Insecure dengan Diri Sendiri? Begini Cara Keluar dari Perbandingan Diri yang Nggak Sehat!
Beauties, pernah nggak sih kamu merasa capek karena terus membandingkan diri sendiri dengan versi ideal yang ada di kepala kamu? Seperti selalu merasa “belum cukup cantik”, “belum sesukses orang lain”, atau “harusnya aku udah di titik ini”. Nah, hal itu ternyata punya nama, lho yaitu self contrast!
Fenomena psikologis ini menjelaskan kenapa kita sering terjebak antara diri nyata (actual self) dan diri ideal (ideal self), dan bagaimana kesenjangan di antara keduanya bisa memengaruhi kepercayaan diri, kesehatan mental, hingga kebahagiaan. Yuk, kenali lebih dalam apa itu self contrast, penyebabnya, dan cara agar perbandingan diri ini bisa jadi sumber self growth dan bukan malah buat stres!
Apa Itu Self Contrast? Mengapa Kita Bandingkan Diri Sendiri dengan Versi Ideal
Self contrast adalah fenomena membandingkan diri sendiri dengan diri ideal (ideal self). Hal ini disebabkan beberapa faktor/Foto: freepik.com/EyeEm
Self contrast adalah fenomena psikologis di mana seseorang membandingkan diri nyata (actual self) mereka dengan diri ideal (ideal self) versi yang mereka impikan, yakni seperti “harusnya aku begini”, “seharusnya kemampuan ini”, “seharusnya penampilan seperti itu”.
Perbedaan atau gap antara sisi nyata dan ideal inilah yang disebut self-ideal discrepancy. Kenapa Beauties sering melakukan self contrast? Ada banyak faktor:
- Sosial media & eksposur konten ideal: model tubuh ideal, kehidupan yang kelihatannya “sempurna”, kesuksesan teman yang dipamerkan. Semua ini memicu internalisasi dari standar ideal tersebut.
- Budaya & lingkungan sekitar yang mempromosikan prestasi, penampilan, status: ada tekanan sosial yang membuat versi ideal tersebut terasa wajib dicapai.
- Kepribadian: orang yang punya self concept clarity rendah (yang belum jelas imej diri mereka sendiri) cenderung lebih mudah “tertarik” pada ideal yang ditetapkan orang lain atau media, dan sering mengalami self contrast.
Self Discrepancy Theory: Teori Inti tentang Kesenjangan Antara Diri Nyata vs Diri Ideal
Mengenali self discrepancy theory. Kondisi sering kali merasa “nggak cukup” karena ada jarak antara tiga versi diri, yaitu actual self, ideal self, dan ought self/Foto: freepik.com/freepik
Menurut Self-Discrepancy Theory yang dikemukakan oleh Edward Tory Higgins, kita sering kali merasa “nggak cukup” karena ada jarak antara tiga versi diri kita, yaitu actual self, ideal self, dan ought self.
Bayangkan seperti ini, actual self itu kamu yang sekarang, apa adanya. Ideal self adalah versi diri yang kamu impikan, entah karena cita-cita, standar pribadi, atau pengaruh media. Sementara ought self adalah versi “seharusnya” menurut ekspektasi orang tua, lingkungan, atau norma sosial.
Nah, saat tiga versi ini tidak selaras, maka muncul emosi negatif seperti rasa gagal, malu, atau gelisah. Rasanya seperti terus dikejar bayangan “harusnya aku udah begini” padahal realitanya belum sampai ke sana. Inilah akar kenapa kita sering terjebak dalam self contrast dan sulit merasa puas dengan diri sendiri.
Dampak Positif & Negatif Membandingkan Diri Sendiri terhadap Kesehatan Mental
Mengenal dmpak self contrast. Walaupun memicu pengembangan diri, membandingkan diri sendiri akan menimbulkan rasa insecure/Foto: freepik.com/freepik
Dampak Negatif
- Menurunnya Self-Esteem: Semakin besar gap antara diri nyata dan ideal, semakin rentan kamu merasa kurang, gagal, tidak cukup baik.
- Perasaan Inadequacy & Depresi: Upward comparison (membandingkan dengan yang “lebih baik”) terutama di domain kemampuan atau penampilan bisa memicu kecemburuan, depresi, perasaan kurang bahagia.
- Body Dissatisfaction: Terutama untuk perempuan muda, paparan terhadap model tubuh ideal (idealized bodies) dan membandingkan penampilan sendiri bisa menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh.
Dampak Positif
- Motivasi & Pertumbuhan Diri: Kadang membandingkan diri dengan versi ideal bisa jadi pemicu untuk berubah, belajar, meningkatkan diri. Ideal kalau gap-nya realistis dan kamu punya alat untuk berkembang.
- Kesadaran Diri: Self contrast bisa membuat kamu lebih tahu mana area yang kamu suka, mana yang kamu ingin ubah, dengan begitu bisa membuat rencana pengembangan diri yang lebih spesifik.
Faktor yang Memperburuk Self Contrast
Sederet hal memperburuk self contrast. Mulai dari standar ideal di media hingga frekuensi membandingkan/Foto: freepik.com/freepik
Beauties juga perlu tahu apa yang membuat self contrast jadi lebih berat:
- Self-Concept Clarity Rendah: Ketika identitas diri atau gambaran tentang siapa kamu belum jelas, kamu lebih mudah membandingkan diri dengan ideal yang luar (dari media, orang lain).
- Internalisasi Ideal Sosial: Jika standar ideal dari media atau orang lain kamu percayai kuat, maka gap-nya terasa sangat besar.
- Orientasi Perbandingan Sosial (Social Comparison Orientation): Ada orang yang secara alami sering membandingkan diri dengan orang lain. Semakin sering maka semakin besar potensi negatifnya.
Cara Mengelola Self Contrast agar Positif bagi Diri
Self contrast nggak harus selalu berdampak negatif, tapi bisa mendorong kamu jadi versi terbaik dengan cara tepat/Foto: freepik.com/benzoix
Berikut tips agar self contrast nggak membuat kamu down, tapi malah mendorong kamu jadi versi terbaik:
- Perjelas Self-Concept: coba tulis siapa kamu, apa nilai-nilaimu, apa kekuatanmu, apa yang kamu sukai. Semakin jelas gambaran dirimu sekarang, makin sehat perbandingannya.
- Bandingkan dengan Versi Diri Sendiri di Masa Lalu, bukan dengan Orang Lain: fokus ke progress pribadi, apa yang sudah kamu capai dibandingkan dulu. Bukan siapa yang lebih hebat.
- Tetapkan Ideal yang Realistis dan Sesuai Nilaimu: ideal bukan harus sempurna, cukup versi yang memotivasimu, tapi tetap bisa dijangkau.
- Kurangi Eksposur ke Ideal Ideal di Media Sosial: batasi follow akun yang terlalu mempromosikan standar ideal ekstrem, ikuti orang yang menginspirasi tapi realistis.
- Latih Self-Compassion & Mindfulness: saat kamu merasa gagal memenuhi ideal, coba bersikap lembut ke diri sendiri, ingat bahwa semua orang punya kekurangan, dan standar ideal sering terlalu tinggi.
- Gunakan Strategi Psikologis Positif: misalnya best possible self (menulis versi paling baik dari diri idealmu sebagai teknik regulasi diri). Riset menunjukkan aktivitas ini bisa meningkatkan kesejahteraan dan menurunkan kecemasan.
Self contrast adalah fenomena yang sangat umum, Beauties juga pasti pernah mengalaminya. Gap antara siapa kita sekarang dan siapa kita idealnya bisa jadi sumber motivasi, tetapi kalau terlalu besar atau idealnya nggak realistis, bisa jadi sangat membebani. Dengan semakin banyaknya eksposur ke standar ideal lewat media, kita perlu lebih waspada, buat ideal yang sehat, dan belajar mencintai versi kita yang sekarang sambil terus berkembang. Semangat, Beauties!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!