11 Sinyal Seseorang Sedang Menyembunyikan Luka Batin

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Jumat, 31 Oct 2025 22:30 WIB
11 Sinyal Seseorang Sedang Menyembunyikan Luka Batin
Tanda Seseorang Sedang Menyembunyikan Luka Batin/Foto: Freepik

Banyak orang memilih menyembunyikan rasa sakit emosionalnya karena takut dihakimi, malu terlihat rapuh, atau terjebak dalam stigma sosial yang menganggap luka batin sebagai kelemahan.

Padahal, memahami tanda-tanda luka batin tersembunyi ini sangat penting, bukan hanya untuk menyadari kondisi diri sendiri, melainkan juga agar kamu bisa lebih peka dan hadir bagi orang lain yang mungkin diam-diam sedang berjuang.

Dilansir dari Fodmap Everyday, berikut 11 sinyal adanya luka batin tersembunyi yang sering tak disadari, tetapi bisa menjadi petunjuk berharga untuk mengenali kondisi batinmu. Yuk, simak lebih dalam dan temukan wawasan praktis yang mungkin bisa mengubah cara pandangmu tentang kesehatan emosional.

Sulit Menerima Pujian

Tanda orang menyimpan luka batin sering terlihat saat mereka kesulitan menerima pujian. Mereka ragu dan merasa tidak layak ketika orang lain mengapresiasi. Hal ini membuat pujian yang seharusnya menyenangkan terasa membingungkan dan tidak pantas.
Tanda orang menyimpan luka batin sering terlihat saat mereka kesulitan menerima pujian/Foto: Freepik

Tanda orang menyimpan luka batin yang pertama adalah mereka tampak kesulitan menerima pujian. Alih-alih bentuk sikap rendah hati, kesulitan menerima pujian ini adalah karena mereka merasa ragu atau tidak percaya ketika seseorang mengatakan hal baik tentang mereka.

Dalam hati, mereka sering menyimpan keyakinan bahwa dirinya tidak cukup layak atau tidak sebaik yang orang lain lihat. Oleh karena itu, pujian yang seharusnya menyenangkan tersebut justru terasa membingungkan, bahkan kadang dianggap tidak pantas untuk mereka terima.

Sering Bercanda tentang Rasa Sakitnya

Sering bercanda tentang rasa sakit membuat luka batin tersembunyi dan sulit dikenali/Foto: Freepik

Humor sering berfungsi sebagai tameng. Seseorang bisa saja selalu menjadikan pengalaman pribadinya sebagai bahan candaan, tetapi hal ini bukan karena mereka baik-baik saja, melainkan karena itu lebih mudah daripada harus menjelaskan lukanya.

Jadi, bila kamu sering mendengar seseorang mengubah setiap cerita pribadinya menjadi bahan lelucon, dengarkan dengan lebih teliti. Lelucon itu bisa jadi merupakan bahasa halus mereka untuk bilang, “Ini menyakitiku,” tanpa harus membuat suasana berubah canggung.

Terus-menerus Meminta Maaf

Ilustrasi meminta maaf

Kebiasaan terus-menerus meminta maaf bisa menjadi tanda orang menyimpan luka batin dari masa lalu/Foto: Freepik/Freepik

Kebiasaan seseorang untuk terus-menerus meminta maaf sering kali berakar dari pengalaman pahit di masa lalu. Ucapan “maaf” yang diulang-ulang ini bukanlah sekadar bagian dari sikap sopan santun yang sengaja mereka tunjukkan, melainkan refleksi dari luka batin yang pernah mereka alami.

Ada kemungkinan dulu mereka sering dipersalahkan atas hal-hal yang bukan tanggung jawab mereka atau bahkan diperlakukan seakan-akan keberadaan mereka hanyalah beban bagi orang lain. Akibat pengalaman tersebut, mereka tumbuh dengan rasa waspada berlebihan dan mencoba melindungi diri dengan cara meminta maaf terlebih dahulu, bahkan sebelum ada kesalahan nyata yang terjadi.

