5 Tanda Seseorang Belum Benar-benar Move On Menurut Ilmu Psikologi
Move on bukan sekadar berhenti menangis atau berhenti mengingat mantan. Dalam psikologi, proses move on lebih dalam dari itu karena menyangkut bagaimana seseorang memaknai kehilangan, mengatur emosi, dan membangun identitas baru setelah hubungan berakhir.
Banyak orang mengira dirinya sudah move on hanya karena sudah tidak berkomunikasi lagi, padahal secara emosional masih terikat.
Menurut ilmu psikologi, ternyata ada tanda yang menyiratkan apakah kamu sudah move on atau belum. Adapun tanda-tanda yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Membandingkan Orang Baru dengan Mantan
![]() Membandingkan dengan mantan/ Foto: Freepik.com/jcomp |
Salah satu tanda paling jelas kamu belum move on adalah ketika kamu terus membandingkan setiap orang baru dengan mantanmu. Mungkin kamu merasa “tidak ada yang sebaik dia”, atau “orang baru ini terlalu berbeda dari mantan.”
Menurut psikolog klinis, perbandingan konstan ini menandakan masih adanya keterikatan emosional di masa lalu. Otakmu masih menjadikan mantan sebagai “standar” dalam menilai hubungan baru.
Secara psikologis, membandingkan orang baru dengan mantan bisa disebut sebagai anchoring bias, yaitu kecenderungan untuk menjadikan pengalaman sebelumnya sebagai titik acuan utama.
Jika hal ini terus terjadi, kamu mungkin bukan sedang mencari pasangan baru tapi berusaha menemukan versi lain dari mantanmu.
2. Masih Stalking Media Sosial Mantan
Stalking media sosial mantan/ Foto: Freepik.com/freepik
Tidak sedikit orang yang masih memantau aktivitas mantan di media sosial, baik secara sadar maupun tidak. Kamu mungkin ingin memastikan mantan tidak lebih bahagia darimu, atau mencari tanda bahwa dia masih peduli. Namun, kebiasaan ini justru memperpanjang keterikatan emosional.
Studi dari Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking Journal menunjukkan bahwa semakin sering seseorang mengawasi media sosial mantannya, semakin sulit ia pulih dari perpisahan. Alasannya, setiap informasi baru yang ditemukan misalnya mantan mulai dekat dengan orang lain akan bisa memicu rasa cemburu, sedih, bahkan marah.
Untuk itu, cobalah untuk membatasi interaksi digital dengan mantan. Jika perlu, lakukan social media detox sementara agar pikiranmu punya ruang untuk pulih.
3. Terlalu Membenci Mantan
Terlalu membenci mantan/ Foto: Freepik.com/stockking
Banyak orang mengira rasa benci menandakan mereka sudah lepas dari masa lalu. Padahal, kebencian justru menunjukkan bahwa emosi terhadap mantan masih hidup, hanya berubah bentuk.
Menurut teori psikologi emosional oleh Robert Plutchik, kemarahan dan cinta memiliki energi emosional yang sama kuatnya, namun hanya arah dan konteksnya yang berbeda.
Jadi, ketika kamu masih merasa perlu membenci, menghina, atau menjelek-jelekkan mantan, itu bisa jadi tanda bahwa kamu masih belum benar-benar melepaskan.
Kemarahan yang terus dipelihara menunjukkan kamu belum menerima kenyataan bahwa hubungan tersebut sudah berakhir. Jadi, terimalah bahwa kemarahan tidak akan mengubah masa lalu. Sebagai gantinya, cobalah menulis jurnal perasaanmu atau berbicara dengan konselor agar bisa memproses emosi dengan lebih sehat.
4. Terlalu Sibuk Membuktikan Diri Setelah Putus
Sibuk membuktikan diri/ Foto: Freepik.com/Lifestylememory
Setelah putus, kamu mungkin merasa harus “lebih sukses”, “lebih cantik”, atau “lebih bahagia” dari mantan. Motivasi ini bisa terasa positif di awal, tapi bila tujuan utamanya adalah untuk membuktikan sesuatu pada mantan, maka kamu sebenarnya masih hidup dalam bayangannya.
Psikologi menyebut fenomena ini sebagai external validation, yakni suatu kondisi ketika harga dirimu masih bergantung pada pengakuan dari orang lain, termasuk mantan. Walaupun kamu tampak sudah move on secara sosial, secara batin kamu belum menemukan rasa damai.
Jadi Beauties, bangun kembali kepercayaan dirimu tanpa perlu pembanding. Jadikan kesuksesan sebagai hadiah untuk dirimu sendiri, bukan sebagai alat balas dendam emosional.
5. Belum Bisa Memaafkan, Termasuk Memaafkan Diri Sendiri
Belum bisa memaafkan/ Foto: Freepik.com/benzoix
Tanda terakhir dan mungkin yang paling berat adalah ketidakmampuan memaafkan. Baik memaafkan mantan atas kesalahannya, maupun memaafkan diri sendiri atas hal-hal yang terjadi selama hubungan.
Menurut teori forgiveness therapy dalam psikologi positif, memaafkan bukan berarti melupakan atau membenarkan kesalahan, tetapi melepaskan beban emosional agar seseorang bisa melangkah lebih ringan.
Banyak orang merasa bersalah karena “terlalu mencintai”, “terlalu percaya”, atau “terlalu bodoh”. Perasaan ini jika dibiarkan akan menjadi penghalang terbesar untuk move on. Untuk itu, sadarilah bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan dalam mencintai. Belajar dari pengalaman adalah langkah pertama menuju pemulihan emosional yang sesungguhnya.
Semoga penjelasan ini bisa membantumu untuk cepat sembuh dari patah hati dan bisa segera move on seutuhnya ya, Beauties.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
