4 Kandidat Terkuat Jadi Head of Editorial Content di Vogue AS Setelah Anna Wintour "Naik Jabatan"

Tria Oktyana | Beautynesia
Senin, 30 Jun 2025 10:00 WIB
4 Kandidat Terkuat Jadi Head of Editorial Content di Vogue AS Setelah Anna Wintour
Foto: Instagram.com/theannawintour

Kabar mundurnya Anna Wintour sebagai editor-in-chief Vogue Amerika langsung membuat industri mode geger. Meskipun ia tetap menjabat sebagai Chief Content Officer Condé Nast dan Global Editorial Director Vogue, kepergiannya dari kursi utama redaksi menandai akhir dari salah satu era paling ikonis dalam sejarah media fashion. Wintour bukan hanya editor, ia adalah simbol kekuatan, high fashion, dan estetika yang selama lebih dari tiga dekade menjadi acuan dunia.

Kini, Vogue AS mencari kandidat untuk menggantikan jabatan pimpinan. Bukan sebagai Editor-in-Chief menggantikan Wintour, melainkan sebagai Head of Editorial Content. Pertanyaan besarnya, siapa yang cukup kuat untuk menempati posisi tersebut?

Inilah beberapa nama yang dikabarkan menjadi kandidat terkuat untuk menjadi Head of Editorial Content di Vogue AS.

Amy Astley

Amy Astley/Foto: Instagram/amyastley

Amy Astley adalah nama yang paling sering muncul dalam daftar terdepan kandidat pengganti Anna Wintour. Saat ini, ia menjabat sebagai editor-in-chief Architectural Digest. Ia telah berhasil menyulap majalah tersebut menjadi salah satu media lifestyle paling relevan dan estetik di era digital.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa karier Astley di Condé Nast dimulai dari Teen Vogue yang ia bangun dari nol setelah direkrut langsung oleh Wintour. Jadi bisa dibilang, Amy bukan hanya berbakat, tapi juga anak didik sang maestro.

Dengan sentuhan visual yang bersih, modern, dan selalu terasa premium, Amy tahu cara menarik perhatian audiens muda tanpa kehilangan sentuhan elegan. Ia memahami ritme editorial dan selera pasar. Satu hal yang terpenting, Amy sudah terbukti mampu membangun brand dari nol hingga viral. Jika Vogue ingin terus relevan dan tetap berkelas, Amy Astley bisa jadi jawaban yang paling logis.

Chioma Nnadi

Chioma Nnadi/Foto: Instagram/chiomannadi

Chioma Nnadi juga tak bisa diabaikan. Setelah sukses besar menggantikan Edward Enninful sebagai pemimpin redaksi British Vogue, Chioma disebut-sebut sebagai penerus alami Wintour. Ia punya gaya kepemimpinan yang lebih inklusif, dekat dengan budaya pop, dan selalu menyuntikkan keberagaman ke dalam halaman-halaman majalah. Sebelum memimpin British Vogue,  Nnadi telah lebih dari satu dekade bekerja di Vogue Amerika. Jadi, ia pasti paham betul dinamika dapur redaksi New York.

Keunggulan Chioma terletak pada kemampuannya menjembatani antara fashion high-end dan budaya yang lebih grounded. Sampul-sampul British Vogue di bawah arahannya terasa segar, berani, dan tetap relevan di mata Gen Z maupun milenial. Jika Vogue ingin tampil lebih berani dan menggandeng audiens baru tanpa kehilangan prestise, Chioma bisa jadi pilihan yang sangat menarik. Apakah kamu setuju, Beauties? 

Eva Chen

Eva Chen/Foto: Instagram/evachen212

Eva Chen bukan nama baru di Vogue. Ia adalah mantan beauty editor Teen Vogue yang kini menjabat sebagai Director of Fashion Partnerships di Instagram. Dengan lebih dari 2,5 juta pengikut, Eva bukan hanya tahu tren tetapi bagian dari tren itu sendiri. Gayanya yang approachable, cerdas, dan tech-savvy membuatnya menjadi salah satu kandidat yang menarik di era digital-first.

Meskipun ia belum pernah memimpin majalah besar, pengaruh Eva di dunia fashion tidak bisa diremehkan. Ia paham bagaimana menghidupkan brand melalui media sosial, bagaimana membangun keterlibatan audiens, dan bagaimana menciptakan percakapan yang viral. Jika Vogue ingin tampil lebih relevan dan agile di dunia digital, Eva adalah aset berharga yang bisa membawa angin segar ke majalah legendaris ini.

Lindsay Peoples Wagner

Lindsay Peoples/Foto: Instagram.com/lrpeoples

Lindsay Peoples Wagner jadi salah satu nama yang muncul saat membicarakan pengganti Wintour. Saat ini, Wagner menjabat sebagai Editor-in-Chief The Cut. Sebelumnya juga ia memimpin Teen Vogue dengan pendekatan yang penuh energi dan kesadaran terhadap isu-isu budaya. Di usianya yang masih 34 tahun, Lindsay membawa perspektif baru tentang apa arti fashion di era pasca-pandemi dan post-viral culture.

Ia bukan hanya paham fashion sebagai estetika, tapi juga sebagai pernyataan sosial. Lindsay memiliki kemampuan langka untuk membuat konten yang stylish, tajam, dan bermakna secara budaya. Jika Vogue ingin menegaskan bahwa mereka peduli terhadap isu zaman, dan siap menjadi media dengan keberanian suara. Lindsay adalah pilihan yang sangat relevan.

Di antara empat nama di atas, siapa menurut kamu yang akan menggantikan Anna Wintour di Vogue Amerika? Tulis jawabanmu di kolom komentar, Beauties. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!

RELATED ARTICLE

BE STORIES