Bulan Juli Masih Hujan, Penyebabnya Dijelaskan BMKG
Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Selasa, 08 Jul 2025 12:30 WIB

Foto: freepik.com/prostooleh/FaustFoto
Beauties, apakah daerah tempat tinggal kamu terdampak hujan? Beberapa hari belakangan hujan mengguyur di berbagai wilayah Indonesia. Bahkan hujan deras di kawasan Jakarta menyebabkan banjir di sejumlah kawasan.
Maka dari itu, tidak sedikit orang yang bertanya mengapa bulan Juli, yang seharusnya masuk musim kemarau, masih terjadi hujan intensitas tinggi? Apa penyebabnya? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Beauties.
Penyebab Hujan di Bulan Juli
Ilustrasi/ Foto: Pexels.com/Matheus Bertelli
Dijelaskan BMKG dalam situs resminya, ada anomali curah hujan di atas normal yang terjadi sejak Mei 2025. Melansir dari CNN Indonesia, hujan dengan sifat di atas normal masih berlangsung hingga akhir Juni 2025 di 53 persen wilayah Indonesia, dengan cakupan yaitu wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, Maluku, dan Papua. BMKG juga mencatat curah hujan ekstrem di Stasiun Geofisika Deli Serdang (142 mm) dan Stasiun Meteorologi Rendani, Papua Barat (103 mm) pada 2 Juli 2025.
Ada beberapa faktor penyebab curah hujan tinggi di sejumlah wilayah RI menurut BMKG yang dijelaskan dalam situsnya, dikutip hari Senin (7/7/2025). Pertama, keaktifan dinamika atmosfer. “Kondisi ini dipicu oleh dinamika atmosfer yang masih aktif, meski Madden-Julian Oscillation (MJO) berada di fase 2 (Indian Ocean) yang secara umum kurang mendukung pembentukan awan hujan”.
Lalu, ada faktor lain yang mendorong terbentuknya awan hujan intensif. Monsun Australia terindikasi lemah sehingga berdampak pada kondisi lembap atmosfer di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan dan aktivitas atmosfer intra-musiman, yakni Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Ekuator. Gangguan pada MJO inilah yang mendorong tumbuhnya awan-awan hujan, terlebih di wilayah Timur Indonesia seperti Maluku, Sulawesi Selatan, dan Papua. Sementara proses konveksi di wilayah Sumatera bagian Timur, Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, dan sejumlah daerah di selatan Jawa diperkuat oleh gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency.
Selain itu, kelembaban udara yang tinggi disertai suhu permukaan laut yang hangat juga meningkatkan proses pembentukan awan hujan di berbagai wilayah, Beauties. Oleh karena kondisi atmosfer yang masih sangat dinamis ini, BMKG memperingatkan masyarakat agar tetap waspada potensi cuaca ekstrem, mulai dari hujan lebat disertai petir, angin kencang, dan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(dmh/dmh)