Dua Anggota DPR Kecewa & Menangis Gegara Pernyataan Fadli Zon Ragukan Pemerkosaan Massal 1998

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 08 Jul 2025 17:00 WIB
Dua Anggota DPR Kecewa & Menangis Gegara Pernyataan Fadli Zon Ragukan Pemerkosaan Massal 1998
Wakil Ketua Komisi X DPR My Esti Wijayati menangis saat rapat dengan Menteri Kebudayaan Fadli Zon/Foto: dok YouTube Komisi X DPR

Menteri Kebudayaan (Menbud) Republik Indonesia (RI) Fadli Zon kembali menjadi sorotan. Pernyataannya soal pemerkosaan massal dalam peristiwa Mei 1998 membuat dua anggota perempuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menangis.

Rapat Kerja Menbud di Komisi X DPR diwarnai suasana yang tegang dan emosional. Hal ini bermula ketika Komisi X DPR membahas soal rencana Kementerian Kebudayaan menulis ulang sejarah Indonesia pada Rabu (2/7), di Ruang Rapat Komisi X DPR, Senayan, Jakarta Pusat.

Fadli Zon mengaku adanya pemerkosaan dalam peristiwa Mei 1998. Namun, ia tidak setuju dengan penggunaan diksi "massal" karena belum ada bukti yang menunjukkan hal tersebut. Mendengar pernyataan Fadli Zon, Wakil Ketua Komisi X DPR Maria Yohana Esti Wijayati dan anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDIP Mercy Chriesty Barends langsung meradang hingga menangis.

Fadli Zon Ragukan Pemerkosaan Massal Terjadi pada Kerusuhan Mei 1998

Menbud Fadli Zon

Fadli Zon/Foto: Kementerian Kebudayaan

Fadli Zon mengaku telah membaca data dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mengenai kerusuhan yang terjadi pada 1998. 

"Memang ada data dari TGPF, data ini saya punya dan saya sudah baca di tahun '98 data TGPF ini dan saya punya bundelnya lebih lengkap dan cukup banyak, kita bisa berdebat kalau ada, kita harus kutuk dan kita harus kecam dan harus orang yang melakukan itu harus ada," kata Fadli Zon, sebagaimana dikutip dari detikNews.

Namun, Fadli Zon meminta jangan ada narasi "adu domba" dari kekuatan asing saat itu yang seolah-olah ingin mem-framing. Dia lalu memberikan contoh sebuah tulisan salah satu majalah, di mana adanya pemerkosaan massal dan terdengar meneriakkan takbir.

"Ditulis di majalah Tempo ini kan mengadu domba, begitu juga mereka yang melakukan perkosaan massal itu berambut cepak arahnya ke militer. Kita tidak ingin ini menjadi narasi adu domba dan kita kemudian mengenyamnya ketelitian, pendokumentasian yang kokoh itu masalahnya," jelasnya.

Fadli Zon memandang pemerkosaan memang terjadi. Namun, dia menegaskan hal itu akan sulit diakui secara hukum lantaran tak ada fakta dan pelaku pemerkosaan.

"Jadi kita tidak ingin narasi ketika itu, apalagi waktu itu itu juga dimuat di berbagai situs seolah-olah perkosaan massal, tapi foto-fotonya itu adalah foto-foto di Hong Kong, di Jepang, dan dari situs-situs," jelasnya.

"Jadi ada hal-hal yang menurut saya perlu pendokumentasian yang lebih teliti, supaya jangan sampai kita nanti menimbulkan satu hal yang memecah belah, ini sebenarnya yang kita harapkan," tambahnya.

Wakil Ketua Komisi X DPR Menangis Gegara Pernyataan Fadli Zon

Wakil Ketua Komisi X DPR My Esti Wijayati

Wakil Ketua Komisi X DPR My Esti Wijayati.Foto: DPR RI

Mendengar penuturan Fadli Zon, tangis Maria Yohana Esti Wijayati atau biasa disapa My Esti langsung pecah. Pernyataan Fadli Zon dinilai telah melukai perasaan korban.

