10 Tradisi Unik Iduladha di Berbagai Daerah di Indonesia, Ada Manten Sapi hingga Mepe Kasur

Natasha Riyandani | Beautynesia
Jumat, 06 Jun 2025 10:30 WIB
10 Tradisi Unik Iduladha di Berbagai Daerah di Indonesia, Ada Manten Sapi hingga Mepe Kasur
Daftar tradisi unik Iduladha di berbagai daerah di Indonesia/Foto: Muhajir Arifin/detikcom

Hari Raya Iduladha memang identik dengan menyembelih hewan kurban seperti sapi, kambing, hingga domba. Lebih dari itu, perayaan Iduladha di Indonesia juga dipenuhi dengan berbagai tradisi unik. Tradisi ini sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan suku dan budaya masyarakat yang beragam.

Keanekaragaman budaya di Indonesia berpengaruh besar pada tradisi Iduladha di setiap daerah. Tak heran, beragam tradisi turun temurun tersebut memiliki makna dan keunikannya sendiri.

Lantas, apa saja tradisi unik Iduladha dari berbagai daerah di Indonesia? Melansir dari detikHikmah, berikut tradisi unik masyarakat Indonesia dalam menyambut Iduladha. Simak!

1. Gamelan Sekaten di Cirebon

Gamelan Sekaten/ Foto: detikJabar/Fahmi Labibinajib

Di Cirebon, terdapat sebuah tradisi unik dalam merayakan Iduladha, yang dikenal sebagai Gamelan Sekaten. Tradisi ini dipercaya merupakan dakwah dari Sunan Gunung Jati, penyebar agama Islam di daerah tersebut. Tradisi ini diselenggarakan setiap perayaan hari besar agama Islam seperti Idulfitri dan Iduladha.

Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Muslim di Cirebon tengah merayakan hari kemenangan. Rangkaian Gamelan akan dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

2. Apitan di Semarang

Apitan/ Foto: detikJateng/Dian Utoro Aji

Di Semarang, juga terdapat tradisi Apitan yang dirayakan setiap Iduladha. Tradisi Apitan merupakan bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Yang Maha Esa. Tradisi ini biasanya diisi dengan pembacaan do’a, lalu dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani dan ternak, yang nantinya akan diambil secara berebutan oleh masyarakat setempat.

Tradisi Apitan di Semarang dipercaya berasal dari kebiasaan para Wali Songo sebagai bentuk syukur saat Iduladha tiba. Selain arak-arakan gunungan hasil tani dan ternak, tradisi ini juga kerap menampilkan hiburan khas kearifan lokal.

3. Grebeg Gunungan di Yogyakarta

Keraton Kasunanan Surakarta menggelar acara Grebeg Sawal, hari ini Selasa (27/6/2017). Sepasang gunungan digotong keluar dari dalam keraton untuk diperebutkan

Ilustrasi Grebeg Gunungan/Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom

Sekilas mirip dengan tradisi Apitan di Semarang, tradisi Grebeg Gunungan merupakan tradisi perayaan Iduladha yang dirayakan oleh masyarakat Yogyakarta. Pada acara ini, masyarakat Muslim di Yogyakarta akan mengarak hasil bumi dari halaman Keraton ke Masjid Gede Kauman. Arak-arakan ini terdiri dari 3 gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah-buahan.

Tradisi Grebeg Gunungan di Yogyakarta, tak hanya diselenggarakan saat Iduladha saja. Melainkan juga setiap hari besar agama Islam, seperti Grebeg Syawal saat Idulfitri. Masyarakat setempat meyakini bahwa apabila mendapatkan hasil bumi dari gunungan tersebut, maka dapat mendatangkan rezeki.

4. Manten Sapi di Pasuruan

Ritual manten sapi di Pasuruan sebelum Idul Adha.

Manten sapi/Foto: Muhajir Arifin/detikcom

Masyarakat Pasuruan, Jawa Timur, juga memiliki tradisi unik dalam merayakan Iduladha yang dikenal dengan Manten Sapi. Tradisi Manten Sapi merupakan bentuk ungkapan syukur dan penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.

Uniknya, sapi yang hendak dikurbankan akan didandani secantik mungkin bak pengantin. Hewan tersebut juga akan dikalungkan bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah. Dalam tradisi ini, kain kafan menjadi tanda kesucian orang yang berkurban.

Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban. Hal yang membuat semakin berkesan adalah daging sapi kurban biasanya akan diolah menjadi berbagai hidangan lezat dan disantap bersama-sama warga.

5. Mepe Kasur di Banyuwangi

Tradisi mepe kasur digelar setiap pekan pertama awal Dzulhijjah

Mepe Kasur/Foto: Eka Rimawati

Tak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau, Banyuwangi juga memiliki tradisi khas yang dilakukan saat Iduladha bernama Mepe Kasur atau Jemur Kasur. Tradisi unik ini dilakukan oleh masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi.

Acara dimulai dengan Tari Gandrung, kemudian diikuti dengan penjemuran kasur. Pada hari tersebut, semua warga akan menjemur kasur mereka di depan rumah dari pagi hingga sore.

Salah satu keunikan dari tradisi ini terletak pada warna kasur yang begitu khas, yaitu hitam dan merah. Hitam melambangkan kekekalan, sedangkan merah melambangkan keberanian. Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang hari raya kurban. Tujuannya untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.

6. Toron dan Nyalase di Madura

Toron/ Foto: detikJatim/Praditya Fauzi Rahman

Di Madura, ada juga tradisi khas untuk menyambut Hari Raya Iduladha. Masyarakat Madura yang bekerja atau tinggal di luar daerah akan kembali ke kampung halaman mereka. Kegiatan ini dalam bahasa Madura disebut sebagai “toron”.

Setelah toron, masyarakat Madura akan menjalankan tradisi Nyalase. Dalam bahasa Madura ‘nyalase’ berarti nyekar atau berziarah ke makam leluhur dan keluarga untuk mendoakan mereka. Nyalase biasanya dilakukan usai melaksanakan salat Iduladha.

Tradisi ini menunjukkan kekuatan ikatan kekeluargaan dan penghormatan terhadap leluhur dalam budaya turun temurun masyarakat Madura.

7. Kaul Negeri dan Abda’u di Maluku Tengah

Ilustrasi kambing/ Foto: Freepik.com/freepik

Ilustrasi kambing/ Foto: Freepik.com/freepik

Kaul Negeri dan Abda’u merupakan tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat Negeri Tulehu di Maluku Tengah, pada saat perayaan Iduladha. Tradisi ini dilakukan setelah salat Iduladha, di mana pemimpin adat dan agama membawa tiga ekor kambing yang akan dikurbankan dengan kain sebagai simbol keberkahan.

Hewan kurban tersebut dibawa berjalan mengelilingi desa sambil mendoakan dan mengucap takbir menuju ke masjid, sebelum proses penyembelihan dimulai setelah salat Ashar.

Tradisi yang telah diwariskan turun-temurun ini bertujuan untuk menghormati leluhur, serta memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada Tuhan. Abda’u merupakan tradisi yang sarat makna, dengan simbol-simbol seperti bendera hijau dan kuning yang dipertaruhkan oleh para pemuda.

8. Accera Kalompoang di Gowa

Accera Kalompoang/ Foto: Humas Gowa

Di Sulawesi Selatan, tepatnya di daerah Gowa, ada sebuah tradisi untuk merayakan Iduladha yang dikenal sangat sakral bernama Accera Kalompoang. Tradisi ini diselenggarakan selama 2 hari berturut-turut, dimulai sehari sebelum Iduladha dan dilanjutkan pada hari raya itu sendiri.

Tradisi ini merupakan upacara resmi pembersihan benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa yang dilakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa. Tujuannya adalah untuk mempererat hubungan antara keluarga kerajaan dan pemerintah.

9. Meugang di Aceh

Meugang/ Foto: detikTravel/Agus Setyadi

Meugang/ Foto: detikTravel/Agus Setyadi

Melansir laman Sekretariat Majelis Adat Aceh, meugang merupakan tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat, dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh.

Tradisi Meugang sudah berlangsung selama ratusan tahun dan biasanya ditandai dengan acara pemotongan hewan dan makan bersama daging sapi atau kerbau yang dimasak dengan beraneka ragam masakan. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari atau dua hari sebelum perayaan hari besar agama Islam, seperti saat bulan Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha.

Sejarah Meugang berawal pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dan dibagikan gratis kepada masyarakat. Tradisi ini memiliki makna sebagai ungkapan syukur atas kemakmuran. Hingga kini, tradisi Meugang terus dilestarikan masyarakat Aceh sebagai bentuk perayaan dan syukur menyambut hari suci umat Islam.

10. Ngejot di Bali

Ngejot/ Foto: (dok Paer Lenek/Istimewa)

Bali, tak hanya memukau wisatawan dengan keindahan alam dan destinasi wisatanya saja. Namun, Bali juga terkenal akan budaya dan toleransi umat beragamanya. Perbedaan keyakinan di masyarakat Bali rupanya tidak menjadi penghalang, justru menciptakan beragam tradisi yang sarat akan makna. Salah satu tradisi tersebut adalah Ngenjot.

Tradisi ini sudah menjadi rutinitas umat beragama di Bali untuk merayakan hari besar kegamaan mereka, termasuk perayaan Iduladha. Masyarakat Muslim di Bali melaksanakan tradisi ini dengan berbagi makanan, minuman, dan buah-buahan kepada tetangga non-Muslim sebagai bentuk ungkapan syukur atas toleransi yang tinggi dalam beragama.

Tradisi Ngejot telah menjadi bagian dari warisan turun-temurun di Bali, yang tetap dilestarikan hingga kini.

Beauties, itu dia tradisi unik perayaan Iduladha di berbagai daerah di Indonesia. Menarik banget ya!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

BE STORIES