4 Hal yang Harus Orang Tua Terapkan agar Anak Punya Mental Kuat di Masa Depan

Pratitis Nur Kanariyati | Beautynesia
Selasa, 08 Jul 2025 21:00 WIB
4 Hal yang Harus Orang Tua Terapkan agar Anak Punya Mental Kuat di Masa Depan
Hal yang perlu diajarkan pada anak agar memiliki mental kuat/Foto: freepik.com/Lifestylememory

Orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang tangguh dan bermental kuat. Sebab, itu bisa menjadi bekal seorang anak dalam menghadapi hal-hal sulit, menantang, atau ketidakpastian dalam hidup di masa mendatang.

Anak-anak yang tangguh cenderung memiliki kepercayaan diri untuk bangkit dari kegagalan dan memotivasi diri untuk terus mengambil risiko yang diperlukan. Menurut penuturan Dr. Tovah Klein pada CNBC Make It, membantu anak mengembangkan ketahanan dalam menghadapi dunia adalah kunci untuk membesarkan anak menjadi orang dewasa yang bahagia dan sukses.

Ketahanan di sini diartikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi, menyesuaikan diri, bersikap fleksibel, dan menghadapi apa pun yang menghadang dengan keterbukaan. Lantas, tindakan atau hal apakah yang bisa dilakukan orang tua untuk menjadikan anak bermental kuat tanpa drama?

1. Membangun Kepercayaan

Ilustrasi orang tua dan anaknya yang sedang bermain bersama/Foto: Pexels.com/RDNE Stock project

Salah satu aspek penting yang tidak boleh terlewatkan adalah membangun kepercayaan. Kepercayaan yang dibangun antara orang tua dan anak dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rasa percaya diri anak, baik terhadap dirinya sendiri maupun interaksi bersama orang lain.

Biasanya rasa percaya diri muncul bersamaan dengan perasaan aman, dicintai, dan didukung oleh orang terdekat. Tumbuhnya rasa percaya diri dan memiliki pada gilirannya dapat meningkatkan harga diri.

2. Mengarahkan Anak untuk Berfokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil

Ilustrasi orang tua yang sedang mengajarkan anak membuat sesuatu/Foto: Pexels.com/Vlada Karpovich

Anak yang terlalu fokus pada hasil akhir akan membuat dirinya menjadi pribadi yang perfeksionis. Selain itu, bisa memengaruhi rasa takut untuk mencoba, bahkan menghambat kemajuan. Baginya, hasil adalah harga mati dalam hidup yang tidak bisa terbantahkan.

Melansir Psychology Today, orang yang berorientasi pada hasil cenderung tidak ingin kalah. Terburuknya, ia akan melakukan apa pun untuk menang tanpa mempertimbangkan siapa yang dirugikan.

Sementara orang yang berorientasi pada proses, meskipun peduli dengan kesuksesan, ia juga peduli tentang bagaimana kesuksesan itu terjadi. Ia peduli dengan kinerjanya dalam mengejar kesuksesan, sambil bertanya pada diri sendiri:

  • Apakah aku tampil lebih baik dari sebelumnya/apa aku mengalami perkembangan di area yang aku fokuskan?
  • Aku menang, tetapi apakah aku bergerak sesuai aturan dan menunjukkan sportivitas yang baik?
  • Jika aku terus meningkatkan diri seperti sekarang, apakah aku akan menjadi juara?

Scott Mautz, penulis “The Mentally Strong Leader” mengatakan pada CNBC Make It bahwa terlalu bersemangat tentang hasil dapat menggerogoti kekuatan mental. Sebab, banyak faktor selain usaha yang dapat memengaruhi hasil. Terkadang, gagal bisa terjadi di luar kendali diri sendiri.

Sebaiknya, orang tua membantu anak untuk lebih menghargai proses dengan menanyakan tentang “Apakah kamu senang mencoba hal ini, nak? Apa yang bisa dipelajari dari pengalaman ini?” Kalimat semacam itu akan memberikan penilaian baru pada anak. Mencoba sesuatu yang baru tetap berharga meskipun hasilnya belum sempurna.

3. Membantu Anak dalam Memahami dan Merespon Emosi

Ilustrasi ibu dan anak yang berpelukan setelah saling curhat/Foto: Freepik.com/freepik

Anak yang lebih baik dalam mengendalikan emosi cenderung lebih tangguh saat menghadapi kesulitan dibandingkan mereka yang mudah menyerah. Namun, untuk sampai di titik tersebut tidak mudah.

Orang tua harus membuat anak merasa terbuka tentang perasaannya, terutama di saat-saat terdesak. Selain itu, orang tua harus memperhatikan dan memvalidasi emosi anak, bukan menghakimi. Menanyakan bagaimana perasaan anak saat dalam situasi tersebut.

Ajarkan pada anak untuk mengidentifikasi dan menerima semua emosi yang ada. Menurut beberapa penelitian dari 2018 yang dilansir Healthline, menerima emosi dapat menghasilkan kepuasan hidup yang lebih besar dan lebih sedikit mengalami gejala kesehatan mental.

4. Mengajak Anak untuk Memikirkan Skenario Terburuk dan Terbaik dalam Setiap Langkah yang Diambil

Ilustrasi ibu dan anak yang sedang mengobrol/Foto: Freepik.com/freepik

Manusia pada dasarnya menginginkan skenario terbaik dalam hidup. Namun, ada kalanya juga perlu membayangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi.

Membayangkan skenario terburuk dari situasi yang dihadapi akan memberikan pengaruh baik terhadap kesehatan mental. Anak akan sadar bahwa sebagian besar masalah dapat diatasi. Ia mampu mengatasi apa pun, bahkan dalam skenario terburuk sekalipun. Hasil terburuk yang dibayangkan ternyata tidak seburuk yang diperkirakan.

Sementara itu, membayangkan skenario terbaik juga penting. Sebab, itu bisa sebagai benih harapan, yang mana segala sesuatu mungkin saja terjadi.

Itulah hal yang bisa dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya demi membentuk karakter anak yang dapat tetap berjuang di tengah ketidakpastian dalam hidup.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI

(ria/ria)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

BE STORIES