"Pak Fadli Zon ini bicara kenapa semakin sakit ya soal pemerkosaan mungkin sebaiknya tidak perlu di forum ini, Pak, karena saya pas kejadian itu juga ada di Jakarta sehingga saya tidak bisa pulang beberapa hari, tetapi ini semakin menunjukkan Pak Fadli Zon tidak punya kepekaan terhadap persoalan yang dihadapi korban perkosaan," ujarnya.

"Sehingga menurut saya penjelasan Bapak yang sangat teori seperti ini dengan mengatakan Bapak juga aktivis pada saat itu, itu justru akan semakin membuat luka dalam," sambung My Esti sembari terisak.

My Esti menegaskan peristiwa pemerkosaan massal itu memang terjadi. Fadli Zon yang mendengar itu segera menyela pernyataan My Esti.

"Singkat saja, Pak, jadi intinya memang peristiwa itu terjadi, persoalan kemudian ada beberapa catatan yang Bapak berikan tadi, mari...," kata My Esti, namun, langsung dipotong oleh Fadli Zon.

"Terjadi, Bu, saya mengakui," kata Fadli Zon.

"Itu yang kemudian Bapak seolah-olah mengatakan Bapak...," kata My Esti yang kembali dipotong oleh Fadli Zon.

"Saya mengakui, saya dalam penjelasan saya, saya mengakui terjadi peristiwa ini," jawab Fadli Zon.

Anggota Komisi X DPR Bantah Argumen Fadli Zon dengan Berikan Dokumen Resmi

Anggota Komisi X DPR Mercy Chriesty Barends

Anggota Komisi X DPR Mercy Chriesty Barends/Foto: DPR RI

Suasana rapat semakin panas ketika anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDIP Mercy Chriesty Barends membantah argumen Fadli Zon dengan menyerahkan tiga dokumen resmi terkait fakta adanya kasus pemerkosaan massal 1998.

"Hari ini saya datang resmi dengan membawa tiga dokumen resmi. Dokumen hasil temuan TGPF, dokumen hasil temuan dari special report PBB, dan dokumen yang ketiga yaitu dokumen membuka kembali 10 tahun pascakonflik yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan," ujar Mercy, dikutip dari detikNews.

Mercy menuturkan bahwa dirinya menjadi saksi sejarah saat kerusuhan 1998. Ia termasuk dalam Tim Pencari Fakta Komnas Perempuan pada kerusuhan Maluku 1999-2001 dan mendokumentasikan kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan selama masa konflik.

"Kita bertemu yang dari Papua, dari Aceh, dan sebagainya. Tidak satu pun korban berani menyampaikan kasus kekerasannya karena pada saat itu mengalami represi yang sangat luar biasa. Hal yang sama juga terjadi pada saat kerusuhan '98," sambungnya.

Mercy menjelaskan mereka berproses bersamaan hingga menghasilkan dokumen yang dia bawa. Mercy mengatakan juga menyusun human rights documentation (huridoc) bersama Komnas Perempuan saat itu.

"Jadi, kalau kemudian Bapak mempertanyakan kasus perkosaan dan massal dan seterusnya, ini cukup-cukup amat sangat melukai kami, Pak. Cukup amat sangat melukai kami," tegasnya.

Mercy lalu bercerita, pada saat itu, dirinya dan beberapa temannya yang berada dalam pesawat mengalami ancaman dan tekanan. Dia menekankan pernyataan Fadli Zon tak adanya pemerkosaan massal sangat melukai hati para korban.

"Bapak, kami dalam tekanan dan ancaman, sehingga kebetulan kemudian Bapak mempertanyakan dan Bapak seperti meragukan kebenaran. Ini amat sangat menyakiti, menyakiti, menyakiti kami," ujarnya.

Lebih lanjut, Mercy meminta Fadil Zon menyampaikan permintaan maaf. Dia juga meminta Fadli Zon meminta langsung data kerusuhan 1998 kepada Komnas Perempuan.

"Kami sangat berharap permintaan maaf. Mau korbannya perorangan yang jumlahnya banyak, yang Bapak tidak akui itu massal, permintaan maaf. Karena korban benar-benar terjadi," ungkap dia.

