan penyesalan atas kegaduhan yang terjadi.
"Namun demikian, saya tetap memohon maaf atas hal tersebut. Demikian permohonan maaf dan klarifikasi ini saya sampaikan. Semoga Allah Taala mengampuni kekhilafan kita semua dan senantiasa membimbing langkah kita di jalan kebaikan," tutupnya.
Tanggapan Menteri PPPA dan KPAI
Menteri PPPA Arifah Fauzi/Foto: Dok. Kementerian PPPA
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, buka suara mengenai video viral Elham Yahya yang mencium sejumlah anak perempuan. Arifah mengatakan tindakan Elham itu di luar batas kewajaran dan merupakan perilaku yang tidak pantas.
"Kami sependapat dengan publik tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan, terlepas dari status atau posisi siapapun yang melakukannya, termasuk mereka yang dianggap sebagai pemuka agama," ujar Arifah kepada wartawan, Kamis (13/11), dikutip dari detikcom.
Dia mengatakan kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih memahami pentingnya menjaga batas interaksi dengan anak. Dia meminta masyarakat tidak mewajarkan aksi itu.
"Perilaku yang melibatkan sentuhan fisik tanpa persetujuan, apalagi dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, berpotensi menjadi bentuk pelecehan yang dapat berdampak psikologis serius pada korban," katanya.
Mencegah kasus serupa, Arifah menekankan pentingnya edukasi tentang otoritas tubuh sejak usia dini. Dia mengatakan anak perlu memahami tubuh mereka sepenuhnya milik mereka sendiri, serta tidak ada seorang pun yang berhak menyentuh atau melanggar batas pribadi mereka.
"Edukasi tentang otoritas tubuh menjadi langkah strategis dalam mencegah praktik child grooming. Anak yang memahami batas tubuhnya lebih mampu mengenali tanda-tanda perilaku manipulatif, meskipun dilakukan oleh orang yang mereka kenal atau hormati. Dengan pengetahuan ini, anak dapat melindungi diri dan mencari bantuan lebih cepat," ucapnya.
Lebih lanjut, Arifah mengajak seluruh pihak untuk bersama menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan. Dia mengimbau orang tua membangun komunikasi terbuka dengan anak, sementara lembaga pendidikan dan sosial wajib memastikan adanya sistem pengawasan dan perlindungan yang efektif.
Kementerian PPPA juga mengajak masyarakat yang mengalami, mendengar, melihat, atau mengetahui kasus kekerasan untuk berani melapor ke lembaga-lembaga yang telah diberikan mandat oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).
Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai aksi Elham Yahya menyerang harkat dan martabat anak.
"KPAI menilai tindakan tersebut menyerang harkat dan martabat anak sebagai individu yang memiliki hak asasi. Selain itu, tindakan ini telah melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia serta prinsip-prinsip hak anak," ujar Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah kepada wartawan, Kamis (13/11), dikutip dari detikcom.
"Kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak dapat menimbulkan dampak psikologis yang destruktif dan memengaruhi kehidupan anak di masa depan, seperti menimbulkan kecemasan, menurunkan kepercayaan diri anak, hingga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Situasi ini dapat merusak perkembangan mental dan fisik anak, bahkan dalam kondisi tertentu dapat meningkatkan kerentanan anak terhadap perilaku negatif di masa depan," jelasnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!