Jangan Tertipu, 10 Ciri Orang Pura-Pura Baik yang Perlu Dikenali dari Sifat dan Perilakunya
Beauties, pernah nggak sih kamu bertemu seseorang yang selalu tampak ramah, murah senyum, dan penuh perhatian, tapi entah kenapa, ada rasa janggal yang sulit dijelaskan?
Awalnya kamu mungkin berpikir dia memang orang baik, tapi lama-lama mulai terasa ada sesuatu yang “nggak beres”. Bisa jadi, kebaikan yang kamu lihat selama ini hanyalah topeng. Di balik tutur kata lembut dan sikap manisnya, tersimpan niat tersembunyi yang bisa bikin kamu terluka secara emosional tanpa sadar.
Karena itu, penting banget buat kamu mengenali ciri orang yang pura-pura baik agar nggak mudah terjebak oleh manipulasi halus mereka. Yuk, kenali ciri-cirinya supaya kamu bisa tetap waspada dan melindungi diri sendiri dari hubungan yang beracun!
1. Sering Datang saat Butuh Saja
Ilustrasi teman yang datang saat butuh saja/freepik: freepik
Dilansir dari Verywell Mind, mengatakan salah satu tanda nyata dari “teman palsu” adalah ketidakhadiran mereka ketika kamu benar-benar membutuhkan bantuan. Mereka tampak hanya hadir saat segalanya berjalan lancar atau ketika ada keuntungan bagi mereka.
Misalnya, kamu mengalami hari sulit karena pekerjaan menumpuk dan butuh teman bicara. Orang ini selalu bilang “Hubungi aku kapan saja”, tapi ketika kamu menelepon mereka malah sibuk atau tidak membalas. Sebaliknya, saat mereka menghadapi masalah kecil, kamu yang dipanggil segera-segera sebagai “teman” yang siap membantu. Itu jelas menunjukkan bahwa kehadirannya bersyarat.
2. Perubahan Cerita atau Fakta yang Tidak Konsisten
Ilustrasi teman yang suka berbohong/Freepik: azerbajian_stockers
Perilaku dan cerita yang tidak konsisten sering menjadi tanda bahwa kebaikan mereka bersifat sandiwara. Di kehidupan sehari-hari, mungkin kamu pernah menemukan seseorang yang sering bercerita bahwa ia sukses membantu proyek teman di kampus atau di kantor, tapi ketika kamu mengecek ke orang lain, cerita tersebut berbeda atau tidak pernah terjadi.
Selain itu, ketika dihadapkan pada situasi yang menuntut pertanggungjawaban, mereka menyulap fakta menjadi versi yang menguntungkannya, lalu saat ditanya, mereka mengaku “mungkin salah ingat”. Hal-hal kecil bersifat sandiwara ini menunjukkan bahwa orang-orang yang berpura-pura baik akan selalu berusaha untuk melindungi diri sendiri.
3. Pujian Berlebihan dan Tidak Natural
Ilustrasi pujian tidak natural/Freepik: mego-studio
Dilansir dari Psychology Today, dijelaskan bahwa pujian yang berlebihan sering kali digunakan sebagai alat manipulasi sosial. Orang yang berpura-pura baik biasanya tahu bahwa manusia senang dihargai, jadi mereka memanfaatkan pujian untuk menumbuhkan rasa suka atau kepercayaan. Namun, jika pujian itu muncul terlalu sering, tanpa alasan jelas, atau bahkan terasa seperti “hafalan”, itu bisa jadi tanda bahwa niatnya bukan tulus, melainkan untuk mendapatkan keuntungan emosional atau sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu mungkin pernah bertemu orang yang selalu memuji penampilan, pekerjaan, atau gaya bicaramu, bahkan untuk hal kecil yang tidak relevan. Misalnya, seseorang yang baru dikenal langsung berkata “kamu orang paling positif yang pernah aku temui” padahal baru bicara lima menit. Jika pujian seperti ini terasa berlebihan dan tidak nyambung dengan situasi, kamu patut curiga bahwa mereka sedang membangun citra “baik” untuk menciptakan kedekatan palsu.
4. Perubahan Sikap Ketika Tidak Ada Penonton
Ilustrasi teman berpura-pura baik/Freepik: kroshka_nastya
Dalam studi dari FablStyle, ditemukan bahwa salah satu tanda adalah kemampuan seseorang tampil sangat baik di depan orang banyak, namun berubah ketika tidak ada penonton atau ketika situasi menjadi privat.
Misalnya: di acara sosial atau lingkungan teman ramai, ia tampak menjadi pribadi hangat, perhatian, bahkan memuji kamu di hadapan banyak orang. Namun ketika kalian sendiri, timbul sikap berbeda: mungkin cuek, sinis, atau bahkan menyindir hal-hal kecil tanpa alasan. Itu karena “tayangan” sudah selesai, dan topeng mulai lepas.
Contohnya sehari-hari: di grup kerja, ia sangat aktif membantu, mengusulkan ide, dan terlihat seperti pemimpin tim yang peduli. Tapi ketika kamu berbicara dengannya secara pribadi kemudian meminta bantuan sederhana, ia mengabaikan atau mengalihkan topik. Sikap yang berbeda antara “panggung” dan ruang privat adalah sinyal bahwa kebaikan itu digunakan sebagai alat citra, bukan keikhlasan.
5. Gemar Bergosip
Ilustrasi teman suka bergosip/Freepik: freepik
Mengutip VegOut, kebiasaan bergosip adalah salah satu indikator orang yang pura-pura baik sering menggunakan gosip sebagai alat untuk mendapatkan informasi, memanipulasi persepsi, atau menjaga posisi sosial mereka.
