Ambil Sisi Positifnya! Ini 6 Cara Menghadapi Kritik Tanpa Baper

Nindya Putri Hermansyah | Beautynesia
Selasa, 25 Nov 2025 18:00 WIB
Ambil Sisi Positifnya! Ini 6 Cara Menghadapi Kritik Tanpa Baper
Ilustrasi tidak baper terhadap kritik/Freepik: freepik

Beauties, pernah nggak sih kamu tiba-tiba merasa hati ikut tersenggol setiap kali seseorang mengkritik hasil kerja atau perilakumu? Bahkan, ketika kritik itu sebenarnya bermaksud baik, rasanya tetap seperti serangan langsung ke diri kamu.

Reaksi seperti tersinggung, malu, atau defensif itu manusiawi. Namun, kalau dibiarkan, kamu bisa kehilangan kesempatan besar untuk berkembang hanya karena “baper” di momen yang salah. Padahal, kritik bisa menjadi salah satu alat paling ampuh untuk membuat diri kamu jauh lebih matang asal kamu tahu cara mengolahnya.

Ada langkah-langkah praktis yang bisa bikin kamu lebih kuat secara mental tanpa harus mematikan perasaan. Yuk, Beauties, pelajari cara menghadapi kritik tanpa baper berikut ini.

1. Dengarkan dengan Aktif dan Tenang

Ilustrasi mendengarkan kritik dengan baik/Freepik: Drazen Zigic

Ketika kamu menerima kritik, langkah pertama yang sangat penting adalah mendengarkan dengan seksama. Bukan hanya mengerti kata-katanya, tetapi benar-benar membuka telinga hati. Dengan mendengarkan aktif, kamu memberi sinyal bahwa kamu menghargai pendapat orang lain meskipun kritik itu terasa berat.

Teknik “negative inquiry” (bertanya lebih jauh tentang aspek negatif) sangat membantu di sini. Menurut panduan dari Cornell FSAP, kamu bisa berkata, “Apa tepatnya yang paling mengganggu menurutmu dari hal ini?” atau “Boleh ceritakan bagian mana yang kamu maksud tidak bagus?”

Hal ini tidak hanya memperlihatkan bahwa kamu ingin memahami, tetapi juga memberi kesempatan pada pengkritik untuk menjelaskan maksudnya dengan lebih rinci dan konstruktif. Dengan mendengarkan secara aktif dan tenang, kamu juga memberi ruang bagi emosi untuk mereda sejenak sebelum bereaksi.

Alih-alih langsung membela diri, kamu menunjukkan bahwa kamu tidak merasa terancam, yang bisa meredam tensi dan menjadikan percakapan lebih konstruktif. Sikap seperti ini membuka kemungkinan bahwa kritik yang awalnya menyinggung bisa berubah menjadi dialog yang membangun.

2. Anggap Kritik sebagai Masukan, Bukan Serangan!

Ilustrasi dikritik/Freepik: drodotdean

Salah satu kunci agar kritik tidak terasa sebagai serangan pribadi adalah dengan merubah cara pandang. Anggaplah kritik sebagai masukan yang bisa dipelajari, bukan definisi dari siapa kamu.

The Interplay of Mindset di MDPI menunjukkan, orang dengan growth mindset cenderung menerima umpan balik secara lebih positif. Dengan memandang kritik sebagai sebuah alat perbaikan, kamu bisa mengurai pesan yang berguna di balik kata-kata tajam.

Alih-alih merasa diserang, kamu bisa mencari bagian mana dari kritik tersebut yang valid, mana yang bisa diterapkan, lalu merencanakan tindakan konkret untuk berubah dan tumbuh. Ini adalah pendekatan yang jauh lebih produktif dan sehat secara emosional.

3. Klarifikasi Jika Perlu

Ilustrasi klarifikasi/Freepik: freepik

Kadang kritik datang dengan pernyataan yang samar dan dalam kondisi seperti itu, sangat penting untuk meminta klarifikasi. Dengan bertanya lebih dalam setelah mendengarkan aktif, kamu bukan hanya meluruskan maksud pengkritik, tapi juga memberi kesempatan untuk memperbaiki kekeliruan pemahaman.

Misalnya, kamu bisa menggunakan pertanyaan seperti, “Bisakah kamu beri contoh konkretnya?”, atau, “Apa yang membuat bagian itu terasa tidak tepat menurutmu?” Pendekatan ini tercantum dalam strategi komunikasi dalam personal development dari AckySHINE.

Klarifikasi bukan berarti menyanggah langsung. Sebaliknya, itu menunjukkan niat baik untuk mengerti dan berkomunikasi dengan jelas. Terkadang, kritik bisa jadi sangat berguna tapi disampaikan dengan kata-kata yang kurang tepat.

4. Refleksi Diri secara Jujur

Ilustrasi refleksi/Freepik: katemangostar

Setelah kamu menerima kritik dan memahami maksudnya, langkah penting berikutnya adalah berhenti sejenak untuk melihat ke dalam diri kamu sendiri. Refleksi diri artinya kamu mengevaluasi apakah kritik itu benar, apakah ada bagian yang perlu diperbaiki, dan apa saja yang bisa kamu pelajari dari situ.

Ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, seperti bertanya pada diri sendiri, “Apa betul aku melakukan ini?” atau “Bagian mana yang sebenarnya bisa aku tingkatkan?”

Jurnal Advances in Health Sciences Education menyebutkan proses refleksi memang tidak selalu mudah karena manusia cenderung sulit menilai dirinya sendiri secara objektif. Namun justru karena itu, refleksi jadi langkah penting untuk menyadari kekurangan yang mungkin sebelumnya kamu abaikan.

Ketika kamu berani melihat diri kamu secara jujur, kamu bisa menemukan pola kesalahan kecil yang selama ini terulang, lalu memperbaikinya sedikit demi sedikit. Sikap ini membuat kamu lebih matang, lebih sadar diri, dan lebih siap menghadapi kritik di masa depan.

5. Fokus Pada Solusi

Ilustrasi mencari solusi/freepik: freepik

Kritik tanpa tindak lanjut cuma akan menjadi beban mental, bukan bahan perbaikan. Oleh karena itu, setelah kamu mendengarkan, mengklarifikasi, dan merefleksikan, langkah selanjutnya adalah memusatkan perhatian pada solusi.

Daripada terjebak dalam rasa bersalah atau pertahanan diri, yang bisa kamu lakukan adalah mencari tindakan konkret yang bisa kamu ambil. Apa yang bisa diubah? Bagaimana cara memperbaiki aspek itu ke depan?

Effective Ways to Handle Constructive Criticism mengatakan bahwa dengan fokus pada solusi, kamu menggeser energi dari emosi negatif ke tindakan positif dan itu membuat kamu lebih produktif, bertumbuh, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

6. Cari Validasi Internal

Ilustrasi mencari validasi internal/Freepik: khroska

Saat kamu mendapat kritik, hal yang sering bikin hati cepat baper adalah ketika kamu terlalu bergantung pada pendapat orang lain untuk merasa berharga. Karena itu, penting memiliki validasi internal, yaitu kemampuan untuk menilai diri kamu sendiri tanpa harus menunggu pujian atau persetujuan dari luar. Kalau kamu merasa percaya diri karena tahu sudah berusaha maksimal, kamu nggak akan mudah goyah saat ada yang mengkritik.

Psikolog Dr. Jennifer Crocker, dalam penelitiannya tentang contingencies of self-worth, menjelaskan bahwa orang yang harga dirinya sangat bergantung pada penilaian eksternal biasanya lebih rapuh dan mudah terluka oleh kritik.

Sementara saat kamu bisa memperlakukan diri sendiri dengan lebih lembut ketika melakukan kesalahan, kamu jadi lebih tenang dan lebih kuat menghadapi komentar negatif. Dengan kata lain, Beauties, semakin kamu mengenal dirimu sendiri dan menghargai prosesmu, semakin kecil kemungkinan kritik membuat kamu baper.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE