Ini Sosok Penggagas Jalan Tol di Indonesia, Ternyata Kakek Tora Sudiro!

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Kamis, 10 Jul 2025 14:30 WIB
Ini Sosok Penggagas Jalan Tol di Indonesia, Ternyata Kakek Tora Sudiro!
Raden Soediro Hardjodisastro/Foto: jakarta.go.id

Jalan tol kini sudah jadi bagian tak terpisahkan dari infrastruktur Indonesia. Setiap hari, jutaan kendaraan melintasi ruas-ruas tol yang menghubungkan kota, provinsi, bahkan pulau. Keberadaan jalur tol sangat penting untuk mengurangi kemacetan dan mempercepat waktu tempuh menuju lokasi yang dituju.

Jalan tol dibangun khusus dengan berbagai fasilitas untuk memperlancar transportasi kendaraan. Namun untuk menikmati kemudahan dan kenyamanan di dalamnya, pengguna kendaraan harus membayar biaya tertentu, sesuai dengan jarak dan kebijakan yang berlaku.  

Di Indonesia, jalan tol pertama adalah Jagorawi, yang mulai dibangun pada 1975. Namun siapa sangka, ide pembangunan jalan tol di Indonesia sudah muncul sejak era 1950-an. Sosok di balik gagasan ini bukan seorang menteri atau presiden, melainkan seorang wali kota Jakarta yang visioner. Siapa dia? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

Munculnya Gagasan Jalan Berbayar di Era Raden Soediro

Raden Soediro Hardjodisastro/Foto: jakarta.go.id
Raden Soediro Hardjodisastro/Foto: jakarta.go.id

Melansir CNBC Indonesia, sosok pertama yang mencetuskan ide jalan tol di Indonesia adalah Raden Soediro Hardjodisastro. Beliau adalah Wali Kota Jakarta dari tahun 1953 hingga 1960. Pada masa itu, Jakarta mulai padat penduduk, dengan jumlah mencapai 1,5 juta jiwa (data BPS 1955). Melonjaknya jumlah penduduk membuat pengeluaran pemerintah melonjak, sementara pendapatan daerah masih sangat terbatas.

Sebagai solusi, Raden Soediro mengusulkan sistem jalan berbayar. Konsepnya sederhana, siapa pun yang melintasi jalan tertentu harus membayar sejumlah biaya. Rencana awalnya, sistem ini akan diterapkan di jalan baru yang sedang dibangun, dari Semanggi sampai Istana Negara, yang kini dikenal sebagai Jalan Jenderal Sudirman – MH Thamrin.

“Di ujung jalan M.H Thamrin, di situ bakal berdiri tempat pemungutan tol bagi setiap kendaraan bermotor yang lewat,” tulis Soediro dalam autobiografinya berjudul Sudiro Pejuang Tanpa Henti (1981).

Sayangnya Ide Tersebut Ditolak

Raden Soediro Hardjodisastro/Foto: via CNBC Indonesia

Namun ide jalan berbayar ini ternyata mendapat penolakan keras dari anggota DPRD Jakarta kala itu. Banyak yang menganggap kebijakan tersebut akan membebani masyarakat, bahkan dianggap mirip kebijakan kolonial Hindia Belanda.

Sekadar informasi, pada masa penjajahan, jalan berbayar memang sempat diberlakukan pemerintah Belanda kepada pedagang Tionghoa. Mereka harus membayar sejumlah sen untuk bisa melintas, dan kebijakan itu menimbulkan ketegangan sosial.

Karena khawatir memicu konflik serupa, akhirnya ide Raden Soediro dibatalkan. Meski begitu, gagasan ini menandai pemikiran maju dalam infrastruktur Indonesia, jauh sebelum jalan tol benar-benar dibangun.

Baru Terwujud di Era Soeharto lewat Tol Jagorawi

Tol Jagorawi Kini/Foto: DetikNews

Dua dekade kemudian, mimpi Soediro akhirnya terealisasi. Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, Menteri Pekerjaan Umum dan Kelistrikan Sutami menghidupkan kembali ide jalan tol. Jakarta saat itu makin macet, penduduknya sudah mencapai 4,5 juta jiwa, dengan 540 ribu kendaraan pribadi.

Solusinya adalah membangun jalan bebas hambatan berbayar yang menghubungkan ibu kota dengan kota-kota satelit. Maka lahirlah proyek Tol Jagorawi (Jakarta – Bogor – Ciawi) sepanjang 59 kilometer, dengan anggaran sekitar Rp2 miliar.

Melansir Detikcom, pembangunan jalan tol Jagorawi dimulai tahun 1975. Dalam hal ini, PT Jasa Marga mendapat kewenangan untuk membangun jalan tol dengan tanah yang dibiayai oleh pemerintah. Hingga akhirnya, Tol Jagorawi diresmikan pada 1978 dan menjadi jalan tol pertama di Indonesia, sekaligus tonggak penting pembangunan infrastruktur modern.

Raden Soediro Ternyata Kakek Tora Sudiro

Tora Sudiro/Foto: Instagram/@t_orasudi_ro

Meski ide awal datang dari Raden Soediro, namanya jarang disebut dalam sejarah jalan tol Indonesia. Padahal, pemikirannya tentang urban planning dan pendanaan infrastruktur sangat maju untuk masanya.

Menariknya, Raden Soediro juga dikenal sebagai kakek dari aktor Tora Sudiro, membuat kisahnya makin relevan di kalangan generasi muda. Ia adalah contoh pemimpin lokal dengan visi besar, yang sayangnya tidak langsung diimplementasikan.

Kini, jalan tol sudah membentang sejauh 2.893 km lebih di seluruh Indonesia, dari Pulau Jawa hingga Papua. Proyek-proyek seperti Tol Trans Jawa, Trans Sumatera, dan Tol Bali Mandara adalah bukti nyata bahwa warisan gagasan Raden Soediro terus hidup.

Pemerintah bahkan menjadikan jalan tol sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mendorong konektivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dari ide sederhana di tahun 1950-an, jalan tol kini menjelma jadi salah satu simbol kemajuan negeri.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
1 KomentarTULIS KOMENTAR
Lek Giman
Lek Giman
2 bulan yang lalu
Itulah sbbnya Tora gratis lewat jln tol

BE STORIES