Brasil Ancam Indonesia Bawa Kasus Kematian Juliana Marins ke Jalur Hukum Jika Ditemukan Kelalaian dalam Autopsi Ulang

Nadya Quamila | Beautynesia
Kamis, 03 Jul 2025 12:00 WIB
Brasil Ancam Indonesia Bawa Kasus Kematian Juliana Marins ke Jalur Hukum Jika Ditemukan Kelalaian dalam Autopsi Ulang
Brasil Ancam Indonesia Bawa Kasus Kematian Juliana Marins ke Jalur Hukum Jika Ditemukan Kelalaian dalam Autopsi Ulang/Foto: dok. Instagram

Beauties, masih ingat dengan peristiwa pendaki perempuan asal Brasil Juliana Marins jatuh terperosok saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan ditemukan meninggal dunia?

Kabar terbaru, mendiang Juliana Marins akan diautopsi ulang atas permintaan dari pihak keluarga. Brasil berencana menempuh jalur hukum jika hasil autopsi kedua Juliana Marins menunjukkan ada kelalaian yang menyebabkan perempuan 26 tahun itu meninggal dunia.

Autopsi pertama yang dilakukan tim forensik Rumah Sakit Bali menunjukkan hasil bahwa Marins meninggal 20 menit setelah jatuh di Gunung Rinjani.

Dokter Spesialis Forensik Rumah Sakit Bali Mandara Ida Bagus Putu Alit mengatakan Juliana mengalami luka paling parah di dada akibat benda tumpul.

"Jadi kalau kita lihat yang paling terparah, itu adalah yang berhubungan dengan pernapasan. Yaitu ada luka-luka terutama di dada-dada, terutama di dada-dada bagian belakang tubuhnya. Itu yang merusak organ-organ di dalamnya," katanya dalam konferensi pers, Jumat (27/6), dilansir dari CNN Indonesia.

Hasil Autopsi Ulang Menentukan Sikap Brasil dalam Pengajuan Penyelidikan Internasional

Jenazah Juliana Marins yang dibungkus dengan peti mati saat akan dibawa ke Pelabuhan Lembar menuju ke Bali untuk dilakukan autopsi. (Foto: Abdurrasyid Efendi/detikBali).

Hasil Autopsi Ulang Menentukan Sikap Brasil dalam Pengajuan Penyelidikan Internasional/Foto: Abdurrasyid Efendi/detikBali

Menurut Advokat HAM dari Kantor Federal Pembela Publik Brasil (Federal Public Defender's Office/DPU), Taisa Bittencourt, otoritas Brasil tengah melakukan autopsi ulang kepada Marins setelah mendapat permintaan dari pihak keluarga, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia.

Hasil autopsi ini, kata Bitterncourt, akan menentukan apakah otoritas Brasil akan mengajukan penyelidikan internasional atas kematian Marins atau tidak.

"Kami menunggu laporan (dari pihak Indonesia) dan setelah laporan ini sampai di kami, kami akan menentukan langkah-langkah selanjutnya. Autopsi kedua ini adalah atas permintaan keluarga Juliana," ucap Bittencourt seperti dikutip CNN Indonesia dari media lokal Globo.

"Tapi mereka belum memutuskan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Kami akan mendukung keluarga berdasarkan hasil autopsi dan apa pun keputusan mereka," tambahnya.

Alasan pihak keluarga meminta autopsi ulang adalah karena minimnya klarifikasi dari otoritas Indonesia terkait penyebab kematian dan kapan tepatnya Marins meninggal dunia.

Sementara itu, DPU disebut telah meminta Kepolisian Federal Brasil untuk menyelidiki apakah ada indikasi pelanggaran kriminal seperti pengabaian yang dilakukan otoritas Indonesia dalam menangani Marins. Jika terbukti ada unsur kelalaian, kasus ini akan diajukan ke badan hukum internasional seperti Inter-American Comission on Human Rights (IACHR).

Kronologi Pendaki Brasil Juliana Marins Jatuh di Gunung Rinjani

Tim SAR berupaya mengevakuasi turis Brazil bernama Juliana (27) di Gunung Rinjani, Senin (23/6/2025).

