Lebih Ekspresif saat Nulis? Tandanya Kamu Punya 7 Sifat Ini

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Sabtu, 01 Nov 2025 14:30 WIB
Lebih Ekspresif saat Nulis? Tandanya Kamu Punya 7 Sifat Ini
Lebih Ekspresif saat Nulis? Tandanya Kamu Punya 7 Sifat Ini/Foto: Freepik

Pernahkah kamu merasa lebih nyaman mengungkapkan ekspresi diri dalam tulisan daripada berbicara langsung? Ternyata, menurut psikologi, ada hubungan antara tulisan dan kepribadian, yaitu orang yang lebih fasih menuangkan ide dalam tulisan cenderung memiliki sifat-sifat unik yang tidak dimiliki semua orang. Jadi, kalau kamu jago menyusun email yang rapi tapi malah sering kehilangan kata saat ngobrol, bisa jadi kamu termasuk di dalamnya.

Dilansir dari Worth Explorer, akan mengajakmu mengenali 7 karakteristik khas dari mereka yang unggul dalam komunikasi tertulis. Bukan hanya sekadar mengenal diri sendiri, kamu juga bisa belajar cara memanfaatkan kelebihan ini untuk berkomunikasi lebih efektif dalam berbagai situasi. Karena pada akhirnya, baik dalam bentuk tulisan maupun percakapan, pesan yang dirangkai dengan baik selalu punya kekuatan untuk meninggalkan kesan yang dalam.

Pemikir Mendalam

Ilustrasi/Foto: Freepik/fxquadro
Ilustrasi/Foto: Freepik/fxquadro

Menjadi seorang penulis bukan hanya tentang menyusun kata-kata, melainkan juga cerminan dari cara berpikir yang berbeda. Jika kamu merasa lebih nyaman mengekspresikan diri lewat tulisan daripada berbicara, kemungkinan besar kamu adalah seorang pemikir yang mendalam. Menulis memberi ruang dan waktu untuk benar-benar memahami apa yang kamu rasakan dan pikirkan sebelum menuangkannya ke dalam kata-kata.

Penulis umumnya juga terbiasa memeriksa isi hati dan pikirannya sendiri, lalu mengubah hasil perenungan itu menjadi kalimat yang menyentuh dan bermakna. Inilah sebabnya mengapa tulisan bisa terasa sangat personal dan menyentuh hati orang lain.

Jadi, jika kamu sering menuangkan isi hati lewat tulisan, seperti menulis email yang penuh makna atau surat yang hangat, itu bukan hanya berasal dari kebiasaan. Itu adalah bagian dari siapa dirimu. Kemampuan ini, meskipun terlihat sederhana, sebenarnya adalah kekuatan yang luar biasa.

Sangat Observan

Ilustrasi/Foto: Freepik

Orang yang lebih nyaman menjadikan menulis sebagai bentuk ekspresi diri biasanya memang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap hal-hal kecil di sekitarnya. Mereka menangkap detail yang sering luput dari perhatian orang lain, lalu merangkainya menjadi kisah yang hidup dan penuh makna.

Kemampuan ini tak lepas dari rasa empati yang kuat. Karena mereka peduli, mereka pun lebih peka. Mereka memperhatikan dunia dan orang-orang di dalamnya bukan hanya dengan mata, tetapi juga dengan hati.

Menyukai Kesendirian

Ilustrasi/Foto: Freepik

Banyak orang, terutama yang lebih mudah mengekspresikan diri lewat tulisan, justru menemukan kenyamanan dalam keheningan. Dalam sunyi, mereka bisa mendengar suara hati sendiri dan merangkainya menjadi kata-kata. Kesendirian, bagi sebagian orang, bukanlah tempat yang menakutkan, melainkan ruang yang dibutuhkan untuk memahami dan mengekspresikan diri dengan jujur.

Memang, kejujuran yang muncul dari ruang sunyi ini bisa terasa mentah dan apa adanya. Namun, tidak ada yang salah dengan itu. Justru di situlah orang-orang yang mengekspresikan diri lewat tulisan menemukan siapa diri mereka yang sebenarnya.

Orang yang lebih suka berekspresi lewat tulisan tumbuh dan merasa hidup dalam ruang pribadinya dan itu adalah hal yang sepenuhnya wajar. Semua orang punya cara berbeda untuk memproses dunia di sekitar mereka, dan kebetulan, mereka adalah pribadi yang membutuhkan lebih banyak ketenangan dan refleksi untuk melakukannya.

Cerdas Secara Emosional

Ilustrasi/Foto: Freepik/prostooleh

Menulis tentang perasaan ternyata bukan sekadar kegiatan menuangkan isi hati. Sebuah studi dari University of Maryland menunjukkan bahwa kebiasaan ini bisa meningkatkan kecerdasan emosional seseorang. Orang yang terbiasa menulis untuk mengungkapkan emosi cenderung lebih mampu memahami, menyampaikan, dan mengelola perasaannya sendiri.

Dalam penelitian tersebut, para peserta diminta menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka terkait pengalaman emosional yang pernah mereka alami. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang menulis memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap emosinya, dan mereka juga lebih siap dalam menghadapi situasi emosional di masa depan.

Jika kamu sering memilih menulis sebagai cara untuk memahami dan menenangkan dirimu, kemungkinan besar kamu sedang mengembangkan kecerdasan emosional yang tinggi. Kemampuan ini sangat penting karena membantu kita menjalani hidup dengan lebih penuh empati dan pemahaman, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pada akhirnya, kecerdasan emosional bisa memperkuat hubungan yang kita miliki dan mendukung kesejahteraan kita secara menyeluruh.

Perfeksionis Sejati

Ilustrasi/Foto: Freepik/KamranAydinov

Pernahkah kamu menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyusun satu email atau surat, demi mencari kata-kata yang paling pas? Jika iya, kamu tidak sendiri. Banyak dari kita yang lebih nyaman mengekspresikan diri lewat tulisan cenderung menjadi perfeksionis tanpa disadari.

Kita ingin setiap kata terdengar tepat, setiap kalimat terasa jelas, di mana semua itu bisa kita capai lewat tulisan. Dalam dunia tulisan, kita punya ruang untuk menyusun ulang, mengoreksi, bahkan mengejar kejelasan yang mungkin sulit dicapai dalam percakapan langsung.

Kebiasaan ini, meskipun kadang terasa melelahkan, sebenarnya mencerminkan sesuatu yang lebih dalam. Keinginan untuk menyampaikan pesan dengan tepat sering kali membawa kita pada pemahaman yang lebih jujur tentang diri sendiri, tentang apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan dan mengapa itu penting bagi kita.

Jadi, kalau kamu sering menyunting tulisan berkali-kali sebelum mengirimnya, itu bukan kelemahan. Itu adalah bentuk dedikasi terhadap komunikasi yang bermakna dan penuh kesadaran. Karena pada akhirnya, kita ingin pesan kita diterima dan dipahami persis seperti yang kita maksudkan.

Nyaman Menunjukkan Kerentanan

Ilustrasi/Foto: Freepik

Ada hal yang cukup ironis, tetapi menarik, yaitu mereka yang pandai menuangkan perasaan lewat tulisan biasanya justru lebih nyaman menunjukkan sisi rentan dalam dirinya. Meskipun sering digambarkan sebagai sosok pemalu atau tertutup, penulis sebenarnya justru kerap membuka isi hati mereka lewat tulisan, sesuatu yang mungkin sulit mereka lakukan dalam percakapan langsung.

Psikolog terkenal, Brene Brown, pernah mengatakan bahwa kerentanan bukan soal menang atau kalah, tetapi soal keberanian untuk hadir dan memperlihatkan diri, meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi. Nah, bagi penulis, setiap tulisan yang mereka buat adalah bentuk keberanian itu. Mereka mencurahkan pikiran, ide, dan perasaan lewat kata-kata, meskipun tidak pernah tahu bagaimana reaksi pembaca nantinya.

Justru karena keberanian inilah, tulisan mereka bisa terasa begitu jujur dan menyentuh. Kerentanan yang mereka tampilkan menjadi jembatan untuk terhubung lebih dalam dengan orang lain, dan di sanalah kekuatan sebenarnya dari tulisan itu berasal.

Mampu Berempati

Ilustrasi/Foto: Freepik

Salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh orang-orang yang lebih ekspresif lewat tulisan adalah kemampuan mereka dalam berempati. Melalui rangkaian kata, mereka bisa menjalin hubungan emosional dengan pembaca, ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan menyuarakan kembali perasaan itu secara tulus.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh psikolog Carl Rogers, ketika seseorang benar-benar didengar tanpa penilaian, tanpa dikendalikan, dan tanpa diubah, itu menciptakan rasa nyaman yang luar biasa.

Itulah yang coba dilakukan oleh para penulis, yaitu menjadi pendengar yang baik, memahami tanpa menghakimi, dan menyampaikan perasaan secara jujur. Semua itu adalah wujud nyata dari empati yang hidup dan mengalir melalui tulisan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.