BILLBOARD
970x250

Cerita Desainer Radinindra Nayaka tentang eaJ Terpikat oleh Berkain Batik

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Rabu, 09 Jul 2025 15:00 WIB
Cerita Desainer Radinindra Nayaka tentang eaJ Terpikat oleh Berkain Batik
Foto: Courtesy of Radinindra Nayaka/@faiijoo

"A man of humility and wisdom, was an honor to wear your design" tertulis pada Instagram Story @eajpark ditujukan untuk Radinindra Nayaka, desainer Indonesia dari garis keturunan Keraton Surakarta Hadiningrat, yang karyanya dipakai oleh sang artis Korea.

eaJ Park ungkap rasa bangga dan hormatnya mengenakan kain batik sebagai kostum panggung di Prambanan Jazz 2025. Tak cuma sekali, artis yang headliner menjadi festival musik jazz itu bahkan sudah bocorkan busana yang akan dipakainya pada bulan Juni lalu, jauh sebelum sang desainer sendiri umumkan. Potret batik diunggahnya dalam akun X @eajPark dengan caption "With House of Radinindra".

Tangkapan layar Instagram Story @eajparkTangkapan layar Instagram Story @eajpark/ Foto: instagram.com/eajpark

Cetak sejarah baru. eaJ adalah artis internasional pertama yang berkain untuk tampil di panggung--ungkapan yang bikin eaJ merinding saat mendengarnya pertama kali, seperti yang diceritakan Nayaka kepada Beautynesia (8/7/2025).

Gebrakan Idola Internasional Berkain Sesuai Pakem untuk Manggung

eaJ di Prambanan Jazz 2025

eaJ di Prambanan Jazz 2025/ Foto: Courtesy of Radinindra Nayaka/@zumazuhal

Selama dua hari tampil di Prambanan Jazz 2025 pada 5 & 6 Juli 2025, eaJ mengenakan outfit kain batik hasil tangan pengrajin Yogyakarta dalam desain serupa, tapi warna kontras, yaitu hitam dan putih. Siluet t-shirt memiliki detail garis leher Beskap Jawi Jangkep dipadu dengan celana jeans bergaya dekonstruksi ala streetwear AS, makin edgy dengan detail pleats terinspirasi Cheolik dari era Joseon dilapisi outer layer. Daya tarik juga terletak pada jarik batik Solo yang tidak dipotong, kemudian dipakaikan dengan teknik drapery Wiru Cancut. Siluet blangkon perbawan terkombinasi topi cadet ikut melengkapi gaya.

Proses kreatif di baliknya diungkap Nayaka sebagai proses favoritnya. Dia dan eaJ saling bertukar pikiran untuk mewujudkan outfit yang nggak cuma stylish dan concert-worthy, tapi bisa mempertemukan budaya Jawa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan, serta unsur Java-futurism yang menjadi DNA desainnya dalam harmoni. 

Nayaka menegaskan sejak awal bahwa House of Radinindra tidak memotong kain batik dan mengusulkan eaJ berkain sebagai gayanya. “Aku nggak ada ekspektasi sama sekali tim eaJ bakal approve, atau eaJnya sendiri bakal approve,” katanya. Sebab, berkain termasuk salah satu kostum panggung yang dihindari untuk perform karena kurang praktis dan menyulitkan pergerakan. Terlebih ketika eaJ yang energik adalah pemakainya nanti. 

eaJ di Prambanan Jazz 2025eaJ di Prambanan Jazz 2025/ Foto: Courtesy of Radinindra Nayaka/@zumazuhal

 Sebagaimana yang selalu dilakukannya selama ini, Nayaka menyelami sejarah untuk menemukan pakem-pakem Jawa asli yang bisa digunakan untuk merealisasikan ide kreatifnya. Jawaban tersebut terletak pada busana para para penari, penunggang kuda, dan juga prajurit Keraton Solo yang mengenakan drapery Wiru Cancut.

