Mengenal Kirab Kebo Bule: Tradisi Malam 1 Suro Masyarakat Surakarta
Pratitis Nur Kanariyati | Beautynesia
Kamis, 26 Jun 2025 10:30 WIB

Tradisi Kirab Kebo Bule/Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng
Dalam menyambut Tahun Baru Islam 2025, segelintir negara di dunia, termasuk Indonesia memiliki tradisi tersendiri dalam merayakannya. Misalnya, wilayah Surakarta.
Setiap malam satu Suro atau Muharram, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat selalu menggelar tradisi yang sering disebut Kirab Kebo Bule. Kawanan kebo bule yang konon 'disakralkan' itu dijadikan sebagai cucuk lampah (pengawal) dalam prosesi kirab sejumlah pusaka Keraton Surakarta.
Menelisik lebih dalam terkait kebo bule, bagaimana kebo bule bisa menjadi bagian dari tradisi kirab Keraton Surakarta hingga ia begitu disakralkan?
Asal Mula Kebo Bule
Kebo bule dikarantina persiapan kirab malam 1 Suro, Kamis (28/7/2022)/Foto: Charolin Pebrianti/detikcom
Kebo bule merupakan pemberian Kyai Hasan Besari, pendiri pesantren Tegalsari untuk Pakubuwono II yang telah berhasil merebut kembali Keraton Kartasura yang sebelumnya diambil paksa oleh laskar Cina.
Kembali pada masa lampau tepatnya tahun 1700-an, di Keraton Kartasura pernah terjadi Geger Pecinan. Mengutip Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan (2020), Geger Pecinan adalah peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh etnis Tionghoa terhadap Keraton Kartasura. Para pemberontak berhasil menduduki dan merusak keraton.
Dengan situasi yang ada, Pakubuwono II serta keluarganya melarikan diri ke Tegalsari, Ponorogo, tempat Kyai Hasan Besari.
Waktu demi waktu akhirnya pemberontakan Geger Pecinan dapat dipadamkan oleh Pakubuwono II dengan bantuan pasukan VOC. Alhasil, Keraton Kartasura berhasil diambil alih kembali.
Peristiwa Geger Pecinan membuat Keraton Kartasura menjadi luluh lantah, hingga akhirnya pusat keraton dipindahkan ke lokasi Keraton Kasunanan Surakarta yang sekarang.
Kebo bule bukan hanya sembarang kerbau biasa. Ia memiliki kemampuan dan diberi kepercayaan untuk menjaga dan mengawal pusaka keraton yang memiliki sebutan Kyai Slamet.
Selain itu, kebo yang juga memiliki sebutan albino turut andil dalam terpilihnya wilayah Solo sebagai lokasi keraton yang baru.
Saat Pakubuwono II sedang mencari lokasi keraton baru, leluhur dari kebo bule dilepas dan dibiarkan berjalan dengan diikuti abdi dalem hingga akhirnya berhenti di tempat Keraton Kasunanan Surakarta berdiri.
Sejarah Peran Kebo Bule dalam Acara Kirab
Suasana Kirab Malam 1 Suro di Keraton Solo, Sabtu (29/10/2022)/Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikJateng
Keterlibatan kebo bule dalam tradisi kirab Surakarta ternyata bermula dari kebiasaan Pakubuwono X.
Diceritakan Pakubuwono X selalu membawa pusaka tombak Kyai Slamet untuk berkeliling tembok Baluwarti atau semacam benteng pertahanan dan pembatas wilayah keraton di setiap malam Selasa dan Jumat kliwon.
Lantaran kebo bule adalah cucuk lampah pusaka Kyai Slamet, ke mana pun pusaka tersebut pergi, maka kebo bule akan selalu bersamanya.
Kebo bule menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi malam satu Suro di Keraton Surakarta, di mana kerbau itu dikirab bersama pusaka keraton lainnya. Kerbau tersebut dianggap membawa berkah, kesucian, keselamatan, dan spiritual tinggi.
Merujuk dokumen skripsi bertajuk Fenomena Kebo Bule Kyai Slamet dalam Kirab 1 Suro Keraton Kasunanan Surakarta (2014) yang dipublikasikan Digital Library UNS, dalam kirab malam 1 Suro terdapat simbol keselamatan berupa kebo bule sebagai cucuk lampah yang berada pada barisan terdepan. Kemudian, diikuti barisan pusaka.
Beauties, itu dia tradisi Kirab Kebo Bule. Lantas, apa tradisi di daerahmu saat menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(ria/ria)