"Komnas Perempuan tidak dapat mempublikasikan karena ini menyangkut harga, harkat, martabat ke publik. Bapak kalau tidak, ini Bapak bisa langsung ke Komnas Perempuan. Data kerusuhan '98, data kasus perkosaan kekerasan seksual, Maluku, Papua, Aceh, dan sebagainya ada di sana. Saya saksi sejarahnya," lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, Mercy juga turut menyerahkan dokumen yang dibawanya. Dokumen itu pun langsung diterima Fadli Zon.

"Dengan demikian, izin, Pak Pimpinan dan Pak Menteri, saya sampaikan seluruh dokumen ini secara resmi untuk menjadi bahan pertimbangan Pak Menteri sekali lagi," tuturnya.

Pernyataan Fadli Zon soal Pemerkosaan dalam Peristiwa Mei 1998 Tuai Banyak Kecaman

Menteri Kebudayaan (Menbud) Republik Indonesia Fadli Zon memastikan proses penulisan sejarah nasional dilakukan secara terbuka, ilmiah, dan inklusif.

Fadli Zon/Foto: Kemenbud

Sebelumnya, Fadli Zon mendapat kecaman dari banyak pihak terkait pernyataannya terkait Peristiwa Mei 1998. Dalam video wawancara "Real Talk: Debat Panas!! Fadli Zon vs Uni Lubis soal Revisi Buku Sejarah" yang tayang di kanal YouTube IDN Times pada 10 Juni 2025, Fadli menyampaikan dua pernyataan yang dinilai sangat bermasalah.

Pertama, Fadli menyatakan bahwa tidak terdapat bukti kekerasan terhadap perempuan, termasuk perkosaan massal, dalam peristiwa 1998. Kedua, Fadli mengklaim informasi tersebut hanya rumor dan tidak pernah dicatat dalam buku sejarah.

Pernyataan Fadli Zon lantas menuai kecaman dari sejumlah pihak. Tak sedikit yang mengatakan bahwa pernyataan itu merupakan bentuk pengaburan sejarah.

Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas yang terdiri dari sejumlah organisasi masyarakat sipil  dan individu, mengecam keras pernyataan Fadli Zon. Mereka menilah bahwa pernyataan tersebut merupakan bentuk manipulasi, pengaburan sejarah, serta pelecehan terhadap upaya pengungkapan kebenaran atas tragedi kemanusiaan yang terjadi, khususnya kekerasan terhadap perempuan dalam peristiwa Mei 1998.

"Hal tersebut sejalan dengan proyek penulisan ulang sejarah yang tengah dipimpin oleh Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan yang tampaknya menyingkirkan narasi penting tentang pelanggaran berat HAM dari ruang publik. Pernyataan Fadli Zon menunjukan sikap nirempati terhadap korban dan seluruh perempuan yang berjuang bersama korban. Ia telah gagal dalam memahami kekhususan dari kekerasan seksual dibandingkan dengan bentuk-bentuk kekerasan lainnya, terlebih lagi ada  kecenderungan untuk secara sengaja menyasar pihak yang dijadikan korban, yaitu perempuan Tionghoa," bunyi siaran pers yang diunggah di situs KontraS, Jumat (13/6).

Atas pernyataan Fadli Zon, Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas menuntut beberapa hal, di antaranya adalah mengecam dan menolak keras pernyataan Fadli Zon yang menyangkal adanya kekerasan seksual dalam Peristiwa Mei 1998 serta menyebutnya sebagai rumor. Pernyataan ini mencederai upaya pengungkapan kebenaran dan keadilan bagi korban serta berpotensi melanggengkan budaya impunitas.

Selain itu, mereka juga menuntut Fadli Zon untuk mencabut pernyataannya secara terbuka, memberikan klarifikasi, dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada korban dan keluarga korban pelanggaran berat HAM, khususnya kekerasan seksual dalam Peristiwa Mei 1998 dan seluruh perempuan Indonesia yang berjuang membersamai korban untuk menegakkan keadilan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

BE STORIES