Kalimat "Positif" Orang Tua yang Bisa Menyakiti Anak

Florence Febriani Susanto | Beautynesia
Jumat, 21 Nov 2025 20:00 WIB
Kalimat
Kalimat Positif Orang Tua yang Bisa Menyakiti Anak/Foto: Freepik

Kalimat positif sering dianggap aman dan mendidik. Banyak orang tua merasa sudah berbicara dengan lembut dan penuh kasih. Namun, Beauties, tidak semua kata yang terdengar baik akan berdampak baik. Beberapa justru menusuk perlahan, terutama ketika anak belum mampu mengenali makna sebenarnya.

Karena itu, kamu perlu memahami bagaimana cara bicara yang sehat. Dengan begitu, kamu bisa menghindari kalimat orang tua yang terdengar lembut tapi ternyata berdampak buruk. Artikel ini membantu kamu mengenali kata-kata yang tampak manis dari orang tua tapi sebenarnya menyakiti anak.

“Kami sayang kamu, tapi…”

Orang tua dengan Anak/Foto: Freepik

Kalimat “Kami sayang kamu, tapi…” terdengar biasa saja, tapi sebenarnya bisa terasa menyakitkan bagi anak. Begitu kata “tapi” muncul, bagian “sayang” sering kali tidak lagi terdengar. Hal yang tertinggal justru kritiknya. Menurut psikolog Jim Taylor, Ph.D., saat orangtua memakai kasih sayang sebagai cara mengatur perilaku, hubungan dengan anak bisa terganggu karena anak merasa cintanya bersyarat.

Ketika anak merasa harus “layak” untuk disayang, mereka jadi tidak nyaman dan tidak aman. Mereka bingung kenapa kasih sayang bisa berubah-ubah. Dalam jangka panjang, anak bisa tumbuh dengan rasa takut salah, takut mengecewakan, dan takut kehilangan perhatian dari orangtua. Ini membuat mereka sulit berkembang dengan percaya diri.

“Kenapa kamu tidak seperti kakakmu?”

Membandingkan Anak/Foto: Freepik

Perbandingan sering terdengar sepele, tetapi dampaknya bisa dalam. Kalimat seperti itu membuat anak merasa kalah bahkan sebelum mencoba. Mereka tumbuh dengan perasaan bahwa diri mereka tidak pernah cukup, seolah ada yang salah dengan identitas mereka sejak kecil. Menurut psikolog klinis Nando Pelusi, Ph.D., secara evolusioner orang tua memang tidak dirancang untuk membagi perhatian secara sempurna, sehingga kecenderungan memberi perhatian lebih pada satu anak bisa saja terjadi.

Namun, perbandingan membuat suasana rumah berubah menjadi ajang kompetisi. Anak-anak mulai saling bersaing, bukan saling mendukung. Kehangatan perlahan bergeser menjadi kecemburuan, dan rasa iri muncul tanpa mereka sadari. Ketika dewasa, hubungan antar saudara sering membawa bekas dari luka lama ini, sehingga mudah retak karena masalah yang tidak pernah dibereskan sejak kecil.

“Kamu tidak pernah dengar apa yang Ibu bilang.”

Orang tua Berbincang dengan Anak/Foto: Freepik

Kalimat seperti ini biasanya muncul saat orang tua sedang lelah atau kewalahan. Namun, efeknya bisa berlangsung lama. Menurut konselor profesional, Ugochukwu Uche, MS., LPC, ucapan yang bersifat absolut membentuk pola pikir ekstrem pada anak. Mereka jadi merasa selalu salah dan menganggap semua usaha tidak ada nilainya. Lama-kelamaan anak takut bicara, takut menjawab, bahkan ragu untuk bertanya.

Saat anak hidup dalam tekanan seperti itu, suasana rumah terasa tegang. Mereka bergerak seolah berjalan di atas kaca karena khawatir membuat kesalahan kecil. Kondisi ini bisa membuat anak tumbuh menjadi lebih pemberontak atau justru sangat pasif. Dua-duanya sama-sama tidak sehat untuk perkembangan emosi mereka.

“Kamu itu lebay. Jangan berlebihan.”

Orangtua Berbicara dengan Anak/Foto: Freepik

Beauties, menganggap perasaan anak berlebihan bisa berdampak besar. Anak belajar memahami dunia lewat emosi, jadi wajar kalau respons mereka kadang terlihat intens. Menurut Paul Thagard, Ph.D., seorang filsuf dan ilmuwan kognitif Kanada, reaksi emosional yang kuat adalah bagian dari proses alami. Emosi membantu anak mengenali bahaya, mengatur diri, dan memahami apa yang mereka rasakan.

Saat orang tua menyebut anak “lebay”, anak mulai merasa salah hanya karena merasakan sesuatu. Mereka belajar menekan emosi dan menganggap menangis itu memalukan. Perlahan, mereka berhenti bercerita karena takut terlihat lemah. Padahal yang mereka butuhkan hanyalah validasi sederhana untuk merasa aman dan dimengerti.

“Kamu harus keluar rumah dan bersosialisasi.”

Orang tua Bicara dengan Anak/Foto: Freepik

Tidak semua anak nyaman dengan keramaian, dan tidak semua anak punya energi sosial besar. Kalimat seperti ini membuat anak merasa ada yang salah dalam dirinya, padahal mereka hanya berbeda. Menurut penelitian dari Finlandia, anak introvert bisa membangun harga diri lewat aktivitas yang sesuai minat. Ketika mereka memilih klub atau kegiatan yang benar-benar mereka suka, motivasi dan rasa percaya diri justru meningkat.

Namun jika mereka dipaksa bersosialisasi, kecemasan biasanya ikut naik. Anak merasa tidak dipahami dan mulai menganggap dirinya “aneh”. Mereka juga merasa gagal memenuhi harapan orang tua, padahal mereka hanya butuh pendekatan yang lebih lembut dan lebih personal.

Beauties, dengan memahami mana saja kalimat yang menyakiti anak, kamu bisa membangun hubungan yang lebih sehat. Anak akan merasa aman, merasa dicintai tanpa syarat, dan tumbuh dengan kepercayaan diri yang lebih kuat. Semoga informasi ini membantu, ya, Beauties!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

 

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE