Mengenal Fenomena Task Masking di Kalangan Gen Z dan Cara Mengatasinya
Beberapa tahun terakhir, task masking sering muncul dalam obrolan seputar kerja modern. Di media sosial, banyak Gen Z yang membahas bagaimana mereka terlihat sibuk sepanjang hari, tapi merasa tidak benar-benar menyelesaikan hal penting.
Fenomena ini muncul seiring meningkatnya standar produktivitas di dunia kerja dan budaya “harus terlihat selalu sibuk” yang semakin kuat. Di balik layar, banyak perusahaan yang tanpa sadar mendorong pola kerja seperti ini. Jadwal meeting yang padat, pesan instan yang tak henti, hingga kewajiban respons cepat membuat banyak anak muda merasa harus selalu on.
Akibatnya, fokus terhadap pekerjaan inti hilang. Task masking pun jadi strategi tidak sadar untuk bertahan, meski sering kali justru merugikan diri sendiri.
Pengertian Task Masking
![]() Task masking terjadi saat seseorang sibuk dengan tugas kecil agar terlihat sibuk/Foto: Freepik.com/wayhomestudio |
Task masking adalah kondisi ketika seseorang melakukan banyak tugas kecil untuk memberikan kesan sibuk, padahal tugas tersebut tidak berdampak besar pada hasil kerja. Dilansir dari Woke Waves, istilah ini muncul untuk menggambarkan perpaduan antara multitasking dan kebutuhan terlihat produktif. Meski tampak seperti kerja keras, orang yang melakukan task masking sebenarnya sedang menghindari pekerjaan penting yang membutuhkan fokus mendalam.
Task masking sendiri sering kali muncul secara tidak sadar. Seseorang bisa sibuk membalas email, merapikan workspace, membuat to-do list berulang, atau menghadiri meeting yang kurang relevan hanya untuk menghindari tugas besar yang menuntut energi mental lebih tinggi. Pada akhirnya kamu merasa sibuk seharian, tapi progres yang dicapai tidak sebanding dengan energi yang dikeluarkan.
Meningkatnya Task Masking dalam Budaya Kerja Gen Z
Gen Z semakin sering terjebak task masking karena tekanan dan tuntutan kerja/Foto: Freepik.com/Freepik
Gen Z dikenal sebagai generasi yang dekat dengan teknologi dan cepat beradaptasi dengan berbagai platform kerja digital. Namun, kedekatan ini juga membawa tekanan tersendiri.
Dengan notifikasi yang tidak ada habisnya, FOMO karier, dan ketakutan terlihat tidak produktif, task masking pun semakin meningkat. Banyak Gen Z yang akhirnya sibuk berpindah dari satu tugas kecil ke tugas kecil lainnya.
Budaya kerja modern juga cenderung memberi penghargaan pada “kesibukan”, bukan hasil. Menghadiri meeting setiap hari, laporan berkala yang berlebihan, hingga ekspektasi selalu online membuat Gen Z merasa harus terus bergerak. Padahal, intensitas kerja tinggi tanpa arah yang jelas justru bisa memicu burnout.
Alasan Gen Z Menerapkan Task Masking
![]() Budaya hustle membuat Gen Z rentan melakukan task masking/Foto: Freepik.com/pressfoto |
Melansir Harper’s Bazaar, salah satu alasan besar mengapa Gen Z melakukan task masking adalah tekanan dari budaya hustle. Selama bertahun-tahun, media sosial penuh dengan narasi kerja keras tanpa henti dan pencapaian yang harus dibagikan.
Situasi ini menciptakan standar tidak realistis bahwa kamu harus terlihat produktif sepanjang waktu. Tugas-tugas kecil pun menjadi alat untuk menunjukkan bahwa kamu bekerja keras, meski tidak selalu relevan.
Rasa takut dinilai tidak kompeten juga menjadi alasan penting. Banyak Gen Z yang baru memasuki dunia kerja dan ingin menunjukkan keaktifan di setiap kesempatan. Tanpa sadar, ini menjadi kebiasaan yang mengarah pada task masking, sehingga pekerjaan strategis sering terabaikan.
Membebaskan Diri dari Produktivitas Palsu
Mengurangi task masking dimulai dari fokus pada prioritas/Foto: Freepik.com/Freepik
Beauties, untuk keluar dari jebakan task masking, salah satu langkah pertama adalah memahami prioritas kerja. Fokus pada tugas-tugas yang berdampak besar dibandingkan tugas kecil yang hanya menghabiskan energi. Teknik seperti time blocking, bekerja tanpa notifikasi, atau menetapkan tiga tujuan utama per hari bisa membantu kamu lebih peka terhadap kegiatan yang benar-benar penting.
Selain itu, penting juga membangun batasan sehat dengan pekerjaan. Tidak semua pesan harus dibalas dalam hitungan menit, dan tidak semua meeting harus diikuti. Dengan menyeimbangkan waktu fokus dan waktu istirahat, produktivitas bisa meningkat tanpa harus mengorbankan kesehatan mental.
Pada akhirnya, task masking hanya membuat kamu terlihat sibuk tanpa benar-benar bergerak maju. Dengan membangun cara kerja yang lebih fokus, sehat, dan autentik, kamu bisa menciptakan produktivitas yang nyata, Beauties.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

