Eksploitasi Gajah untuk Turisme di Bali Viral, Ini yang Perlu Kamu Tahu
Berita gajah dieksplotasi oleh manusia kembali marak di media sosial. Kali ini, gajah dijauhkan dari habitat aslinya untuk dieksploitasi demi turisme. Pada bulan November lalu, organisasi People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) Australia menyoroti dugaan adanya kekerasan yang dilakukan terhadap gajah, Beauties.
PETA Australia menuding tiga destinasi wisata di Bali, Indonesia, melakukan kekerasan terhadap gajah, termasuk Bakas Adventure Elephant Safari dan Rafting and Mason Elephant Park & Lodge, sebagaimana disebutkan dalam situs peta.org.au.
Mereka menyertakan sebuah video yang menampilkan gajah-gajah di kandang dengan luka dan bekas luka di kepala serta kaki mereka. Saat menaikinya, para pawang memukul dan menusuk gajah berulang kali dengan bullhook, yakni senjata yang menyerupai tongkat pengait perapian dengan kait logam di salah satu ujungnya. Bukan cuma itu, tayangan yang beredar juga menampilkan gajah jadi "kanvas" untuk dilukis dengan cat yang diduga cat kapur organik dan ditunggangi.
Terkait kekerasan ini, Mimi Bekhechi selaku Penasihat Kampanye Senior PETA Australia mengatakan, "PETA mendorong wisatawan untuk melakukan riset dahulu dan menghindari destinasi dengan klaim 'menyelamatkan', namun memaksa gajah berinteraksi dengan wisatawan."
Dibantah oleh Destinasi Wisata yang Dituding
Diduga ada kekerasan terhadap gajah yang dilakukan 3 destinasi wisata di Bali untuk menarik turis. Salah satu di antaranya membantah tudingan tersebut./ Foto: Pexels.com/FUTURE KIIID
Melansir dari laman DetikTravel, Mason Elephant Park & Lodge, yang membranding diri sebagai “penyelamatan gajah” telah membantah tudingan yang dilayangkan PETA Australia. Saat dihubungi, Mason Elephant Park & Lodge mengeklaim menjadi satu-satunya fasilitas gajah yang diaudit dan disetujui sepenuhnya di Indonesia. Menurutnya, Mason telah memenuhi semua kriteria pemeliharaan gajah dalam situasi penangkaran.
Perwakilan juga menambahkan bahwa gajah sumatra yang berada di tempatnya dirawat oleh banyak pawang gajah, dipelihara secara berkelanjutan dengan perbaikan terus-menerus, diberi variasi makanan yang lebih dari cukup, suplemen vitamin tambahan, dan perawatan rutin dari dokter hewan.
"Ya, kami memang menyediakan wahana menunggang gajah, baik secara langsung di punggung (bareback) maupun menggunakan kursi kayu ringan (yang lebih aman). Selain interaksi harian mereka satu sama lain dan dengan tamu, wahana ini sebenarnya memberikan mereka latihan yang diperlukan untuk perkembangan otot, kepadatan tulang, kesehatan kaki, pencernaan, dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan," terang perwakilan tersebut.
"Kursinya memiliki bantalan tebal di bawahnya dan justru mengalihkan beban menjauh dari tulang belakang gajah, dan kursi itu tidak menyentuh kulit gajah. Menarik untuk dicatat, bahwa kursi beserta penunggangnya hanya setara dengan 7% dari total berat badan gajah. Sementara, sebagai contoh, pelana dan penunggang pada kuda setara dengan 17% dari total berat badan kuda. Hal ini kurang lebih sama dengan seorang wanita yang membawa ransel seberat 3 kilogram (kg).”
Ia kemudian melanjutkan bahwa mamalia bernama Latin Elephas maximus sumatrensis tersebut biasanya berjalan kurang dari 5 atau 8 kilometer (km), jauh dari kondisinya di alam liar yang bisa berjalan lebih dari 30 km sehari, serta memiliki jadwal bergilir, hari libur, maupun hari libur sakit.
Bagaimana menurut kamu, Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!