Mandiri & Women Supporting Women, Inilah 5 Pelajaran Berharga dari Raden Dewi Sartika untuk Perempuan Indonesia

tyana | Beautynesia
Senin, 16 Aug 2021 16:00 WIB
Mandiri & Women Supporting Women, Inilah 5 Pelajaran Berharga dari Raden Dewi Sartika untuk Perempuan Indonesia
Pahlawan perempuan Raden Dewi Sartika/Foto: Wikipedia Indonesia

Raden Dewi Sartika merupakan salah satu pejuang emansipasi perempuan Indonesia. Sama halnya dengan RA Kartini, pahlawan perempuan dari Bandung ini juga berkonsentrasi pada pendidikan untuk perempuan. Lahir dari golongan keluarga priayi yang sangat mementingkan pendidikan, membuat Ia dapat mendapatkan pendidikan di Eerste Klasse School. Namun, sayangnya Ia hanya dapat bersekolah sampai kelas dua saja, dikarenakan orang tuanya harus diasingkan ke Ternate.

Melihat ketidakadilan dan tidak meratanya pendidikan, membuat Ia bertekad untuk memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan. Salah satunya adalah dengan mendirikan sekolah bernama Sekolah Isteri (dalam bahasa Sunda isteri berarti perempuan) atau dikenal juga Sekolah Raden Dewi Sartika. Sekolah ini tidak hanya mengajarkan tentang membaca, menulis dan berhitung tetapi juga mengajarkan keterampilan menjahit, merenda hingga tentang agama.

Bukan hanya hasil perjuangan Raden Dewi Sartika saja yang dapat kita rasakan sekarang, tetapi kita juga dapat mengambil pelajaran berharga dari sosok pahlawan perempuan dari Bandung ini. Berikut di antaranya:

Independen, Cerdas, dan Berpikiran Terbuka:

Pelajaran berharga dari pahlawan perempuan Indonesia/Foto: freepik/senivpetro

Sosok Perempuan yang Independen

Lahir dari keluarga priayi ternama, tidak membuat Raden Dewi Sartika tumbuh menjadi sosok yang bergantung pada keluarga. Sebaliknya, Ia tumbuh menjadi sosok perempuan mandiri dan tangguh. Perjuangannya dalam membangun pendidikan untuk perempuan, sempat banyak ditentang oleh berbagai pihak yang masih berpikiran perempuan tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi karena akan ditanggung oleh suaminya nanti.

Berbeda pendapat tentang hal ini, pahlawan perempuan ini memiliki pemikiran bahwa perempuan tidak hanya boleh bergantung pada laki-laki. Perempuan harus dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan dapat meraih cita-cita yang Ia impikan.

Cerdas dan Berpikiran Terbuka

Raden Dewi Sartika dikenal sebagai sosok yang anggun, cerdas dan memiliki pemikiran yang terbuka. Ia tidak hanya pandai menulis, membaca dan menghitung saja, tetapi juga mahir dalam bahasa Belanda. Hal ini, tidak lepas dari kedua orang tuanya yang mengenalkan pendidikan sedari kecil, meskipun pada zaman itu sangat bertentangan untuk kaum perempuan.

Pemikiran yang terbuka juga, Ia dapatkan dari seorang asisten residen berkebangsaan Belanda yang mengenalkannya tentang budaya dan adat bangsa barat.

Women Supporting Women, Kritis, dan Pantang Menyerah:

Pelajaran berharga dari pahlawan perempuan Indonesia/Foto: Freepik/azerbaijan_stock

Women Supporting Women

Women supporting women merupakan gerakan untuk mengajak perempuan untuk mendukung sesama perempuan. Beauties, ternyata hal ini juga pernah diajarkan oleh Raden Dewi Sartika dulu. Pahlawan perempuan ini mengajarkan kita untuk mendukung sesama perempuan bukan saling menjatuhkan. Perjuangannya pada saat itu, tidak sedikit ditentang oleh kaum perempuan sendiri yang merasa dapat melewati norma tradisi yang dipercaya saat itu.

Namun, Ia tetap berjuang mengajarkan para perempuan tentang pentingnya menjadi mandiri dan cerdas. Kemampuannya dalam membaca, menulis dan berhitung, Ia bagikan dengan cara mengajarkannya pada para perempuan lainnya terutama perempuan pribumi.

Memiliki Pemikiran yang Kritis

Keberhasilan perjuangannya dalam memberikan pendidikan untuk perempuan, tidak lepas dari pemikiran kritis yang dimiliki oleh Raden Dewi Sartika. Melihat ketidakadilan dan keterbatasan untuk mendapatkan pendidikan bagi para perempuan pada zaman itu, membuat pahlawan Indonesia ini tergugah untuk menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan itu.

Pantang Menyerah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perjuangan Raden Dewi Sartika dalam memeratakan pendidikan untuk kaum perempuan tidak selalu berjalan mulus. Ia menemukan berbagai rintangan dan tentangan. Namun, Ia juga tidak mudah untuk menyerah dan terus berjuang hingga dapat mendirikan Sekolah Isteri.

Saat dibuka sekolah perempuan ini hanya memiliki 20 orang murid, tetapi terus bertambah setelah dua tahun. Ruang kelas yang sebelumnya dapat memuat murid-murid, seiring bertambahnya murid menjadi penuh. Oleh karena itu, Raden Dewi Sartika berusaha untuk mendapatkan ruangan yang cukup dengan meminjam ruang kepatihan Bandung.

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.