Mahasiswa RI Meninggal Diduga saat Dampingi Pejabat ke Austria, PPI Belanda Ungkap Penyebabnya

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 09 Sep 2025 09:30 WIB
Mahasiswa RI Meninggal Diduga saat Dampingi Pejabat ke Austria, PPI Belanda Ungkap Penyebabnya
Foto: Instagram/ppibelanda

Mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belanda meninggal dunia diduga saat mendampingi kunjungan kerja sejumlah pejabat Indonesia di Wina, Austria, pada akhir Agustus lalu. Kabar duka meninggalnya Muhammad Athaya Helmy Nasution itu disampaikan oleh pihak Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda melalui akun media sosial.

"Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya salah satu anggota kami, Muhammad Athaya Helmi Nasution yang merupakan anggota PPI Groningen dalam rangka mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik (DPR, OJK, dan Bank Indonesia), pada tanggal 25-27 Agustus 2025 di Wina, Austria," bunyi keterangan di akun Instagram PPI Belanda, @ppibelanda, Senin (8/9).

Melalui rilis dan pernyataan sikap yang diunggah, PPI Belanda menuturkan penyebab Athaya meninggal dunia hingga pernyataan sikap terkait pelibatan mahasiswa dalam praktik pemfasilitasan kunjungan pejabat publik.

Athaya Meninggal Diduga karena Heatstroke hingga Hypoglycemia

Mahasiswa RI Meninggal Diduga saat Dampingi Pejabat ke Austria

Mahasiswa RI Meninggal Diduga saat Dampingi Pejabat ke Austria/Foto: Instagram/ppibelanda

Berdasarkan informasi yang dibagikan PPI Belanda, Athaya meninggal dunia pada 27 Agustus 2025. Athaya adalah mahasiswa Indonesia berusian 18 tahun yang sedang menempuh pendidikan di Belanda.

Athaya meninggal dunia diduga saat mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik (DPR, OJK, dan Bank Indonesia), pada 25-27 Agustus 2025 di Wina, Austria. Menurut PPI Belanda, Athaya melakukan aktivitas pendampingan dari pagi hingga malam hari.

Berdasarkan hasil otopsi forensik, Athaya kemungkinan besar mengalami heatstroke (sengatan panas) hingga hypoglycemia (kadar gula darah turun di bawah kadar normal) hingga berujung pada stroke.

"Menurut hasil otopsi forensik, Almarhum suspected seizure kemungkinan besar mengalami heatstroke (sengatan panas) berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi yang mengakibatkan electrolyte imbalances (ketidakseimbangan elektrolit) dan hypoglycemia (kadar gula darah turun dibawah kadar normal) hingga berujung pada stroke, setelah dari pagi hingga malam hari beraktivitas sebagai pemandu," ungkap PPI Belanda.

Namun, menurut PPI Belanda, saat Athaya meninggal dunia, tidak ada permintaan maaf maupun pertanggungjawaban dan transparansi dari pihak event organizer (EO) maupun koordinator liaison officer (LO) kepada keluarga Athaya yang datang ke Wina untuk mengurus jenazah.

Alih-alih mengunjungi tempat penginapan saat Athaya mengembuskan napas terakhir, acara kunjungan kerja terus berjalan. PPI Belanda juga menyorot tidak ada upaya dari pihak EO, koordinator LO, maupun pejabat publik yang hadir untuk menemui keluarga Athaya.

"Lebih lanjut, alih-alih mengunjungi tempat penginapan saat Almarhum menghembuskan nafas terakhir, acara kunjungan kerja terus bergulir di mana pihak EO justru terus sibuk mengurus persiapan acara makan-makan bersama pejabat publik di restoran. Selain itu, tidak ada upaya dari pihak EO, koordinator LO, maupun pejabat publik yang hadir untuk menemui keluarga. Pihak keluarga juga menyampaikan adanya indikasi penutupan keterangan kegiatan apa dan siapa yang dipandu almarhum di Wina dari pihak EO," ungkap PPI Belanda.