Menghindari Kontak Mata

Menghindari kontak mata bisa jadi tanda orang menyimpan luka batin/Foto: Freepik

Menghindari kontak mata tidak selalu hanya sebagai tanda bahwa seseorang memiliki sifat pemalu. Bagi sebagian orang, sikap ini berakar dari ketakutan yang lebih dalam, yaitu takut benar-benar “terlihat” atau dipahami oleh orang lain.

Bagi mereka, tatapan mata bisa terasa seperti pintu yang membuka sisi paling rentan dalam diri mereka. Hal inilah yang membuat mereka merasa lebih aman dengan mengalihkan pandangan dan menjaga semua sisi itu tetap pribadi.

Sulit Tidur

Sulit tidur sering menjadi tanda orang menyimpan luka batin/Foto: Freepik/jcomp

Tidur sering kali menjadi tantangan besar bagi mereka yang pernah mengalami trauma. Sleep Foundation mencatat bahwa lebih dari 90 persen penderita PTSD mengaku mengalami kesulitan tidur yang signifikan.

Namun, masalah ini tidak hanya dialami oleh mereka yang sudah mendapat diagnosis resmi. Siapa pun yang menyimpan luka batin atau beban emosional berat kerap bergulat dengan mimpi buruk, tidur yang tidak nyenyak, atau malam-malam penuh kegelisahan.

Selalu “Baik-Baik Saja”

Banyak orang sering menjawab “Aku baik-baik saja” tanpa berpikir panjang. Jawaban ini ternyata bisa menjadi tanda orang menyimpan luka batin yang tak terlihat. Mereka memilih melindungi diri daripada mengungkapkan perasaan sebenarnya.

Orang yang selalu menjawab bahwa dirinya baik-baik saja tanpa pikir panjang bisa jadi memiliki luka batin tersembunyi/Foto: Freepik/krakenimages.com

Jika kamu jeli, kamu tentu sering menemukan beberapa orang yang selalu menjawab “Aku baik-baik saja” saat ditanya kabarnya. Bahkan sebelum pertanyaan selesai, jawaban itu mungkin sudah terlontar secara otomatis dari bibir mereka.

Kebiasaan menjawab cepat dengan kalimat template seperti ini sebenarnya berfungsi sebagai pelindung. Dengan menjawab seperti ini, mereka tidak perlu membuka diri atau menjelaskan apa yang sebenarnya sedang mereka rasakan.

Mempertahankan Lingkaran Sosial yang Sangat Kecil

Orang-orang dengan luka batin tersembunyi cenderung menjaga lingkaran sosialnya tetap kecil. Mereka memilih hanya beberapa orang yang benar-benar bisa dipercaya untuk berbagi perasaan. Sisanya dijaga pada jarak aman demi melindungi diri dari sakit hati.

Orang dengan luka batin tersembunyi cenderung mempertahankan lingkaran sosial yang sangat kecil/Foto: Freepik

Orang-orang yang pernah terluka cenderung tidak mudah membiarkan orang lain masuk ke dalam kehidupan mereka. Ketika batinnya pernah dikecewakan atau harapannya pernah dihancurkan, mereka menjadi lebih berhati-hati dalam memilih siapa yang bisa mereka percayai.

Biasanya, mereka hanya memilih dua atau tiga orang yang benar-benar mereka rasa aman untuk diajak berbagi cerita atau perasaan. Sementara itu, mereka akan memastikan orang lainnya berada pada jarak yang aman, seolah-olah ada batas tak terlihat yang mereka pertahankan untuk melindungi diri dari kemungkinan sakit hati lagi.

Terlihat Sangat Mandiri

Terlihat sangat mandiri sering menjadi tanda orang menyimpan luka batin. Seseorang yang selalu mengandalkan diri sendiri biasanya belajar dari pengalaman pahit di masa lalu. Ini bukan soal keinginan terlihat kuat, melainkan mekanisme untuk bertahan hidup.

Terlihat sangat mandiri sering menjadi tanda orang menyimpan luka batin/Foto: Freepik

Terlihat sangat mandiri memang bisa memberi kesan mengagumkan, tetapi sering kali hal ini juga merupakan sebuah mekanisme pertahanan diri. Orang yang super mandiri biasanya telah belajar untuk mengandalkan diri sendiri karena pengalaman mereka menunjukkan bahwa bergantung pada orang lain sering kali tidak membuahkan hasil.

Ini bukan soal arogansi atau keinginan terlihat kuat, melainkan tentang bertahan hidup. Ketika seseorang merasa bahwa dukungan dari orang lain tidak dapat diandalkan atau bahkan mengecewakan mereka secara alami mengembangkan kemampuan untuk mengurus segala sesuatunya sendiri.

Menjaga Jarak dari Suara atau Sentuhan Mendadak

Ketika seseorang terlonjak karena suara keras atau sentuhan tiba-tiba, itu sebenarnya refleksi pengalaman masa lalu. Tubuh memegang kenangan yang mungkin otak coba lupakan. Respons ini merupakan salah satu tanda luka batin yang tak terlihat.

Menjaga jarak dari suara atau sentuhan mendadak merupakan salah satu tanda luka batin yak terlihat/Foto: Freepik/editpro

Meskipun terlihat sederhana, reaksi semacam ini sebenarnya mengungkap banyak hal tentang pengalaman seseorang. Para penyintas trauma memiliki tubuh yang terus menyimpan ingatan, bahkan ketika otak mencoba melupakannya.

Jadi, ketika seseorang terlonjak saat pintu menutup dengan keras atau tangan seseorang secara tidak sengaja menyentuh mereka, itu bukanlah dramatisasi. Reaksi semacam itu hanyalah respons instingtif tubuh terhadap kenangan buruk yang tersisa.

Meremehkan Pengalaman Sendiri

Meremehkan pengalaman sendiri bisa jadi cara seseorang menyembunyikan rasa sakit yang mendalam. Mereka belajar menekan emosi karena perasaan mereka sebelumnya tidak dianggap penting. Kebiasaan ini termasuk salah satu tanda luka batin tersembunyi yang sulit dikenali.

Meremehkan pengalaman sendiri adalah salah satu tanda luka batin tersembunyi yang sulit dikenali/Foto: Freepik

Sering kali, seseorang yang mengalami kesulitan emosional atau trauma akan menutup diri dengan mengatakan hal-hal seperti, “Ah, tidak separah itu kok” atau “Masih ada orang yang lebih menderita”. Ungkapan-ungkapan ini terlihat seperti kerendahan hati, tetapi sebenarnya ini adalah cara mereka menyembunyikan rasa sakit yang mendalam.

Kebiasaan ini biasanya terbentuk karena mereka pernah mengalami situasi di mana perasaan mereka diabaikan atau dianggap tidak penting oleh orang lain. Akibatnya, mereka belajar untuk menekan dan meremehkan pengalaman mereka sendiri, bahkan ketika apa yang mereka rasakan valid dan nyata.

Menghindari Konflik

Luka batin tersembunyi bisa membuat seseorang menghindari konflik/Foto: Freepik

Orang-orang yang pernah mengalami trauma di masa kecil cenderung memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap konflik. Mereka bahkan merasa bahwa perbedaan pendapat, sekecil apa pun, bisa menjadi ancaman bagi kestabilan hubungan atau lingkungan sekitar.

Menurut penelitian dari American Psychological Association, pengalaman traumatis ini membuat mereka lebih memilih menghindari konfrontasi alih-alih mempertahankan pendapat mereka. Akibatnya, banyak dari mereka rela menahan perasaan mereka sendiri demi menjaga perdamaian meskipun hal ini bisa membuat kebutuhan atau keinginan mereka tidak terpenuhi.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.