5 Kebiasaan Orang Dewasa yang Jarang Dipuji Orang Tua saat Kecil Menurut Psikolog
Pengakuan dan pujian di masa kecil memiliki peran penting dalam membentuk kepercayaan diri dan pola pikir seseorang. Jika anak jarang dipuji dengan dorongan kata-kata sederhana seperti “Aku bangga padamu”, beberapa kebiasaan atau cara berpikir tertentu bisa terbentuk saat dewasa.
Artikel yang dilansir dari Parade ini akan membahas kebiasaan orang dewasa yang mungkin merupakan dampak kurang penghargaan tersebut. Baca terus untuk menemukan insight yang bisa mengubah caramu melihat diri sendiri dan orang di sekitarmu.
Rendahnya Rasa Percaya Diri
![]() Anak jarang dipuji cenderung tumbuh dengan keraguan diri yang mendalam/Foto: Freepik |
Seseorang bisa mengalami rendahnya rasa percaya diri ketika tidak pernah mendengar orang tua mereka menyatakan kebanggaan atas diri mereka. Dr. Alice Connors-Kellgren, PhD, psikolog klinis dan Direktur Developmental Trauma Clinic di Tufts Medical Center, menekankan bahwa ungkapan sederhana seperti “Aku bangga padamu” memiliki dampak signifikan dalam membentuk persepsi anak terhadap nilai diri mereka.
Ucapan ini tidak hanya mengakui pencapaian yang telah diraih, tetapi juga menegaskan siapa mereka sebagai individu, memberikan rasa diterima dan dihargai. Tanpa afirmasi semacam ini, anak-anak—dan kelak saat menjadi orang dewasa—sering meragukan kemampuan dan hak mereka untuk merasa berharga, sehingga muncul keraguan mendalam tentang apakah mereka pantas mendapatkan pengakuan, kasih sayang, atau kesuksesan.
Dr. Noëlle Santorelli, PhD, psikolog klinis berlisensi di Atlanta, Georgia, menambahkan bahwa keraguan internal ini seringkali memengaruhi pilihan hidup dan peluang yang diambil seseorang. Individu yang merasa tidak cukup baik atau tidak layak cenderung menahan diri dari kesempatan berharga, baik di bidang akademik, karier, maupun hubungan sosial. Keyakinan bawah sadar ini bisa membatasi potensi mereka secara signifikan, karena mereka secara tidak sadar membentuk batasan terhadap apa yang mereka anggap pantas dicapai.
Memiliki Identitas Diri yang Lemah
Ketika anak jarang dipuji, mereka berisiko memiliki identitas diri yang lemah saat dewasa/Foto: Freepik/katemangostar
Kurangnya afirmasi positif dari pengasuh dapat membuat seorang anak kesulitan memahami siapa dirinya dan apa yang disukainya. Dr. Cynthia Shaw, PsyD, psikolog klinis berlisensi dan pemilik Authentically Living Psychological Services, menjelaskan bahwa salah satu konsekuensi umum dari kurangnya dorongan saat masa kecil adalah berkembangnya rasa identitas yang tidak jelas.
Anak yang tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi minat, mengekspresikan diri, atau mencoba pengalaman baru—atau yang justru dihadapi dengan sikap acuh tak acuh—sering kali menjadi ragu tentang siapa mereka, apa yang mereka sukai, dan apa yang mereka yakini. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidakamanan, rendahnya harga diri, dan perasaan inferior dalam interaksi sosial.
Perfeksionis
Perkembangan emosional anak sangat dipengaruhi oleh frekuensi pujian dan pengakuan saat kecil/Foto: Freepik/stockking
Perfeksionisme sering kali berakar dari pengalaman masa kecil, terutama ketika seorang anak jarang atau hanya sesekali menerima ungkapan “Aku bangga padamu.” Ketidakpastian akan penerimaan dan pengakuan ini dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya sangat kurang sehingga individu terdorong untuk menutupi perasaan tersebut dengan berusaha mencapai kesempurnaan dalam berbagai aspek kehidupannya.
Dr. Shaw menekankan bahwa ketika pujian atau afirmasi hanya diberikan setelah pencapaian tertentu, anak dapat belajar untuk mengaitkan cinta dan perhatian dengan prestasi, bukan dengan keberadaan atau usaha mereka sendiri. Pola pikir ini kemudian bisa berkembang menjadi perfeksionisme, di mana seseorang bekerja secara berlebihan, menetapkan target yang tidak realistis, dan terus-menerus mencari validasi dari orang lain.
Dr. Santorelli menambahkan bahwa kebiasaan menetapkan standar yang sangat tinggi secara tidak realistis menjadi salah satu ciri utama dari individu yang bersifat perfeksionis, dan hal ini sering kali berdampak pada kesehatan mental, hubungan interpersonal, serta keseimbangan hidup secara keseluruhan.
Menyenangkan Orang Lain
Dampak kurang penghargaan pada masa kanak-kanak sering memicu perilaku menyenangkan orang lain di masa dewasa/Foto: Freepik
Banyak orang yang tidak mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang tua mereka di masa kecil cenderung mengembangkan sifat suka menyenangkan orang lain. Dr. Shaw menjelaskan bahwa perilaku ini muncul ketika seseorang secara konsisten terlibat dalam berbagai kegiatan atau menyesuaikan diri dengan harapan orang lain, bahkan jika hal itu merugikan dirinya sendiri, semata-mata untuk mendapatkan validasi eksternal. Individu dengan kecenderungan seperti ini biasanya memiliki identitas diri yang rapuh dan bergantung pada pengakuan orang lain.
Karena dorongan untuk diterima dan terhubung, mereka mengasah kemampuan sosialnya secara luar biasa, menjadi ahli dalam membaca perilaku, emosi, dan kebutuhan orang di sekitarnya. Mereka berusaha tampil sempurna atau maksimal dalam setiap situasi demi mendapatkan pujian atau pengakuan.
Sayangnya, meskipun keterampilan ini membuat mereka terlihat kompeten dan mudah disukai, hal itu bisa menimbulkan stres, kelelahan emosional, dan rasa frustrasi karena kebutuhan diri sendiri sering kali terabaikan.
Terlalu Mandiri
Anak jarang dipuji cenderung mengembangkan sifat terlalu mandiri di masa dewasa/Foto: Freepik
Dr. Santorelli menjelaskan bahwa ketika seseorang tumbuh tanpa menerima afirmasi positif sebagai bentuk dukungan emosional dan perhatian, hal itu bisa menimbulkan persepsi bahwa mereka harus menghadapi segala tantangan sendirian. Mereka belajar bahwa bergantung pada orang lain untuk dukungan emosional mungkin tidak aman atau tidak akan membuahkan hasil, sehingga secara tidak sadar membangun jarak dari orang lain.
Kondisi ini kemudian dapat memunculkan sifat yang terlalu mandiri, di mana seseorang terbiasa menyelesaikan segala sesuatu sendiri. Pola pikir ini muncul karena pengalaman sejak dini menunjukkan bahwa kebutuhan emosional mereka cenderung tidak terpenuhi sehingga mereka merasa lebih aman untuk tidak menunjukkan kerentanan dan pada akhirnya mengandalkan diri sendiri sepenuhnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