Seringkali seseorang yang sangat tertarik dengan kehidupan pribadimu menanyakan hal-hal kecil yang kamu ceritakan dengan percaya, lalu suatu saat kamu mendengar bahwa orang tersebut membicarakan hal yang sama kepada orang lain dengan nada negatif atau memperbesar ceritanya. Itu menunjukkan kepercayaanmu dipakai sebagai bahan gosip.
Jadi, setiap kali kamu ingin bercerita, dia akan tampil baik lagi. Namun, motifnya sudah berbeda, yakni agar kamu terus merasa dekat dan terbuka, padahal privasimu digunakan.
6. Gemar Mencari Validasi
Ilustrasi mencari validasi/Freepik: freepik
Dilansir dari artikel “How to identify Fake Nice People” orang yang pura-pura baik sering menunjukkan perilaku mencari persetujuan atau validasi sosial, karena mereka ingin dilihat baik oleh banyak orang, bukan menjadi baik karena peduli sungguh-sungguh.
Contoh: seseorang secara konsisten memposting seluruh kegiatannya membantu orang lain di media sosial, mengambil foto “aksi kebaikan”, dan mencari pujian teman-temannya. Namun ketika tidak ada foto atau publikasi, dia jarang melakukan bantuan nyata atau tidak peduli ketika bantuan itu tidak bisa dipublikasikan.
7. Sering Memberi Janji Palsu
Ilustrasi memberi janji palsu/Freepik: shurkin_son
Dalam blog konselor Shivani Misri Sadhoo, disebut bahwa janji yang sering dibuat tetapi jarang ditepati adalah salah satu indikator seseorang mungkin berpura-pura baik.
Orang yang berpura-pura baik sering menggunakan janji sebagai cara untuk terlihat peduli atau bertanggung jawab, padahal sebenarnya mereka jarang menepatinya. Janji‑janji ini biasanya dibuat untuk menciptakan rasa aman atau simpati, namun kenyataannya mereka hanya ingin mempertahankan citra diri yang “baik” di mata orang lain.
Di kehidupan sehari-hari, misalnya kamu meminta bantuan untuk mengerjakan proyek atau mengantar sesuatu, orang ini dengan mudah berkata “Tentu, aku bantu nanti” atau “Jangan khawatir, aku urus semuanya”. Namun ketika waktunya tiba, dia membatalkan dengan berbagai alasan atau bahkan menghindar tanpa memberi kabar. Pola ini berulang dan membuatmu merasa kecewa, sekaligus menimbulkan kebingungan antara kata-kata manis dan tindakan nyata mereka.
8. Mengkritik secara Terselubung
Ilustrasi mengkritik/Freepik: mego-studio
Orang yang pura-pura baik kerap menggunakan kritik terselubung untuk mengontrol atau memanipulasi perasaan orang lain. Mereka menyelipkan komentar negatif di balik pujian atau senyuman manis, sehingga korban sulit mengenali maksud sebenarnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan rasa ragu atau rendah diri tanpa harus terlihat “jahat” secara langsung.
Misalnya dengan kalimat “Aku cuma jujur aja ya” yang sebenarnya menghina, atau mungkin teman yang bilang “Keren ya kamu akhirnya bisa naik jabatan, walau tadi pas wawancara kamu agak grogi sih”, pujian diikuti dengan kritik yang memperlemah.
9. Menggunakan Informasi untuk Keuntungan
Ilustrasi pura-pura baik/Freepik:DC Studio
Orang yang pura-pura baik sering memanfaatkan informasi pribadi yang kamu bagikan untuk kepentingan mereka sendiri, seperti memanipulasi situasi atau membangun citra tertentu. Tujuannya bukan untuk membantumu, tapi lebih ke keuntungan pribadi atau sosial.
Misalnya, kamu menceritakan keluh-kesahmu terhadap suatu proyek yang atasan minta untuk kamu kerjakan. Diam-diam, temanmu malah menggunakan cerita itu sebagai senjata untuk mencemarkan nama baikmu di depan atasan dan rekan kerja yang lain.
10. Tidak Tulus Merayakan Sesuatu
Ilustrasi merayakan sesuatu/Freepik: lookstudio
Melansir Times of India, orang yang pura-pura baik sering kali tampak merayakan kesuksesanmu secara publik, namun kemudian dalam hubungan pribadi sikap mereka berubah atau bahkan berkompetisi tersembunyi. Mereka sering menampilkan antusiasme palsu ketika kamu sukses, tapi di balik itu mereka mungkin merasa iri atau kompetitif. Mereka cenderung memberikan pujian yang hanya untuk “tampilan sosial” bukan dukungan tulus.
Bisa saja terjadi melalui hal kecil, seperti ketika kamu berhasil lolos sebuah tes, seseorang hadir di perayaanmu dengan pujian yang hangat. Namun setelah acara, mereka berhenti menghubungimu, tidak mengucapkan selamat secara pribadi, atau malah membanding-bandingkan kemenanganmu dengan pencapaiannya sendiri. Itu menunjukkan kebahagiaan mereka bukanlah karena dukungan tulus, melainkan karena citra atau kompetisi.
Beauties, mengenali ciri orang yang pura-pura baik bukan untuk membuatmu sinis, tapi supaya kamu bisa lebih bijak memilih siapa yang pantas dipercayai. Jaga energi dan hati kamu dengan dikelilingi orang-orang yang tulus, karena hubungan yang sehat dan penuh kejujuran akan membuat hidupmu lebih tenang dan bahagia.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!