Mengenal Crab Mentality, Sikap Negatif yang Sering Tak Disadari Banyak Orang
Pernahkah kamu merasa kesal melihat orang lain sukses, atau justru melihat orang di sekitarmu mulai menjauh ketika kamu sedang naik daun? Fenomena ini sering terjadi tanpa kita sadari, seolah ada dorongan untuk menahan orang lain agar tidak melangkah lebih jauh. Padahal, di baliknya tersimpan pola pikir yang bisa menghambat pertumbuhan pribadi maupun hubungan sosial.
Menariknya, sikap ini tidak hanya muncul di lingkungan kerja, tapi juga di lingkaran pertemanan, keluarga, bahkan media sosial. Lalu, apa sebenarnya yang membuat seseorang sulit melihat orang lain berhasil? Bgaimana cara agar kita tidak terjebak di dalamnya?
Yuk, baca lebih dalam untuk mengenali apa itu crab mentality dan bagaimana mengatasinya agar kamu bisa tumbuh tanpa menjatuhkan orang lain, Beauties.
Mengenal Crab Mentality
Ilustrasi crab mentality/freepik: KamranAydinov
Crab mentality adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sikap seseorang yang merasa tidak senang atau bahkan berusaha menjatuhkan orang lain yang sedang mengalami kemajuan.
Istilah ini diambil dari perilaku kepiting di dalam ember, maksudnya saat satu kepiting berusaha keluar, kepiting lain justru menariknya kembali agar semuanya tetap di bawah. Sikap ini sering muncul di berbagai situasi, mulai dari lingkungan kerja, sekolah, hingga pertemanan, dan umumnya didasari oleh rasa iri, tidak percaya diri, serta ketakutan akan tertinggal dari orang lain.
Dilansir dari Psychology Today, psikolog Dr. Leon Seltzer menjelaskan bahwa crab mentality muncul karena adanya dorongan emosional negatif seperti rasa cemburu dan kebutuhan untuk mempertahankan harga diri. Ketika seseorang melihat orang lain berhasil, hal itu bisa dianggap sebagai ancaman terhadap nilai dirinya sendiri. Akibatnya, individu tersebut secara sadar atau tidak, berusaha “menarik turun” orang lain agar tetap berada pada posisi yang sama dengannya.
Pemicu Terbentuknya Karakter Crab Mentality
Ilustrasi pemicu crab mentality/Freepik: tirachardz
Sikap crab mentality tidak muncul begitu saja, Beauties. Ada sejumlah faktor yang memicunya, salah satunya adalah rasa rendah diri atau low self-esteem. Ketika seseorang merasa tidak cukup baik, keberhasilan orang lain bisa menimbulkan perasaan iri dan ancaman terhadap harga dirinya.
Dilansir dari Healthline, psikolog klinis Dr. Carla Marie Manly menjelaskan bahwa individu dengan harga diri rendah cenderung membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan. Hal ini memicu dorongan untuk meremehkan keberhasilan orang lain agar dirinya merasa lebih baik. Dalam jangka panjang, pola pikir seperti ini justru menumbuhkan energi negatif dan membuat seseorang sulit berkembang.
Selain itu, faktor lingkungan juga punya pengaruh besar. Pola ini memperlihatkan bagaimana tekanan sosial, rasa takut tertinggal, dan keinginan untuk diterima menjadi pemicu utama terbentuknya karakter crab mentality di berbagai lingkungan.
Dampak Crab Mentality
Ilustrasi dampak crab mentality/Freepik: pvproductions
Dilansir dari Healthline, psikolog klinis Dr. Carla Manly mengungkapkan, sikap ini dapat menyebabkan stres emosional, rasa tidak puas terhadap hidup, dan berkurangnya kepercayaan diri. Di sisi lain, korban dari perilaku ini juga bisa mengalami tekanan psikologis seperti kehilangan motivasi, merasa tidak dihargai, hingga mengalami kecemasan sosial karena takut kembali diserang atau diremehkan.
Dampaknya pun meluas hingga ke lingkungan sosial dan profesional. Perilaku crab mentality di tempat kerja berkontribusi pada menurunnya kinerja tim, meningkatnya konflik antarpegawai, dan menurunnya kepuasan kerja secara keseluruhan. Lingkungan yang dipenuhi sikap saling menjatuhkan cenderung menjadi toksik, menghambat kolaborasi, serta menurunkan produktivitas.
Cara Mengatasi Karakter Crab Mentality yang Tumbuh dalam Diri
Ilustrasi mengatasi crab mentality/Freepik: freepik
The Washington Post, psikolog Dr. Andrea Bonior dari Georgetown University menjelaskan langkah pertama untuk keluar dari pola pikir ini adalah dengan mengenali perasaan iri dan membandingkan diri secara berlebihan.
Ia menyebut, tidak ada yang salah dengan mengagumi pencapaian orang lain, asalkan diikuti dengan refleksi positif, bukan keinginan untuk menjatuhkan. Dengan menyadari bahwa keberhasilan orang lain tidak mengurangi nilai diri kita, kamu bisa mulai mengubah cara pandang terhadap arti sukses dan kebahagiaan.
Selain itu, mengembangkan self-compassion dan self-love terhadap diri sendiri juga penting. Seseorang yang mampu menerima kekurangan diri dan mencintai diri sendiri akan lebih tenang dalam menghadapi kesuksesan orang lain.
Ia juga menekankan pentingnya membangun lingkungan suportif dan menghindari budaya perbandingan yang tidak sehat, terutama di media sosial. Dengan cara ini, kamu tidak hanya terbebas dari energi negatif, tetapi juga mampu menjadi sosok yang menghargai proses, mendukung sesama, dan terus berkembang secara sehat tanpa rasa iri yang menghambat.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!