Mengenal Aturan Parenting 25 1-Menit, Bisa Buat Anak Terbuka Tanpa Kewalahan

Florence Febriani Susanto | Beautynesia
Jumat, 26 Sep 2025 22:30 WIB
Mengenal Aturan Parenting 25 1-Menit, Bisa Buat Anak Terbuka Tanpa Kewalahan
Mengenal Aturan Parenting 25 1-Menit yang Bantu Anak Terbuka dengan Orangtua/Foto: Freepik

Aturan parenting sering kali terasa berat bagi sejumlah orangtua. Banyak teori komunikasi yang membuat orangtua bingung. Mau ngobrol dengan anak, tapi takut salah langkah. Mau serius, tapi takut bikin mereka menjauh. 

Psikolog anak J. Timothy Davis punya solusi yang sederhana. Ia menyarankan metode obrolan singkat bernama “25 1-menit rule”. Menurut Davis, obrolan singkat tapi konsisten lebih efektif daripada sekali panjang. Anak tidak merasa terbebani dan orang tua juga lebih santai.

Hal ini penting karena anak sering kali kesulitan bercerita. Apalagi kalau mereka menghadapi masalah di sekolah atau merasa malu dengan emosinya. Obrolan panjang bisa membuat mereka bingung. Tapi kalau dibagi kecil-kecil, mereka lebih mudah terbuka.

Metode ini bahkan lebih efektif untuk anak laki-laki., Beauties. Davis menulis hal ini dalam bukunya Challenging Boys. Menurutnya, anak laki-laki cenderung lebih sulit membicarakan emosi secara langsung. Obrolan singkat yang berulang bisa jadi cara buat anak terbuka tanpa tekanan.

Intinya, komunikasi dengan anak tidak harus panjang dan melelahkan. Hal yang terpenting adalah konsistensi, nada bicara yang nyaman, dan kesediaan orang tua untuk mendengarkan. Dari sinilah hubungan hangat bisa tumbuh.

Aturan Parenting 25 1-Menit

Aturan parenting 25 1-menit efektif buat anak terbuka lebih nyaman. Obrolan singkat konsisten terasa ringan, tanpa bikin anak kewalahan.

Aturan Parenting 25 1-Menit/Foto: Freepik

Metode ini tidak berarti obrolan hanya berlangsung satu menit penuh. Davis menekankan bahwa 3–8 menit sudah cukup. Hal yang penting bukan durasinya, tapi konsistensinya. Dengan percakapan singkat, kamu memberi ruang agar anak terbuka perlahan.

Mengapa singkat? Karena obrolan panjang bisa membuat anak kewalahan. Bayangkan kamu langsung memberi banyak nasihat dalam sekali duduk. Anak bisa kehilangan fokus, bahkan menutup diri. Dengan percakapan kecil, mereka justru lebih tenang.

Ada tiga hal penting yang Davis sarankan. Pertama, niat. Kamu harus masuk ke obrolan dengan tujuan ingin memahami, bukan menghakimi. Dengarkan jawaban anak dengan tulus, lalu ingat detail kecil untuk obrolan selanjutnya.

Kedua, nada bicara. Anak harus merasa obrolan itu aman dan menyenangkan. Jangan selalu pakai momen serius untuk menegur atau mengkritik. Coba mulai dengan ringan, seperti “Aku lihat kamu agak murung, ada apa?” Nada lembut bisa membuat anak terbuka.

Ketiga, waktu. Pilih momen yang tepat. Misalnya saat perjalanan mobil, ketika tidak ada kontak mata langsung. Atau menjelang tidur, ketika suasana lebih tenang. Obrolan singkat di waktu-waktu ini lebih natural dan tidak mengintimidasi.

Perlu diingat, jangan tergoda untuk memaksimalkan momen. Kalau anak mulai cerita banyak, tetaplah akhiri di titik nyaman. Lebih baik sedikit tapi positif, daripada banyak tapi melelahkan.

Contoh Penerapan Aturan 25 1-Menit

Contoh Penerapan Aturan 25 1-Menit/Foto: Freepik

Mari lihat contoh nyata dari Davis. Bayangkan kamu mendapat email dari guru. Anakmu tidak mengumpulkan tugas matematika. Reaksi cepatmu mungkin marah atau menasihati panjang. Tapi dengan aturan ini, kamu bisa coba pendekatan berbeda.

Mulailah dengan pertanyaan ringan, “Aku dengar ada tugas belum selesai. Gimana ceritanya?” Anak mungkin menjawab singkat, “Matematika itu sulit.” Jangan buru-buru marah. Biarkan obrolan selesai di situ. Catat responnya dalam pikiranmu.

Keesokan harinya, lanjutkan percakapan. Misalnya, “Aku ingat kamu bilang matematika itu sulit. Aku dulu juga sering kesulitan.” Anak bisa merespons, “Ya, cara hitungnya membingungkan.” Dari obrolan singkat ini, kamu belajar hal penting.

Ternyata masalah anak bukan pada matematika, tapi pada aturan mengerjakan soal. Kalau kamu langsung memarahinya, masalah itu tidak akan terungkap. Dengan obrolan singkat, kamu menemukan akar masalah tanpa membuat anak defensif.

Davis menyebut pendekatan ini sebagai percakapan rendah stres. Anak tidak merasa ditekan. Mereka justru belajar bahwa membuka diri itu aman. Obrolan kecil bisa jadi pondasi bagi keterbukaan yang lebih besar.

Jadi, cobalah terapkan aturan ini di rumah. Lihat bagaimana percakapan singkat mampu mengubah hubunganmu dengan anak. Jangan kaget kalau sedikit demi sedikit, anak jadi lebih terbuka dengan sendirinya!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE