Bantuan Psikologis yang Patut Diberikan untuk Korban Bencana Alam agar Tak Merasa Sendirian
Sejumlah wilayah Sumatra yang dilanda bencana alam banjir besar sejak akhir November 2025 meresahkan banyak pihak. Bukan cuma korban bencana itu sendiri, tapi juga pihak keluarga dan orang-orang terdekat. Situasi yang dirasakan oleh korban pastinya tak lepas dari ketakutan, cemas terus-menerus akan kejadian yang serba tak pasti, hingga trauma.
Beauties, kalau kamu turut membantu relawan atau merupakan bagian dari keluarga korban atau sahabat yang ingin memberikan bantuan psikologis, ada beberapa hal yang wajib kamu perhatikan. Hindari hal-hal yang membuat korban tersinggung dan semakin merasa down. Berikut sederet hal yang bisa kamu lakukan agar korban tidak merasa sendirian seperti yang dilansir dari penelitian psikologi Valeii berjudul ‘Psychological First Aid.’
1. Amati atau Observasi Keadaan Korban
Saat kamu dapat meninjau lokasi bencana, mungkin beberapa korban berada di lokasi tenda pengungsian untuk sementara. Kamu dapat mengamati kondisi sekeliling, mulai dari ketersediaan materi penting, seperti air yang cukup, makanan, hingga pakaian. Lalu, coba lihat ekspresi korban, utamakan korban yang terlihat seorang diri, tampak menangis, marah, terlihat kebingungan. Bantulah dan dengarkan mereka sebagai orang pertama yang perlu mendapatkan bantuan.
Usahakan untuk mengobservasi apa yang menjadi kebutuhan mereka, tidak hanya menggunakan perspektif pribadi kamu saja. Terkadang hal yang kamu anggap penting, belum tentu itu menjadi hal utama yang dibutuhkan oleh korban.
2. Validasi Emosi yang Dirasakan Korban
Jika kamu memvalidasi emosi yang dirasakan oleh korban, mereka akan merasa diperhatikan. Hal ini penting untuk membantu korban pulih perlahan secara psikologis/Foto: Freepik.com/t frolopiaton
Korban akan menumpahkan kesedihan hingga berbagai emosi negatif yang ia rasakan. Bencana alam adalah hal yang tak tertebak dan sulit diprediksi. Korban mengalami kehilangan, merasa sendirian, dan seakan usaha yang sudah mereka persiapkan tampak terasa sia-sia.
Ketika mereka mencurahkan perasaan dan kekecewaan mereka, berusahalah untuk memvalidasi emosi itu. Kamu dapat mengulangi kembali kalimat korban usai mereka bercerita, tapi coba untuk gunakan bahasa atau kalimatmu sendiri, sebagai pertanda kamu memahami perasaan korban.
Tidak perlu buru-buru memberikan saran atau pendapatmu, tapi coba untuk terima bahwa perasaan yang mereka rasakan sangat wajar. Hal ini membantu korban merasa kalau mereka punya teman yang dapat diandalkan dan tidak ditinggalkan sendirian dalam situasi sulit seperti bencana alam ini. Hal terpenting, dengarkan cerita korban hingga tuntas, bukan memotong apalagi mengalihkannya ke topik bahasan yang lain.
3. Jadi Ruang yang Aman untuk Korban
Sebagai bentuk untuk menjadi ruang aman untuk korban, penting untuk memastikan kebutuhan utama mereka terpenuhi. Jangan berikan informasi yang berlebihan karena dapat meresahkan korban bencana alam/Foto: Freepik/Visual Creative
Menjadi ruang yang aman bagi korban artinya kamu tidak menakut-nakuti korban. Kamu boleh saja memberikan informasi tentang ketersediaan obat-obatan, ke mana korban dapat mengakses bantuan jika memerlukan hal-hal penting. Memastikan korban dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, mendapatkan obat, hingga layanan keamanan lainnya sangat baik untuk memulihkan secara perlahan kondisi psikologis korban.
Pastikan korban tetap didampingi, memiliki informasi yang cukup dan tepat. Terkadang derasnya informasi yang berlebihan justru akan membuat korban semakin merasa takut dan pesimis. Sebaiknya sebagai pendamping, kamu tidak perlu menginformasikan update pemberitaan, terutama jika hal itu belum pasti, terutama terkait korban yang mungkin sedang mencari keluarganya.
Atau tentang informasi lainnya yang masih dalam proses, sebaiknya tidak buru-buru diberi tahu kepada korban. Kamu bisa merekomendasikan korban untuk bertemu relawan psikologi jika butuh penanganan lanjutan. Paparan informasi yang berlebihan perlu dihindari karena bisa jadi memicu trauma korban menjadi semakin buruk, maka berikan informasi seperlunya saja.
4. Siapkan Sarana Lain yang Memungkinkan untuk Korban Bercerita
Sarana lain untuk mengekspresikan ketakutan dan emosi negatif lainnya dibutuhkan oleh korban bencana. Hal ini membantu beberapa di antara mereka yang sulit bercerita, namun bisa menggunakan media seperti gambar di kertas/Foto: Freepik.com/jcomp
Di saat situasi genting dan sangat mengecewakan, mungkin tidak semua orang berani untuk bercerita atau bersuara dengan orang baru atau pun relawan yang mereka temui. Maka, berikan kertas, alat tulis seperlunya bagi korban sebagai sarana mereka untuk menggambar, mencoret-coret kondisi mereka yang sedang kacau.
Kamu tidak perlu memaksa korban untuk bercerita, tapi kamu dapat menyediakan berbagai sarana yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan suasana hati dan pikiran. Pastikan juga kamu mau mendengarkan apa yang diceritakan korban dari gambar yang dibuat, tanpa menghakimi.
Oke, Beauties berikut tadi berbagai tips yang patut dilakukan untuk memberikan bantuan psikologis pada korban. Pastikan mereka tidak semakin terpuruk, namun perlahan pulih dan tak merasa sendirian.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!