Bahaya! Inilah 7 Kalimat Diucap Orang Tua yang Bisa Merusak Mental Anak
Kalimat yang diucap orang tua sangat memengaruhi anak, Beauties, terlebih secara emosional. Sebagai caretaker, kalimat positif yang diucap akan memberikan anak semangat dan dapat melatih mengolah emosi mereka dengan baik.
Namun sebaliknya, ada ucapan-ucapan tertentu yang justru dapat merusak mental anak. Terlepas dari bagaimana perasaan orang tua itu sendiri, kalimat yang terucap bisa menimbulkan konsekuensi serius, misalnya membuat anak jadi mudah takut, merasa kurang harga diri, dan tidak percaya diri.
Maka dari itu, melansir dari YourTango, ini dia kalimat diucap orang tua yang wajib diwaspadai karena dapat merusak mental anak.
1. “Jangan cengeng”
Anak akan mengekspresikan rasa kecewa dan sedih dengan menangis. Melarang anak untuk tidak menangis berarti tidak memvalidasi perasaannya dan menunjukkan cara mengekspresikan kesedihan yang salah./ Foto: freepik.com/pch.vector
Saat anak menangis, kalimat “jangan nangis” atau “jangan cengeng” mudah sekali terucap. Namun, kalimat larangan menangis ini bisa berdampak negatif pada cara mereka meregulasi emosi. Padahal, anak menangis karena merasa sedih atau kecewa dan itu tidak tervalidasi dengan larangan tidak menangis. Larangan ini juga memberi makna bahwa menangis bukan cara untuk memproses emosinya.
2. “Kamu nggak boleh marah”
Melarang anak untuk marah akan menyulitkan anak mengolah emosinya. Orang tua sebaiknya membicarakan apa yang dirasakan anak dan membantunya./ Foto: freepik.com/freepik
Penolakan emosional berikutnya yang dapat merusak mental anak adalah kalimat “Kamu nggak boleh marah”. Kalimat ini menunjukkan orang tua tidak membolehkan anak merasakan dan mengekspresikan perasaannya. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang bertahan lama. Alih-alih ditutupi, orang tua sebaiknya membicarakan apa yang dirasakan anak sehingga mereka dapat mengendalikan perasaan mereka dan juga mampu mengenali emosi orang lain.
3. “Biar mama/papa saja yang melakukannya”
Anak perlu belajar mandiri. Mengambil alih apa yang dilakukan anak supaya lebih cepat akan beri dampak sebaliknya./ Foto: Freepik.com/jcomp
Ketika anak sedang berusaha melakukan sesuatu sendiri, terlebih hal-hal kecil seperti menutup stoples, mengancing baju, memakai sepatu, dan sebagainya, orang tua butuh kesabaran hingga anak berhasil melakukannya sendiri. Usaha yang dilakukan butuh waktu karena otak mereka sedang mempelajari melakukan hal baru dan menjadi lebih mandiri.
4. “Mama/papa banyak berkorban untuk kamu”
Orang tua tidak perlu mengatakan bagaimana mereka berkorban untuk anak. Ini akan menimbulkan rasa bersalah yang akan mengganggu kesehatan mental anak./ Foto: freepik.com/freepik
Mengingatkan anak bagaimana orang tua susah payah menghidupi dan membesarkan anak akan membuat anak merasa bersalah hingga merasa harus “membayar” hutang budi. Perasaan yang ditimbulkan ini tentu akan memengaruhi kesehatan mental anak, Beauties. Padahal orang tua sudah pasti banyak berkorban untuk sang anak, karena di sisi lain mereka tidak meminta untuk lahir.
5. “Itu bukan masalah besar”
Anak-anak belum bisa membedakan masalah kecil dan besar. Ini karena otak mereka sedang dalam tahap pembentukan./ Foto: freepik.com/pressfoto
Anak-anak belum bisa memilah mana yang masalah besar dan mana yang masalah kecil dan tak harus berlarut-larut dipikirkan. Bagi mereka, semua adalah masalah besar. Dikutip dari YourTango, dokter anak bersertifikat Joseph Cramer, MD, mengatakan, “Bagi anak-anak, hal kecil itu penting karena neuron-neuron muda mereka terhubung lebih cepat. Otak mereka sedang dalam tahap pembentukan. Inilah yang disebut plastisitas saraf.”
6. “Mama/papa nggak peduli”
Orang tua harus menunjukkan kepedulian terhadap anak. Ungkapan tidak peduli akan membuat anak merasa pikiran mereka tidak ada gunanya./ Foto: Pexels.com/Ketut Subianto
Nah, karena otak mereka terus berkembang, mereka perlu mengetahui, belajar dengan bimbingan orang tua. Berkata “Mama/papa tidak peduli”, entah seberapa sepele hal yang anak ungkap, akan membuat anak merasa bahwa pikiran mereka tidak ada gunanya. Padahal, penting bagi anak untuk berani jujur mengungkapkan perasaan dan pemikirannya pada orang tua, serta meminta pendapatnya.
7. “Jangan banyak tanya”
Anak yang punya rasa ingin tahu besar adalah hal positif. Orang tua harus meresponnnya dengan memberikan penjelasan yang baik./ Foto: Freepik.com/tirachardz
Wajar jika anak punya rasa ingin tahu besar dan banyak bertanya, bahkan itu adalah hal yang positif, Beauties. Namun setiap pertanyaan itu harus direspon dengan baik oleh orang tua. Menurut penelitian, anak-anak akan lebih puas ketika menerima jawaban yang bersifat menjelaskan. Jika mereka tidak puas, mereka cenderung mengulangi pertanyaan awal atau memberikan penjelasan alternatif.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!