Anak Menjauh dari Orang Tua? Hati-Hati, Bisa Jadi Tanda Parental Alienation Syndrome
Pernahkah kamu lihat atau bahkan mengalami sendiri momen di mana seorang anak tiba-tiba menjauh dari salah satu orang tuanya tanpa alasan yang jelas? Hati-hati, karena kondisi ini bisa jadi bukan sekadar “fase remaja” atau “anak lagi sensitif aja,” tapi merupakan tanda dari Parental Alienation Syndrome (PAS). Fenomena ini lagi banyak dibahas di dunia psikologi, terutama karena dampaknya bisa sangat serius bagi kesehatan mental anak hingga dewasa nanti.
Yuk, kita bahas lebih dalam soal apa itu Parental Alienation Syndrome, tanda-tandanya, dan bagaimana cara mengatasinya agar kamu bisa lebih peka dalam mengenali dinamika keluarga yang nggak sehat!
Apa Itu Parental Alienation Syndrome?
Mengenal parental alienation syndrome. Kondisi di mana anak secara emosional dipengaruhi oleh salah satu orang tuanya untuk menolak atau menjauh dari orang tua lainnya/Foto: freepik.com/freepik
Menurut Berkeley Well-Being Institute, Parental Alienation adalah kondisi di mana seorang anak secara emosional dipengaruhi oleh salah satu orang tuanya untuk menolak atau menjauh dari orang tua lainnya, padahal nggak ada alasan objektif seperti kekerasan atau pengabaian Singkatnya, anak seperti “diarahkan” untuk membenci, menolak, bahkan memutus hubungan dengan salah satu orang tua.
Dilansir dari Bernet dan Greenhill (2021), kondisi ini paling sering muncul setelah perceraian atau konflik hak asuh yang intens, di mana satu pihak berusaha membentuk persepsi negatif anak terhadap mantan pasangannya.
Meski istilah “syndrome” masih jadi perdebatan di kalangan ilmuwan karena belum diakui sebagai gangguan klinis resmi, para ahli sepakat bahwa fenomena ini nyata dan bisa menimbulkan luka psikologis mendalam, baik bagi anak maupun orang tua yang dijauhi.
Kenapa Anak Bisa Menjauh dari Orang Tua?
Alasan anak menjauh dari orang tua. Penybabnya bisa jadi karena kombinasi antara konflik keluarga dan perilaku manipulatif dari salah satu pihak./Foto: freepik.com/freepik
Beauties, penyebabnya bukan hanya satu, tapi biasanya karena kombinasi antara konflik keluarga dan perilaku manipulatif dari salah satu pihak.
- Dilansir dari Verywell Mind, parental alienation sering kali muncul setelah perceraian dengan tingkat konflik tinggi, ketika salah satu orang tua mencoba “memenangkan hati” anak dengan cara menjatuhkan citra orang tua lainnya.
- Tindakan seperti menjelek-jelekkan, membatasi komunikasi, atau membuat anak merasa bersalah kalau ingin bersama orang tua lainnya merupakan bentuk nyata dari perilaku alienating.
- Penelitian oleh Magdalena Roszak (2021) menyoroti bahwa alienasi bisa berkembang karena kurangnya komunikasi yang sehat, tekanan emosional, hingga perasaan kehilangan figur orang tua yang stabil. Akibatnya, anak lebih mudah dipengaruhi oleh pihak yang lebih dominan secara emosional.
Tanda-Tanda Anak Mengalami Parental Alienation
Tanda-tanda yang harus diwaspadai. Termasuk menolak kehadiran orang tua hingga penurunan kualitas hubungan/Foto: freepik.com/karlyukav
Beauties, penting nih untuk mengenali sinyal yang bisa jadi alarm merah. Berikut beberapa tanda yang sering muncul:
- Anak menunjukkan penolakan kuat terhadap satu orang tua, misalnya: “Aku nggak mau lihat bapak/ibu itu”, “Dia selalu salah”, padahal sebelumnya kedekatan cukup baik.
- Alasan yang diberikan anak cenderung lemah atau dipaksakan seperti “Dia nggak sayang sama saya” tanpa kejadian spesifik yang jelas. Menurut Berkeley Well-Being Institute, anak mungkin menggunakan kata-kata yang terlalu dewasa atau ‘didikte’ oleh orang tua pengaruhnya.
- Anak hanya melihat orang tua yang ditolak sebagai negatif sepenuhnya, dan tidak mampu menyebut satu pun hal positif darinya.
- Anak tampak bahagia atau biasa saja bersama orang tua yang ditolak jika benar-benar sendirian, namun menolak ketika orang tua lainnya hadir, menandakan bahwa penolakan mungkin dipengaruhi.
- Penurunan kualitas hubungan, misalnya penghentian kunjungan, komunikasi minim, dan penolakan bertemu.
So, jika kamu sebagai orang tua atau kerabat merasa anak tiba-tiba menjauh begitu saja tanpa alasan jelas, ayo mulai awasi!
Dampak Parental Alienation pada Kesehatan Mental Anak
Dampaknya termasuk trauma masa kecil karena orang tua dan cenderung memiliki rejection sensitivity lebih tinggi dan tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah saat dewasa./Foto: freepik.com/freepik
Jangan disepelekan, Beauties! Menurut American Psychological Association (APA), anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh alienasi berisiko tinggi mengalami gangguan kecemasan, stres kronis, hingga trauma relasional yang terbawa sampai dewasa. Sebuah studi yang dimuat dalam Aharon dan Wilchek-Aviad (2025) juga menemukan bahwa individu yang pernah mengalami parental alienation di masa kecil cenderung memiliki rejection sensitivity lebih tinggi dan tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah saat dewasa.
Selain itu, penelitian dari Miralles, Godoy, dan Hidalgo (2023) menyebutkan bahwa dampak jangka panjangnya bisa meliputi kesulitan membangun hubungan sehat, rendahnya kepercayaan diri, hingga risiko depresi. Sementara bagi orang tua yang dijauhi, rasa kehilangan dan ketidakberdayaan sering kali berkembang menjadi depresi berat atau bahkan trauma emosional.
Cara Menghadapi Parental Alienation
Cara menghadapi parental alienation. Mulai dari menjaga komunikasi yang lembut dan konsisten dengan anak hingga menghindari konfrontasi keras/Foto: freepik.com/freepik
Kalau kamu atau orang di sekitarmu menghadapi situasi seperti ini, jangan panik, Beauties. Dilansir dari Verywell Mind, langkah pertama adalah menjaga komunikasi yang lembut dan konsisten dengan anak. Hindari konfrontasi keras karena itu bisa membuat anak semakin menjauh. Fokuslah pada membangun kembali rasa aman dan percaya, bukan membuktikan siapa yang benar atau salah.
Selain itu, penting untuk melibatkan profesional seperti psikolog anak atau terapis keluarga. Menurut Psychology Today, terapi keluarga bisa membantu memulihkan hubungan dan mengidentifikasi dinamika manipulatif yang tidak disadari. Kalau situasinya melibatkan hak asuh, dokumentasikan setiap perubahan perilaku anak sebagai bukti objektif untuk membantu proses hukum.
Yang paling penting, jaga juga kesehatan mental kamu sendiri. Menghadapi alienasi dari anak bisa sangat menyakitkan, jadi jangan ragu untuk mencari dukungan emosional dari sahabat, komunitas, atau profesional, ya!
Yuk, jangan abaikan perubahan sikap anak yang tiba-tiba dan ekstrem. Bangun komunikasi, libatkan profesional untuk menjaga kesejahteraan anak agar tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih, bukan manipulasi.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!