Jarik wiru dipakaikan tambahan tali (Cancut) di samping pinggang untuk menarik batik ke atas sehingga menampakkan kaki. “Masih tetap berkain, masih tetap batik, tapi gampang jalan,” Nayaka menerangkan. Berdasarkan pakemnya, pemakai bebas mengenakan atasan dan bawahan apa saja ketika menggunakan teknik ini. “Aku pakai pakem itu dan aku modifikasi detailnya, yaitu draping-nya, tapi esensinya tetap sama dengan pakem itu”.

“[eaJ] loved all the details,” ceritanya ketika ia menyodorkan desain kepada pelantun lagu RED tersebut. “He’s excited for berkain and the feedback that he gave actually makes the designs more like him”.

Pengalaman Bermakna dan Personal

eaJ dan Radinindra Nayaka

eaJ dan Radinindra Nayaka/ Foto: Courtesy of Radinindra Nayaka/@faiijoo

Nayaka tak hanya bercerita tentang desain busana eaJ itu sendiri, tapi bagaimana kesempatan tersebut lebih dari sekadar partnership dengan klien. Kolaborasi dengan eaJ adalah pengalaman bermakna dalam hidupnya dan penuh core memories. 

Email ajakan kerja sama yang diterimanya dari manager eaJ beberapa bulan lalu seolah menjadi “light at the end of the tunnel” dari titik terendahnya. Berpegang teguh terhadap nilai-nilai warisan Jawa, diekspresikan melalui usaha untuk melindungi dan melestarikannya, Nayaka merasa sebagai seniman, tidak semua orang bisa memahami prinsipnya itu. “Spiritually I was burnout and I lost faith in myself”.

Namun, membaca ungkapan kekaguman pihak eaJ terhadap karya, konsep, dan estetika House of Radinindra, jadi pendorongnya untuk maju. Terlebih setelah dia dan eaJ deep talk saat pertemuan mereka di Yogyakarta, mulai dari ngobrol tentang karier, pengalaman growing up, tentang passion dan kepercayaan, termasuk kekukuhannya untuk tidak memotong batik sesuai pakem.

“Setelah aku bertemu eaJ dan mengenalnya, aku merasakan perasaan yang sangat berbeda sebagai seorang seniman,” ia menceritakan momen krusial ketika ia mengenal lebih dalam sosok eaJ. “I feel so honored that my work is being worn by someone who shares the same values, by someone who shares the same sense of duty and responsibility. And someone who feels about a lot of things, about our need to do the right thing”.

Kekaguman eaJ dengan Berkain

eaJ di Prambanan Jazz 2025

eaJ/ Foto: Courtesy of Radinindra Nayaka/@zumazuhal

Dari perbincangan di Yogyakarta itu, Nayaka juga mengungkap rasa takjubnya terhadap eaJ yang mau belajar tentang budaya Indonesia. Setelah mendengar tentang pakem berkain dan bagaimana banyak orang memotong batik untuk memenuhi kebutuhan bisnis, sedangkan House of Radinindra mengadopsi prinsip berbeda, eaJ semakin terpesona dengan berkain, bahkan semangat mendukung gerakan berkain.

“I love berkain more. It looks way cooler than if I just wear batik jacket or batik shirt,” kata eaJ dalam cerita Nayaka––salah satu respon yang paling berkesan buatnya, selain dari perasaan merinding setelah diberi shout out dari atas panggung dan melafalkan nama ‘Radinindra’ dengan tepat.

Namun pesona berkain tak hanya memikat hati eaJ saja. Nayaka bercerita bagaimana Raja Chulalongkorn dari Thailand (1853-1910) juga menyukai berkain di abad 19.

“Eyang ageng aku, Pakubuwono X, Raja Surakarta, menerima tamu Raja Chulalongkorn dari Thailand, atau Siam waktu itu, di Keraton Solo,” ungkapnya. “Raja Chulalongkorn jatuh cinta dengan budaya Jawa dan mau pakai busana Solo”.

Momen bersejarah, Raja Chulalongkorn menjadi raja pertama yang mengenakan busana Jawa. Lalu sekitar 129 tahun kemudian, Nayaka mengatakan kepada eaJ, dia adalah “artis internasional bukan darah Indonesia pertama yang memakai berkain di atas panggung”.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
Komentar
0 KomentarTULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE

BE STORIES