5 Keuntungan Jadi Introvert yang Nggak Banyak Orang Tahu
Banyak orang masih terjebak pada mitos tentang introvert dan menganggap bahwa orang yang memiliki kepribadian ini memiliki sikap pemalu, antisosial, atau bahkan lemah. Padahal, pandangan ini tidak sepenuhnya akurat dan sering kali merugikan cara kita memahami berbagai karakter di sekitar kita yang pada dasarnya beragam.
Memang, dunia modern sendiri cenderung lebih “merayakan” sifat ekstrovert yang ekspresif dan mudah bergaul, tetapi introvert justru menyimpan kelebihan yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama.
Jika kamu penasaran dengan kelebihan introvert dan ingin memahami sisi unik yang jarang disadari kebanyakan orang tersebut, mari simak pembahasan di bawah lebih lanjut. Artikel yang dilansir dari Global English Editing ini akan mengungkap 5 keuntungan jadi introvert dan memberikan perspektif baru tentang nilai dan kemampuan mereka.
Jauh Lebih Kreatif
![]() Bukti ilmiah menyoroti sisi positif introvert dalam bidang pengembangan kreativitas/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev |
Sebuah penelitian menarik yang dipublikasikan di jurnal Personality and Individual Differences pada 2017 menemukan bahwa orang-orang yang menikmati kesendiriannya cenderung lebih kreatif. Alasannya, waktu yang tenang memberi kesempatan bagi otak untuk menjelajah, menghubungkan hal-hal yang tak terduga, dan memunculkan ide-ide inovatif.
Contohnya, Steve Wozniak, co-founder Apple, menyatakan bahwa sifat introvert-nya memberinya kemampuan untuk fokus bekerja sendiri dalam jangka waktu yang panjang tanpa gangguan. Kesendirian ini memungkinkannya mendalami pemrograman dan perancangan perangkat keras dengan konsentrasi penuh sehingga ia dapat mengembangkan ide-ide kompleks dan teknis yang pada akhirnya menghasilkan penciptaan komputer Apple pertama.
Memiliki Keterampilan Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik
Kemampuan membuat keputusan yang lebih terarah dan efisien menegaskan kelebihan introvert dalam situasi strategis/Foto: Unsplash/sean Kong
Orang yang pendiam cenderung memanfaatkan lebih banyak waktunya untuk mencerna informasi sebelum membuat keputusan. Harvard Business Review mencatat bahwa pemimpin introvert sering mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan ekstrovert, terutama saat memimpin tim yang proaktif.
Memiliki Hubungan yang Lebih Kuat
Mampu membentuk hubungan yang lebih bermakna adalah salah satu keuntungan jadi introvert/Foto: Unsplash/Maxim Tolchinskiy
Meskipun mungkin tampak kontradiktif, menjadi pribadi yang tenang justru dapat membawa seseorang pada hubungan yang lebih dalam dan bermakna. Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Psychology pada 2018 menemukan bahwa orang yang terlibat dalam percakapan mendalam alih-alih sekadar basa-basi, cenderung lebih bahagia.
Oprah Winfrey adalah contoh nyata dari hal ini. Di balik kepribadian terbukanya yang dikenal publik, ia memiliki kemampuan mendengarkan yang luar biasa dan membangun koneksi yang tulus. Oprah sendiri kerap menyebutkan bahwa kesuksesannya berakar dari kemampuannya untuk benar-benar memahami orang lain.
Memiliki Tingkat Stres yang Lebih Rendah
Memiliki tingkat stres yang lebih rendah merupakan kelebihan introvert/Foto: Unsplash/Good Faces
Introvert umumnya memiliki tingkat stres yang lebih rendah karena kadar kortisol mereka cenderung lebih rendah dibandingkan dengan ekstrovert. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan mereka dalam memilih aktivitas yang menenangkan dan tidak terlalu merangsang.
Salah satu contoh nyata ditunjukkan oleh Bill Gates. Melalui rutinitas “Think Weeks”-nya, ia dengan sengaja meluangkan waktu untuk menyendiri, membaca, dan berpikir. Pendekatan ini menjadi strategi efektif baginya untuk mengendalikan stres sekaligus mengambil keputusan penting dengan lebih jernih.
Memiliki Kecerdasan Emosional yang Baik
Keuntungan jadi introvert sering terlihat dari kemampuan memahami emosi dengan lebih tenang/Foto: Unsplash/Liliya Grek
Memiliki kecerdasan emosional yang baik juga merupakan keunggulan tersendiri dari orang yang introvert. Individu yang cenderung pendiam ini sering kali lebih peka dalam membaca emosi orang lain dan memahami dinamika sosial di sekitarnya.
Salah satu contoh nyata ditunjukkan oleh Satya Nadella, CEO Microsoft, yang dikenal melalui kepemimpinannya yang tenang dan penuh empati. Dengan menempatkan kecerdasan emosional dan empati sebagai dasar kepemimpinan, ia berhasil membawa perubahan besar pada budaya perusahaan tersebut.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
