Berani Uji Diri? Ini 3 Tanda Kamu Masih Belum Dewasa Secara Emosional Menurut Psikologi
Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Rabu, 23 Jul 2025 12:00 WIB

Berani Uji Diri? Ini 3 Tanda Kamu Masih Belum Dewasa Secara Emosional Menurut Psikologi/Foto: Freepik/freepik
Kematangan emosional bukan hanya soal usia atau pengalaman hidup, melainkan kemampuan mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan sehat. Dalam hubungan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan sehari-hari, kematangan emosional memainkan peran besar dalam menciptakan hidup yang seimbang dan penuh makna.
Jika kamu penasaran seberapa jauh perkembangan emosionalmu saat ini, artikel yang dilansir dari Pupriff ini akan membantumu menguji diri sendiri melalui 3 tanda tidak dewasa secara emosional menurut psikologi. Siap untuk mengenali sisi kedewasaan emosionalmu lebih dalam? Yuk, simak ulasannya!
Menghindari Tanggung Jawab
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik |
Ciri orang belum dewasa secara emosional yang pertama adalah cenderung menghindari tanggung jawab dengan berbagai cara, termasuk menyalahkan orang lain atas hal-hal sepele seperti kemacetan hingga suasana tidak nyaman saat makan malam keluarga. Alih-alih introspeksi, mereka piawai memindahkan kesalahan ke pundak orang lain.
Padahal, seperti yang pernah dikatakan oleh Brené Brown, seorang peneliti, penulis, dan pembicara asal Amerika Serikat, “tanggung jawab adalah syarat utama untuk perubahan”. Kalimat ini penting, bahkan layak ditempel di tempat yang mudah terlihat sebagai pengingat.
Dalam laporan APA Work In America tahun 2023, disebutkan bahwa 92 persen karyawan mendambakan lingkungan kerja yang menekankan pentingnya kesejahteraan emosional dan rasa tanggung jawab. Tanpa keduanya, perkembangan diri dan hubungan antarinvidu akan terhenti. Ketika tanggung jawab dianggap sebagai bentuk serangan pribadi, maka yang terjadi bukan perbaikan, melainkan stagnansi.
Sebagai langkah awal, cobalah untuk mulai mengakui satu kesalahan kecil saja minggu ini. Tidak harus yang besar, bahkan tindakan sesederhana mengakui bahwa kamu telat membalas pesan pun sudah cukup. Tindakan-tindakan kecil seperti ini akan membentuk kebiasaan positif dan kekuatan mental untuk menghadapi tantangan yang lebih besar nantinya.
Sebab jika terus-menerus menyalahkan orang lain, lama-lama kepercayaan orang akan terkikis, suasana kerja menjadi tidak sehat, dan hubungan personal pun mudah retak. Memang, bertanggung jawab terasa menakutkan, tetapi justru itulah jalan tercepat menuju pengaruh dari perubahan yang sejati.
Memandang Dunia dari Kacamata Hitam-Putih
Ilustrasi/Foto: Freepik/stockking
Orang yang secara emosional belum stabil biasanya merasa kesulitan menerima bahwa ada sesuatu di antara dua kutub, hitam dan putih. Dalam pandangan mereka, seseorang hanya bisa menjadi pahlawan atau penjahat; hari bisa terasa luar biasa sempurna atau benar-benar hancur; dan kritik ringan pun bisa dianggap sebagai bentuk pengkhianatan. Dalam psikologi, cara berpikir seperti ini dikenal sebagai splitting, dan sering dikaitkan dengan pola keterikatan yang tidak sehat serta kesulitan dalam mengelola emosi.
Oleh karena itu, jika kamu mulai merasa bahwa segala hal terasa “selalu buruk” atau “selamanya indah”, cobalah berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: “Apa mungkin ada hal lain yang belum kamu sadari?”. Pertanyaan sederhana ini bisa membuka pintu ke jalan tengah.
Para terapis pun sering menggunakan pendekatan yang disebut dialectical behavior therapy untuk membantu klien menerima dua hal yang tampaknya bertentangan sekaligus, agar tidak terjebak dalam pola pikir yang serba mutlak. Kamu bisa mencoba latihan sederhana ini dengan menulis dua perasaan yang berlawanan tentang suatu situasi, lalu amati bagaimana keduanya bisa hadir berdampingan tanpa saling meniadakan.
Kesulitan Menunda Kepuasan
Ilustrasi/Foto: Freepik/standret
Bagi orang yang belum matang secara emosional, menunggu bukan sekadar membosankan, melainkan sangat menyiksa. Penelitian menunjukkan bahwa kesulitan menunda keinginan sering kali beriringan dengan masalah dalam mengelola diri secara keseluruhan, seperti yang sering ditemukan pada individu dengan ADHD atau masalah regulasi emosi. Dampaknya bisa terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari, dari mulai kartu kredit yang selalu penuh, diet yang gagal terus, atau proyek-proyek pribadi yang terbengkalai di mana-mana.
Salah satu cara untuk melatih kemampuan menahan diri adalah melalui teknik bernama urge surfing yang bisa dipelajari lewat latihan seperti yoga. Teknik ini mengajarkan kita untuk menarik napas saat suatu keinginan muncul dan membiarkan keinginan itu berlalu tanpa langsung dituruti. Cobalah ini saat kamu tergoda untuk membeli sesuatu secara impulsif, misalnya dan rasakan betapa cepatnya dorongan itu menghilang.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)