Mengenal Logical Fallacy di Media Sosial, saat Logika 'Tersesat' di Lini Masa

Gayuh Tri Pinjungwati | Beautynesia
Jumat, 04 Jul 2025 20:00 WIB
Mengenal Logical Fallacy di Media Sosial, saat Logika 'Tersesat' di Lini Masa
Mengenal Logical Fallacy di Media Sosial, saat Logika 'Tersesat' di Lini Masa/Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media

Pernah nggak, kamu scroll media sosial lalu menemukan komentar atau opini yang sekilas terlihat masuk akal, tapi saat dipikir ulang malah terasa janggal? Nah, bisa jadi kamu baru saja bertemu dengan logical fallacy. Istilah ini merujuk pada kesalahan berpikir atau logika yang keliru, namun, sering kali terdengar meyakinkan dan sayangnya, marak sekali terjadi di media sosial.

Di era digital seperti sekarang, siapa pun bisa menyampaikan pendapat secara cepat dan luas. Tapi, sayangnya, tidak semua argumen yang dibagikan di media sosial didasarkan pada logika yang sehat. Yuk, kita kenali beberapa bentuk logical fallacy yang sering muncul, supaya kamu bisa jadi pembaca dan pengguna media sosial yang lebih bijak, seperti yang dilansir dari Zarvana berikut ini.

1. Ad Hominem (Menyerang Orangnya, Bukan Idenya)

Ad Hominem (Menyerang Orangnya, Bukan Idenya)/Foto: Pexels.com/Plann

Alih-alih membantah isi pendapat seseorang, orang justru menyerang pribadi yang menyampaikan. Contohnya, “Kamu nggak pantas ngomong soal parenting, kamu aja belum punya anak.” Ini adalah jenis kesalahan logika yang mengalihkan topik dari argumen ke identitas pribadi. Padahal, ide dan data bisa berdiri sendiri, terlepas siapa yang menyampaikan.

2. Straw Man (Membuat Versi Lemah dari Argumen Lawan)

Straw Man (Membuat Versi Lemah dari Argumen Lawan)/Foto: Pexels.com/Andrea Piacquadio

Sering terjadi saat seseorang mengubah pendapat orang lain jadi versi yang lebih ekstrem agar mudah dibantah. Misalnya, saat seseorang bilang, “Aku pilih nggak vaksin karena masih butuh edukasi,” lalu dibalas, “Oh jadi kamu pengin semua orang sakit?” Padahal, itu bukan maksud asli pernyataan awal.

3. Bandwagon (Ikut-ikutan Tanpa Logika)

Bandwagon (Ikut-ikutan Tanpa Logika)/Foto: Pexels.com/Pavel Danilyuk

"Semua orang pakai produk ini, berarti pasti bagus!" Pernah dengar kalimat ini? Ini contoh fallacy yang mengasumsikan bahwa sesuatu benar hanya karena banyak orang percaya. Media sosial sering jadi tempat berkembangnya bandwagon, karena tren dan opini bisa viral dengan cepat.

4. False Dilemma (Seolah Hanya Ada Dua Pilihan)

False Dilemma (Seolah Hanya Ada Dua Pilihan)/Foto: Pexels.com/Ketut Subiyanto

Kamu mungkin pernah membaca pernyataan seperti, “Kalau kamu nggak dukung ini, berarti kamu lawan kami!” Padahal, kenyataannya nggak sesederhana itu. Dalam hidup dan terutama di media sosial, jarang ada situasi yang hanya terdiri dari dua pilihan mutlak.

5. Appeal to Emotion (Mengandalkan Emosi, Bukan Fakta)

Appeal to Emotion (Mengandalkan Emosi, Bukan Fakta)/Foto: Pexels.com/Andrea Piacquadio

Postingan yang sengaja dibuat menyentuh hati atau memancing kemarahan sering kali menggunakan kesalahan logika ini. Emosi memang penting, tapi kalau digunakan untuk menggantikan fakta dan analisis yang jernih, kita perlu waspada.

Kenapa Kita Perlu Peduli?

Karena logical fallacy bukan hanya bisa menyesatkan argumen, tapi juga memperburuk diskusi, menebar hoaks, dan menciptakan polarisasi. Dengan mengenali kesalahan logika, kita bisa lebih bijak dalam menyerap informasi dan lebih kritis dalam berbagi pendapat.

Media sosial harusnya jadi ruang berbagi, bukan ajang saling menjatuhkan. Jadi, sebelum ikut menyebarkan opini, yuk pastikan kita juga menyaringnya dengan logika yang sehat.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

 

(naq/naq)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!

RELATED ARTICLE

BE STORIES