3 Kebiasaan yang Muncul Usai Alami Ujian Hidup yang Sangat Berat
Meta desc: Menghadapi situasi ekstrem bisa mengubah pola pikir, emosi, dan tindakan seseorang secara drastis. Kebiasaan yang terbentuk dari kesulitan sering berfungsi sebagai mekanisme bertahan hidup. Tulisan ini menyoroti bagaimana pengalaman berat membentuk coping mechanism yang membangun ketahanan diri.
Pengalaman hidup ekstrem sering kali meninggalkan jejak yang lebih dalam daripada yang kamu sadari. Situasi seperti ini bisa mengubah caramu berpikir, merasakan, dan bertindak sehingga membentuk dirimu menjadi versi yang berbeda dari sebelumnya.
Artikel yang dilansir dari Fodmap Everyday ini akan mengulas kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari kesulitan, pengalaman traumatis, atau tantangan hidup yang berat. Menariknya, kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak selalu negatif, banyak di antaranya berfungsi sebagai coping mechanism atau adaptasi yang membantu seseorang bertahan, menemukan kekuatan baru, dan bahkan berkembang meskipun baru saja menghadapi ujian hidup yang paling berat sekalipun.
Memindai Setiap Ruangan
![]() Pengalaman hidup ekstrem membuat seseorang kerap memindai ruangan yang baru dimasukinya/Foto: Freepik/DC Studio |
Saat orang yang pernah merasakan pengalaman hidup ekstrem melangkah ke sebuah ruangan, seketika mata mereka akan menangkap detail-detail penting. Mereka akan mencari pintu keluar mana yang tersedia, siapa yang tengah memperhatikan mereka, dan bagaimana nuansa keseluruhan ruangan itu terasa.
Ini bukanlah paranoia, melainkan hasil dari kemampuan mengenali pola yang telah diasah melalui bertahun-tahun pengalaman. Dengan insting yang tajam dan perhatian yang terlatih, mereka mampu membaca situasi sekitar dengan cepat dan akurat.
Merenungkan Setiap Hal
Orang yang pernah mengalami pengalaman hidup ekstrem cenderung merenungkan setiap hal/Foto: Freepik
Orang yang pernah merasakan pengalaman hidup ekstrem cenderung selalu merenungkan setiap hal, bahkan yang paling kecil sekalipun. Mereka akan bertanya-tanya tentang maksud pesan seseorang atau apakah mereka berbicara terlalu banyak dan seharusnya tetap diam.
Pikiran mereka jarang merasa tenang karena pengalaman masa lalu mengajarkan bahwa hal-hal kecil bisa berujung pada masalah besar. Untuk mencegah hal itu, mereka berusaha menebak apa yang akan terjadi sebelumnya. Sayangnya, usaha ini justru membuat mereka terus-menerus terlalu banyak memikirkan masalah-masalah sepele.
Membutuhkan Lebih Banyak Tidur, Tetapi Justru Mendapatkan Lebih Sedikit
Pengalaman hidup ekstrem bisa mengganggu ritme alami tidur/Foto: Freepik/tirachardz
Tidur yang cukup sering kali terasa seperti kemewahan bagi mereka yang hidup dengan beban trauma. Sleep Foundation mencatat bahwa sembilan dari sepuluh orang dengan PTSD mengalami insomnia atau tidur yang tidak nyenyak.
Namun, masalah ini tidak hanya dialami oleh mereka yang memiliki diagnosis resmi, karena stres sehari-hari saja juga bisa merusak keseimbangan alami tubuh. Alih-alih beristirahat, mereka justru terbaring gelisah, memikirkan kesalahan yang terjadi hari ini atau kekhawatiran akan apa yang bisa salah di keesokan harinya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
