Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan
Amoura Lingga Ranyana | Beautynesia
Minggu, 29 Jun 2025 19:30 WIB

Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan/Foto: Pexels/Kaboompics.com
Di tengah krisis iklim, ketimpangan sosial, dan sistem ekonomi yang sering abai terhadap keberlanjutan, muncul satu pendekatan yang menyatukan dua perjuangan besar, yaitu feminisme dan ekologi. Pendekatan ini kemudian dikenal sebagai ekofeminisme, sebuah cara pandang yang melihat bahwa penindasan terhadap perempuan dan kerusakan alam berakar dari sumber yang sama.
Lebih dari sekadar teori, ekofeminisme menjadi dasar bagi banyak gerakan sosial di berbagai belahan dunia untuk memperjuangkan keadilan lingkungan dan kesetaraan gender secara bersamaan. Gerakan ini muncul saat para feminis mulai menyadari bahwa perjuangan untuk hak-hak perempuan tidak bisa dilepaskan dari perjuangan melindungi alam.
Ekofeminisme menyoroti bagaimana dominasi atas alam dan perempuan saling terkait, serta saling menguatkan dalam sistem sosial yang tidak setara. Seperti apa gambaran lebih lengkap dari ekofeminisme ini? Simak sampai habis, ya, Beauties!
Memahami Gagasan Ekofeminisme
Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan/Foto: Pexels/Markus Spiske
Menurut Harvard University, ekofeminisme, atau feminisme ekologis, adalah pendekatan yang menggabungkan prinsip kesetaraan gender dengan penghargaan terhadap alam, proses organik, dan nilai-nilai kolaboratif non-patriarkal. Filosofi ini menyoroti bagaimana masyarakat patriarkal telah mendominasi perempuan dan juga alam.
Pendekatan ini melihat bahwa penindasan terhadap perempuan dan kerusakan lingkungan memiliki akar yang sama, yaitu sistem patriarki yang mengutamakan dominasi dan eksploitasi. Jadi, ekofeminisme hadir bukan hanya memperjuangkan kesetaraan gender, tetapi juga untuk menawarkan cara pandang alternatif yang memuliakan bumi, mengakui ketergantungan manusia pada alam, serta menghargai semua bentuk kehidupan.
Mengapa Perempuan dan Alam Dinilai Saling Terkait?
Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan/Foto: Pexels/Nguyễn Lâm
Dalam banyak masyarakat, perempuan sering diasosiasikan dengan alam karena keduanya dianggap sebagai sumber kehidupan, pengasuh, dan pemelihara.
Meski kerap dianggap sebagai simbol atau stereotip, kenyataannya banyak perempuan memiliki hubungan langsung dan aktif dengan alam dalam kehidupan sehari-hari, terutama di komunitas lokal. Mereka berperan dalam mengelola lahan, pangan, hingga kesehatan keluarga.
Akibatnya, ketika lingkungan mengalami kerusakan, perempuan juga menjadi pihak yang paling terdampak, baik secara fisik, sosial, maupun ekonomi. Ekofeminisme melihat keterkaitan ini bukan sebagai kelemahan, tetapi sebagai kekuatan yang bisa menjadi dasar perjuangan bersama.
Sejarah Ekofeminisme
Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan/Foto: Pexels/Pavel Danilyuk
Melansir dari situs Earth ORG, ekofeminisme pertama kali muncul pada tahun 1970-an di lingkungan akademik Amerika Utara dan Eropa sebagai cabang dari gerakan feminis. Pendekatan ini menghubungkan penindasan terhadap perempuan dengan hubungan manusia yang menindas alam, serta digunakan sebagai kerangka teoritis untuk memahami bagaimana konstruksi gender yang hirarkis dan dualistik berperan dalam dominasi manusia atas lingkungan.
Sejak tahun 1980-an, ekofeminisme mulai memengaruhi gerakan aktivisme feminis, lingkungan, dan seni. Tokoh penting dalam gerakan ini antara lain Françoise d’Eaubonne, penulis asal Prancis yang mencetuskan istilah “ekofeminisme” pada tahun 1974. Selain itu, ada juga Petra Kelly, politikus Jerman pendiri German Green Party yang menjadi partai lingkungan pertama yang meraih pengaruh nasional.
Kritik Terhadap Ekofeminisme
Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan/Foto: Pexels/Vincent M.A. Janssen
Menjelang akhir 1990-an, ekofeminisme dikritik karena dianggap terlalu esensialis dan kurang mampu menjawab kompleksitas isu feminisme dan lingkungan. Salah satu kritik utama datang dari Janet Biehl, seorang ekolog sosial asal Amerika, yang menilai bahwa ekofeminisme terlalu menyederhanakan struktur hierarki dan bentuk-bentuk dominasi yang kompleks.
Pandangan ekofeminis dinilai menyederhanakan hubungan perempuan dan alam, yang mana seolah-olah perempuan lah yang paling dekat dengan lingkungan. Oleh karena itu, ekofeminisme pun dipandang kurang inklusif karena tidak mempertimbangkan berbagai faktor.
Banyak yang menganggap pendekatan ini terlalu teoritis dan sulit diterapkan dalam praktik nyata. Karena keterbatasan tersebut, ekofeminisme menuai banyak kritik sejak tahun 1990-an. Aktivis dan akademisi kemudian lebih memilih pendekatan environmental justice yang lebih luas dan aplikatif.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Ekofeminisme?
Mengenal Ekofeminisme, Gerakan yang Menyatukan Perjuangan Isu Perempuan dan Lingkungan/Foto: Pexels/Lara Jameson
Dengan cara pandang yang empatik, ekofeminisme mengajak kita untuk tidak hanya memikirkan kelangsungan hidup manusia, tetapi juga relasi kita dengan alam dan satu sama lain. Ekofeminisme mempertanyakan struktur kekuasaan yang telah lama meminggirkan suara perempuan dan mengeksploitasi bumi, serta mendorong lahirnya sistem yang adil, berkelanjutan, dan saling merawat.
Kini kita mengetahui bahwa keterlibatan suara perempuan telah membuka jalan bagi perubahan yang lebih manusiawi dan menyeluruh, serta membangun dunia yang lebih adil untuk semua makhluk hidup. Ini mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk keadilan tidak bisa dilakukan secara terpisah.
Nah, Beauties, meskipun sempat menuai kritik, ekofeminisme tetap relevan sebagai ajakan untuk merawat relasi, menata ulang cara pandang, dan bergerak bersama menuju masa depan yang lebih adil.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)