Pernyataan Sikap PPI Belanda

Mahasiswa RI Meninggal Diduga saat Dampingi Pejabat ke Austria

Mahasiswa RI Meninggal Diduga saat Dampingi Pejabat ke Austria/Foto: Instagram/ppibelanda

Atas peristiwa ini, PPI Belanda mengeluarkan pernyataan sikap, salah satunya adalah menolak keras segala bentuk permintaan maupun praktik pemfasilitasan perjalanan dinas pejabat publik oleh mahasiswa/i, terlebih jika dilakukan tanpa kontrak resmi, perlindungan hukum, dan mekanisme yang jelas.

Selain itu, PPI Belanda juga menuntut akuntabilitas, transparansi, dan pertanggungjawaban dari pihak EO serta KBRI Den Haag serta KBRI di berbagai negara lainnya untuk menghentikan pelibatan mahasiswa dalam kunjungan atau perjalanan pejabat.

Berikut ini pernyataan sikap PPI Belanda atas meninggalnya mahasiswa Indonesia Athaya diduga saat mendampingi kunjungan sejumlah pejabat ke Wina:

  1. Menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa/i dalam memfasilitasi kunjungan pejabat publik di luar negeri berpotensi menempatkan mereka pada situasi yang tidak aman dan penuh risiko.
  2. Menolak keras segala bentuk permintaan maupun praktik pemfasilitasan perjalanan dinas pejabat publik oleh mahasiswa/i, terlebih jika dilakukan tanpa kontrak resmi, perlindungan hukum, dan mekanisme yang jelas.
  3. Menghimbau seluruh mahasiswa Indonesia di Belanda agar tidak menerima tawaran untuk memfasilitasi perjalanan pejabat publik, terutama yang datang melalui jalur pribadi atau jaringan pertemanan.
  4. Mendorong agar setiap ajakan pemfasilitasan segera dilaporkan kepada PPI Belanda, baik melalui sosial media atau menghubungi pengurus PPI.
  5. Menuntut akuntabilitas, transparansi, dan pertanggungjawaban dari pihak EO. Koordinator Liaison Officer harus segera merespons peristiwa meninggalnya Almarhum.
  6. Menuntut akuntabilitas dari KBRI Den Haag serta KBRI di berbagai negara lainnya untuk menghentikan pelibatan mahasiswa dalam kunjungan atau perjalanan pejabat publik di luar negeri tanpa koordinasi resmi dengan PPI. Sebagai perwakilan negara sudah seharusnya memberikan perlindungan dan keamanan untuk setiap WNI, termasuk pelajar Indonesia di Belanda.
  7. Meminta kerja sama PPI di seluruh dunia untuk meningkatkan kewspadaan dan mencegah keterlibatan mahasiswa dalam praktik serupa, agar tidak ada lagi korban di kemudian hari.
  8. Serta, mendorong peran PPI Dunia untuk segera mempercapat pembahasan Undang Undang Perlindungan Pelajar serta membawa diskusi rancangan undang undang Perlindungan Pelajar kepada pemangku kebijakan.

Tanggapan Kemlu

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengeluarkan tanggapan terkait berita duka meninggalnya Athaya. Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemlu, Yudha Nugraha, mengatakan KBRI Wina telah memberikan bantuan kekonsuleran hingga pemulasaran jenazah. Jasad Athaya saat ini telah dipulangkan ke Tanah Air.

"KBRI Wina juga telah memberikan bantuan kekonsuleran berupa pengurusan dokumen, koordinasi dengan otoritas setempat dan sekaligus pemulasaraan jenazah bersama dengan Komunitas Islam Indonesia di Wina. Sesuai permintaan keluarga, jenazah almarhum telah dipulangkan ke Tanah Air pada tanggal 4 September 2025," terang Yudha, dikutip dari detikNews.

Yudha menambahkan, Athaya bertugas melakukan pendampingan delegasi RI yang sedang melakukan kunjungan kerja dan pertemuan dengan otoritas Austria.

"Yang bersangkutan sedang bertugas mendampingi Delegasi RI dalam rangkaian pertemuan dengan otoritas Austria. Sedangkan penugasan panitia yang berasal dari kalangan mahasiswa, keseluruhannya dikelola langsung oleh pihak EO dari Indonesia," tutur Yudha.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE