Kisah Sukses Pria Terkaya di Dunia yang Hobi Beramal, Awali Karier Sebagai Buruh Pabrik
Nadya Quamila | Beautynesia
Jumat, 04 Jul 2025 09:30 WIB

Kisah Sukses Pria Terkaya di Dunia yang Hobi Beramal, Awali Karier Sebagai Buruh Pabrik/Foto: Rare Book and Special Collections Division/Library of Congress, Washington, D.C.
From zero to hero, itulah kalimat yang mungkin tepat untuk menggambarkan sosok pria sukses satu ini. Adalah Andrew Carnegie, salah satu orang terkaya di dunia yang paling dermawan karena aktivitas filantropisnya. Bagi Carnegie, arti sejati dari kekayaan yang sebenarnya adalah memberikan kembali kepada masyarakat.
Andrew Carnegie adalah sosok orang kaya dunia yang terkenal hobi beramal, Beauties. Bahkan, ia dinobatkan sebagai orang terkaya yang jadi filantropis pertama di dunia. Sepanjang hidupnya, ia banyak melakukan berbagai kegiatan amal, mulai dari memberi sumbangan, mendirikan yayasan, perpustakaan, dan masih banyak lagi.
Berawal sebagai buruh pabrik hingga sukses jadi bos perusahaan baja, yuk, simak kisah hidup Andrew Carnegie!
Awal Karier Andrew Carnegie
Kisah Sukses Pria Terkaya di Dunia yang Hobi Beramal, Awali Karier Sebagai Buruh Pabrik/Foto: Dok. Istimewa/CNBC Indonesia
Andrew Carnegie adalah salah satu pengusaha terkaya di abad ke-19. Dia kemudian mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan filantropis.
Dilansir dari laman Biography, Andrew Carnegie lahir pada 25 November 1835, di Dunfermline, Fife, Skotlandia. Meski hanya mengenyam sedikit pendidikan formal, Carnegie tumbuh dalam keluarga yang percaya akan pentingnya pendidikan.
Ayah Carnegie adalah seorang penenun. Pada usia 13 tahun, pada tahun 1848, Carnegie datang ke Amerika Serikat bersama keluarganya. Mereka menetap di Allegheny, Pennsylvania, dan Carnegie bekerja di sebuah pabrik, menghasilkan 1,20 USD dalam seminggu. Di usia muda ia sudah bekerja demi membantu menghidupi keluarganya.
Tahun berikutnya, dia mendapatkan pekerjaan sebagai pembawa pesan telegraf. Berharap untuk memajukan kariernya, dia pindah ke posisi operator telegraf pada tahun 1851. Carnegie kemudian mengambil pekerjaan di Pennsylvania Railroad pada tahun 1853.
Carnegie bekerja sebagai asisten dan telegraf untuk Thomas Scott, salah satu pejabat tinggi kereta api. Melalui pengalaman ini, ia belajar tentang industri perkeretaapian dan bisnis secara umum. Tiga tahun kemudian, Carnegie dipromosikan menjadi pengawas.
Kesuksesan Andrew Carnegie Mendirikan Bisnis Baja
Kisah Sukses Pria Terkaya di Dunia yang Hobi Beramal, Awali Karier Sebagai Buruh Pabrik/Foto: Wikimedia Commons/Theodore C. Marceau
Saat bekerja di perusahaan kereta api, Carnegie mulai melakukan investasi. Ia mengambil banyak pilihan bijak dan mendapati bahwa investasinya, terutama pada minyak, menghasilkan keuntungan yang besar.
Dia meninggalkan perusahaan kereta api pada tahun 1865 untuk fokus pada bisnisnya yang lain, termasuk Keystone Bridge Company.
Pada dekade berikutnya, sebagian besar waktu Carnegie didedikasikan untuk industri baja. Bisnisnya, yang kemudian dikenal sebagai Carnegie Steel Company, dan berhasil merevolusi produksi baja di Amerika Serikat.
Carnegie membangun pabrik di seluruh negeri, menggunakan teknologi dan metode yang menjadikan pembuatan baja lebih mudah, cepat, dan produktif. Untuk setiap langkah prosesnya, dia memiliki apa yang dia butuhkan, mulai dari bahan mentah, kapal hingga rel kereta api untuk mengangkut barang, dan bahkan ladang batu bara untuk bahan bakar tungku baja.
Strategi awal hingga akhir ini membantu Carnegie menjadi sosok dominan dalam industri dan menjadi kaya raya. Hal ini juga membuatnya dikenal sebagai salah satu "pembangun" Amerika, karena bisnisnya membantu mendorong perekonomian dan membentuk negara seperti sekarang ini. Pada tahun 1889, Carnegie Steel Corporation menjadi yang terbesar di dunia.
Namun di sisi lain, ada yang merasa kesuksesan perusahaan mengorbankan para pekerjanya. Kasus yang paling menonjol terjadi pada tahun 1892. Ketika perusahaan mencoba menurunkan upah di pabrik Carnegie Steel di Homestead, Pennsylvania, para karyawan keberatan.
Mereka menolak bekerja, sehingga memulai apa yang disebut Pemogokan Homestead pada tahun 1892. Konflik antara pekerja dan manajer lokal berubah menjadi kekerasan setelah para manajer memanggil penjaga untuk membubarkan serikat pekerja. Meskipun Carnegie sedang tidak berada di tempat pada saat pemogokan terjadi, banyak pihak yang masih menganggap dia bertanggung jawab atas tindakan manajernya.
Selain itu, Carnegie pernah dikenal sebagai bos yang 'kejam' dengan karyawan. Pekerja harus bekerja selama 12 jam sehari, 6 hari seminggu, dan hanya libur sekali dalam setahun.
Carnegie mengatakan dengan kerja keras maka untung lebih besar sehingga ia bisa membantu masyarakat lain yang kurang mampu.
Mendedikasikan Hidup untuk Kegiatan Filantropis
Kisah Sukses Pria Terkaya di Dunia yang Hobi Beramal, Awali Karier Sebagai Buruh Pabrik/Foto: Freepik.com/ rawpixel.com
Pada 1901, Carnegie membuat perubahan dramatis dalam hidupnya. Dia menjual bisnisnya ke United States Steel Corporation, yang dimulai oleh pemodal legendaris J.P. Morgan.
Penjualan itu menghasilkan lebih dari 200 juta USD. Pada usia 65 tahun, Carnegie memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk membantu orang lain. Meskipun ia telah memulai kegiatan filantropisnya bertahun-tahun sebelumnya dengan membangun perpustakaan dan memberikan sumbangan, Carnegie memperluas kegiatan filantropinya di awal abad ke-20.
Carnegie yang hobi membaca buku, juga menyumbangkan sekitar 5 juta USD ke Perpustakaan Umum New York agar perpustakaan tersebut dapat membuka beberapa cabang pada tahun 1901.
Memiliki kepedulian yang tinggi pada pendidikan, ia mendirikan Institut Teknologi Carnegie di Pittsburgh, yang sekarang dikenal sebagai Universitas Carnegie-Mellon pada tahun 1904. Tahun berikutnya, ia mendirikan Yayasan Carnegie untuk Kemajuan Pengajaran pada tahun 1905.
Dengan minatnya yang kuat terhadap perdamaian, ia membentuk Carnegie Endowment for International Peace pada tahun 1910. Ia memberikan banyak sumbangan lainnya, dan dikatakan lebih dari 2.800 perpustakaan dibuka dengan dukungannya.
Selain kepentingan bisnis dan amalnya, Carnegie senang bepergian dan bertemu serta menghibur tokoh-tokoh terkemuka di berbagai bidang. Dia berteman dengan Matthew Arnold, Mark Twain, William Gladstone, dan Theodore Roosevelt.
Carnegie juga menulis beberapa buku dan banyak artikel. Artikelnya yang berjudul Wealth pada tahun 1889 menguraikan pandangannya bahwa mereka yang memiliki kekayaan besar harus bertanggung jawab secara sosial dan menggunakan aset mereka untuk membantu orang lain. Ini kemudian diterbitkan sebagai buku tahun 1900 bertajuk The Gospel of Wealth.
Carnegie meninggal pada 11 Agustus 1919, di Lenox, Massachusetts, pada usia 83 tahun. Ia dikenang sebagai salah satu orang terkaya di dunia yang paling dermawan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)