Tim SAR berupaya mengevakuasi turis Brazil bernama Juliana (27) di Gunung Rinjani, Senin (23/6/2025)/Foto: dok. SAR Mataram

Juliana Marins terjatuh di area Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani, pada Sabtu (21/6) sekitar pukul 06.30 WITA, saat mendaki melalui jaluransi. Lokasi tersebut dikenal ekstrem dengan lereng curam dan berbatu, ditambah kondisi cuaca berkabut tebal.

Juliana mendaki Gunung Rinjani bersama lima wisatawan lainnya dan didampingi oleh pemandu wisata. Mereka berangkat dari pintu pendakian Sembalun sehari sebelumnya.

Ketika menuju puncak Rinjani, Juliana dilaporkan mengalami kelelahan dalam perjalanannya di area Cemara Tunggal. Pemandu wisata menyarankan agar Juliana beristirahat.

"Ketika menuju puncak Rinjani, dalam perjalanannya di area Cemara Tunggal korban mengalami kelelahan dan guide saat itu menyarankan korban untuk beristirahat. Kemudian lima tamu tersebut dibawa oleh guide meneruskan perjalanan ke puncak," kata Kepala Seksi Humas Polres Lombok Timur, AKP Nikolas Osma, dilansir dari CNN Indonesia.

Namun, ketika wisatawan dan pemandu menunggu di puncak, Juliana tak kunjung menyusul. Pemandu kemudian kembali ke lokasi istirahat, namun, korban sudah tidak ada di tempat. Kemudian, saat dilakukan pencarian, sang pemandu melihat cahaya senter di dasar tebing menuju arah danau, yang diduga milik korban.

"Saat melakukan pencarian, pemandu tersebut melihat cahaya senter korban di bawah tebing dengan kedalaman sekitar 200 meter ke arah danau. Sehingga guide merasa curiga bahwa cahaya senter tersebut adalah milik korban, kemudian langsung menghubungi petugas untuk dilakukan evakuasi," tutur Nikolas.

Lebih lanjut, pada Sabtu sore, drone yang dioperasikan oleh turis Spanyol merekam Juliana masih hidup, terlihat duduk dan bergerak di tanah berabu kelabu, sekitar 300 meter di bawah jalur pendakian, sebagaimana dilansir dari detikInet. Namun, tim SAR yang turun hingga 300 meter pada hari itu gagal menemukannya karena kabut tebal dan medan berbahaya.

Proses pencarian kemudian dilanjutkan pada Minggu (22/6). Di hari itu, tim melakukan proses pencarian unmanned aerial vehicle (UAV). Tim juga melakukan pencarian menggunakan drone, namun tidak bisa dilakukan secara maksimal karena cuaca berkabut.

Tim kembali melanjutkan pencarian pada Senin (23/6). Korban pun akhirnya berhasil ditemukan sekitar pukul 07.05 WITA di lokasi yang berjarak kurang lebih 500 meter bergeser dari titik awal jatuhnya dengan medan lokasi berupa pasir dan batu.

"Tim SAR gabungan berhasil menemukan survivor dengan visualisasi drone thermal," kata Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi dalam keterangannya.

Hariyadi turut mengungkapkan berdasarkan pantauan dari drone, korban dalam kondisi tidak bergerak. Meski telah ditemukan, namun tim tak bisa langsung mengevakuasi korban lantaran terkendala medan ekstrim dan cuaca berkabut di lokasi.

Proses evakuasi dilanjutkan pada Selasa (24/6). Berdasarkan keterangan resmi dari Basarnas, salah satu anggota tim SAR berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter sekitar pukul 18:00 WITA. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan pada korban, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.

Meninggalnya Juliana Marins di Gunung Rinjani memicu perdebatan sengit antara netizen Indonesia dan Brasil. Bahkan, netizen Indonesia dan Brasil saling balas rating jelek atas Gunung Rinjani dan Sungai Amazon, yaitu mereka memberi rating bintang satu di Google Maps.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

BE STORIES