AS Turunkan Tarif Impor Jadi 19% untuk Indonesia, Ada Syarat yang Timbulkan Pro-Kontra

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Kamis, 17 Jul 2025 11:00 WIB
AS Turunkan Tarif Impor Jadi 19% untuk Indonesia, Ada Syarat yang Timbulkan Pro-Kontra
Foto: Pexels.com/Markus Winkler

Hari Rabu (16/7/2025), Presiden Prabowo Subianto mengumumkan telah mencapai kesepakatan perdagangan dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Melalui unggahan Instagramnya, Prabowo menyampaikan mereka sepakat membawa perdagangan antara kedua negara ke era baru.

"Saya baru saja melakukan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Donald Trump. Kami sepakat untuk membawa hubungan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat ke era baru yang saling menguntungkan bagi kedua negara kita yang besar. Presiden Trump menyampaikan salam hangatnya kepada seluruh rakyat Indonesia," tulisnya pada caption.

Kesepakatan tersebut mencakup penurunan tarif terhadap produk dari Indonesia yang diekspor ke AS, dari 32% menjadi 19%, Beauties. Namun, keputusan tersebut tidak diambil tanpa persyaratan. AS meminta komitmen Indonesia untuk penuhi syarat yang juga menguntungkan negaranya.

Syarat yang Harus Dipenuhi Indonesia agar Tarif Turun 19 Persen

Truth Social Trump

Tangkapan layar Truth Social akun Donald Trump/ Foto: x.com/TxtdariHI

Di hari yang sama, Presiden Trump turut mengungkap dalam akun media sosial Truth Social miliknya terkait kesepakatan dengan Indonesia tersebut, Beauties. Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia telah berkomitmen membeli energi dari AS senilai 15 miliar USD atau sekitar Rp244,074 triliun, produk pertanian AS senilai 4,5 miliar USD atau sekitar Rp73 triliun, dan membeli 50 pesawat Boeing yang didominasi tipe 777. Selain itu, Trump dan Prabowo menyepakati pembebasan tarif semua produk yang diekspor AS ke Indonesia.

Melansir dari CNN Indonesia, kesepakatan dagang RI-AS tersebut mulai berlaku pada 1 Agutustus 2025.

Pro-Kontra Pendapat Ahli

Ilustrasi untuk impor atau ekspor.

Ilustrasi/ Foto: Unsplash.com/Andy Li

Lantas, apakah kesepakatan ini strategis bagi Indonesia? Dalam situs Sekretariat Kabinet RI, keputusan yang diambil telah diperhitungan dengan matang dan telah melalui perundingan, sambil memerhatikan kebutuhan impor Indonesia. Selain penerbangan, ada BBM, gas, gandum, dan kedelai yang bergantung pada impor. “Jadi akhirnya terjadi pertemuan dua kepentingan. Kita juga butuh sebagai contoh, kita masih impor BBM, kita masih impor gas, kita masih perlu impor gandum, kita masih perlu impor kedelai dan sebagainya. jadi akhirnya kita bisa dapat suatu titik pertemuan,” lanjutnya.

Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, yang menyatakan kebijakan tersebut termasuk bagian dari kebijakan geopolitik sehingga tidak bisa dinilai berdasarkan angka semata. Mengutip dari CNN Indonesia, menurut Roy kesepakatan tarif Indonesia-AS sudah adil karena impor energi, pertanian seperti gandum, sampai pesawat adalah mekanisme perdagangan yang cukup umum karena RI tidak bisa memproduksinya sendiri. “Jadi artinya semua yang kita impor selama ini, kita impor tetap dari Amerika dengan tarif yang nol, sehingga akan lebih murah di Indonesianya. Akan menguntungkan perusahaan dan konsumen Indonesia," terangnya.

Pendapat lain dikemukakan Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi yang mengatakan kesepakatan tersebut menempatkan Indonesia dalam posisi timpang. Sebab, ada kemungkinan produk-produk asal AS dari sektor pertanian, otomotif, sampai energi untuk menguasai pasar lokal dan menyulitkan persaingan produk dalam negeri. Contohnya, syarat impor produk pertanian seperti kedelai, jagung, dan daging yang dapat mengurangi pendapatan petani Indonesia.

“Ketika barang impor menjadi lebih murah karena bebas tarif, maka pelaku usaha lokal akan menghadapi tekanan besar, dan ruang bagi industrialisasi nasional pun semakin menyempit,” ujar Syafruddin. Jika pasar dibanjiri barang impor yang lebih murah karena tidak dikenakan tarif, maka ini dapat memicu penurunan produksi, pemutusan hubungan kerja, dan gejala deindustrialisasi dini.

Kalau menurut kamu, bagaimana, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

BE STORIES