3 Cara Sederhana tapi Ampuh Buat Bikin Hubungan Lebih Mesra
Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Rabu, 02 Jul 2025 22:30 WIB

3 Cara Sederhana tapi Ampuh Buat Bikin Hubungan Lebih Mesra/Foto: Freepik/pressfoto
Keintiman dan keromantisan adalah fondasi utama dalam sebuah hubungan. Kedua hal tersebut adalah rahasia hubungan harmonis yang membantu pasangan merasa lebih terhubung dan mampu memperkuat ikatan mereka.
Namun, meningkatkan kemesraan pasangan dan menjaga keharmonisan hubungan memerlukan usaha dan komitmen dari kedua belah pihak. Dalam artikel yang dilansir dari Psychology Today ini, kita akan membahas 3 cara membuat hubungan lebih mesra yang sederhana tapi ampuh untuk dicoba!
Menyeimbangkan Waktu Bersama dengan Me Time
Meskipun sering menghabiskan waktu bersama pasangan adalah hal yang baik, pasangan juga perlu memberikan ruang bagi masing-masing individu untuk berkembang secara pribadi. Pertumbuhan pribadi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti bersosialisasi dengan teman-teman sendiri, menjalani hobi, atau mengikuti kegiatan yang memiliki makna personal. Namun, hal ini harus diimbangi dengan waktu berkualitas bersama pasangan, misalnya melalui kencan atau liburan bersama.
Jika masing-masing pihak terlalu fokus pada pengembangan diri tanpa kembali menguatkan hubungan, ini bisa membuat pasangan saling menjauh. Sebaliknya, terlalu banyak menghabiskan waktu bersama tanpa pertumbuhan pribadi dapat menimbulkan rasa jenuh, merasa terkekang, dan hilangnya daya tarik.
Pertumbuhan pribadi dalam sebuah hubungan sendiri tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga menjaga hubungan tetap dinamis dan menarik. Saling memberikan kesempatan untuk berkembang adalah salah satu kiat menjaga keintiman dalam hubungan karena menciptakan koneksi yang selalu segar, dengan rasa ingin tahu dan kekaguman yang terus tumbuh.
Berhenti Mencoba Mendedikasikan 100% Dirimu untuk Pasangan
Ilustrasi/Foto: Freepik
Seperti yang Eli Finkel jelaskan dalam bukunya, The All-or-Nothing Marriage, pandangan orang tentang pasangan “sempurna” saat ini sering menggambarkan seseorang yang dengan mudah memenuhi kebutuhan seksual, relasional, emosional, dan sosial kita.
Orang-orang tidak lagi hanya mengharapkan seseorang yang dapat membantu menyediakan makanan atau menghasilkan anak-anak yang dapat bekerja di pertanian kita seperti tujuan pernikahan pada tahun 1700-an. Sebaliknya, kita berharap menemukan “belahan jiwa”—seseorang yang dapat menjadi sahabat terbaik, pendukung terbesar, cerdas, hingga sukses secara finansial.
Namun, mengharapkan seseorang yang dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut sepanjang waktu bukan hanya tidak realistis, tetapi juga merupakan sebuah fantasi yang kekanak-kanakan. Hubungan yang sehat tidak memerlukan satu orang yang memenuhi setiap kebutuhanmu, melainkan seseorang yang memenuhi sebagian besar kebutuhanmu di sebagian besar momen dalam hidupmu.
Inilah alasan pentingnya membina hubungan di luar dengan pasangan, baik itu dengan teman atau keluarga. Ketika kita berhenti mengharapkan satu orang menjadi segalanya bagi kita, kita sedang menerapkan cara menjaga hubungan tetap romantis, memberi ruang bagi hubungan kita untuk berkembang, bernapas, dan membuat diri kita lebih bahagia.
Mencari Keseimbangan, Bukan Kesempurnaan
Ilustrasi/Foto: Freepik/jcomp
Meskipun telah terjadi kemajuan dalam kesetaraan gender, pada tahun 2025, perempuan masih cenderung menanggung beban lebih besar dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak dibandingkan para pria, sambil juga menjalani karier yang penuh tuntutan. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan kelelahan, kewalahan, dan frustasi akibat dinamika yang tidak adil dalam hubungan.
Untuk mengatasi masalah ini, pasangan harus mengevaluasi bagaimana ekspektasi budaya heteronormatif memengaruhi hubungan mereka dan berusaha keras untuk menentangnya. Lakukanlah pendekatan kolaboratif, di mana pasangan bekerja sebagai tim dan secara proaktif mendiskusikan ketidakseimbangan sebelum berkembang menjadi kebencian yang mendalam.
Selain itu, memang dalam hubungan jangka panjang, ada kalanya satu pasangan harus menangani tanggung jawab lebih besar karena pekerjaan, penyakit, atau alasan lain. Namun, kuncinya adalah memiliki kepercayaan dan komitmen untuk menyesuaikan keseimbangan tanggung jawab di masa mendatang.
Itu bukan tentang menghitung atau membuat perjanjian kaku, tetapi tentang menghindari asumsi bahwa satu orang akan selalu menangani semuanya dan, sebaliknya, membagi tanggung jawab secara adil. Dengan memeriksa dan menyesuaikan latar belakang dinamika hubungan yang sedang dijalani, pasangan dapat mempertahankan gairah, keintiman, dan koneksi dalam hubungan jangka panjang.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)