
3 Sinyal yang Sering Diabaikan Saat Hubungan Hampir Kandas

Dalam banyak hubungan, perpisahan seringkali terasa seperti terjadi tiba-tiba. Namun, menurut studi terbaru tahun 2025 yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology, kenyataannya tidak begitu.
Studi ini menganalisis data lebih dari 10.000 peserta dari empat penelitian longitudinal di beberapa negara. Hasilnya menunjukkan bahwa kepuasan dalam hubungan tidak langsung anjlok begitu saja, melainkan mengalami fase penurunan bertahap yang disebut sebagai "terminal decline".
Fase ini dimulai bertahun-tahun sebelum perpisahan benar-benar terjadi. Awalnya, terjadi penurunan perlahan (preterminal dip), lalu diikuti dengan penurunan tajam beberapa bulan sebelum akhirnya berpisah. Menariknya, penurunan ini jauh lebih terasa dibandingkan dengan penurunan kepuasan hidup secara umum, dan paling menyakitkan dirasakan oleh pihak yang tidak menginisiasi perpisahan.
Nah, kalau kamu lagi merasa ragu apakah kamu masih memilih hubunganmu atau hanya bertahan karena kebiasaan, ini dia tiga tanda kamu mungkin sudah masuk fase pra-putus, menurut para peneliti!
1. Merasa Lega Saat Membayangkan Hidup Tanpa Pasangan
Membayangkan Hidup Tanpa Pasangan/ Foto: freepik.com/prostooleh
Sebelum putus, banyak orang mulai membayangkan tentang kebebasan. Bukan karena ingin menyakiti pasangan, tapi karena ingin kembali jadi diri sendiri. Menurut studi tahun 2024 yang dimuat dalam Behavioral Sciences, kelelahan emosional dalam hubungan sering kali muncul dari kurangnya self-compassion (belas kasih pada diri sendiri) dan rendahnya keyakinan terhadap hubungan itu sendiri.
Studi ini meneliti 401 pasangan menikah dan menemukan bahwa rendahnya kebahagiaan merupakan indikator terkuat dari burnout dalam hubungan, bahkan lebih berpengaruh dibandingkan durasi pernikahan, jumlah anak, atau kondisi finansial. Artinya, kelelahan itu tidak selalu terlihat dari pertengkaran, tapi dari hilangnya energi emosional untuk memperjuangkan hubungan.
2. Selalu Lelah, Tapi Tidak Tahu Penyebabnya
Selalu Lelah/ Foto: freepik.com
Ketika kamu terus menerus berusaha menjaga hubungan, menahan omongan demi damai, dan pura-pura baik-baik saja, tubuhmu mulai merasa lelah jauh sebelum pikiranmu menyadarinya. Studi tahun 2023 dalam Family Relations menunjukkan bahwa pada pasangan yang sama-sama bekerja, kelelahan emosional sering kali berasal dari ketimpangan beban emosional dalam hubungan.
Kelelahan ini juga terbukti punya dampak fisik. Studi tahun 2018 dalam jurnal Psychoneuroendocrinology melacak kadar stres dan kelelahan pasangan selama lima hari, dan menemukan bahwa interaksi negatif yang meskipun tidak sampai berujung konflik, menyebabkan kelelahan signifikan pada kedua pihak. Tubuh kita ternyata bisa “mencatat” emosi yang tidak tersalurkan.
3. Terus Bertanya: “Haruskah Aku Pergi?”
Terus Bertanya/ Foto: freepik.com
Di fase pra-putus, kamu mulai sering mempertanyakan kenapa dulu memilih bertahan. Terkadang, nggak ada alasan besar untuk putus, tapi juga tidak ada alasan kuat untuk tetap bertahan. Kekosongan inilah yang mulai mengganggu.
Studi tahun 2024 dari jurnal Emotion mengungkap bahwa orang yang merasa ambivalen terhadap pasangannya cenderung mengalami “mental whiplash” yaitu berpindah dari ingin dekat, lalu menjauh, lalu kembali ragu. Ambivalensi ini ternyata bisa mempengaruhi perilaku sehari-hari, mulai dari menarik diri secara emosional hingga overthinking.
Kalau kamu mulai merasa lelah, hampa, dan bertanya-tanya apakah hubungan ini masih layak dipertahankan, mungkin sudah waktunya mendengarkan apa kata tubuh dan hatimu. Karena kadang, yang paling jujur adalah hal-hal yang tidak kamu ucapkan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!